Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

melakukan pengelolaan likuiditas. Oleh karena itu, untuk mendukung kelancaran perbankan syariah dalam mengelola likuiditasnya, maka perlu adanya instrumen-instrumen pasar uang yang berbasis syariah, sehingga perbankan syariah dapat melakukan fungsinya secara penuh, tidak saja dalam memfasilitasi kegiatan perdagangan jangka pendek, akan tetapi juga berperan dalam mendukung investasi jangka panjang. 5. Perkembangan Giro Wajib Minimum GWM Sebagaimana telah dialami, krisis di Indonesia terjadi dengan melemahnya nilai tukar rupiah sebagai dampak meluasnya tekanan terhadap mata uang baht, peso, dan ringgit. Hal tersebut diakibatkan oleh meningkatnya permintaan dollar yang luar biasa di Asia Tenggara. Akibat dari depresiasi mata uang baht pada awal Juli 1997, memberikan dampak berupa proses penularan regional contagion effect ke negara-negara Asia lainnya seperti Korea, Malaysia, dan Filipina, tidak terkecuali Indonesia sehingga mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap USD mulai tertekan. BI melakukan kebijakan pengetatan likuiditas dengan meningkatkan suku bunga SBI, penarikan dana milik BUMN di bank untuk mencegah spekulasi dan ditempatkan di SBI. Kebijakan pengetatan likuiditas tersebut justru berakibat kurang menguntungkan terhadap sektor riil dan perbankan. Mayoritas perbankan mengalami kesulitan likuiditas, yang dibuktikan dengan pelanggaran GWM. Dalam pelaksanaan GWM, setiap bank umum harus membuka rekening giro pada bank Indonesia yang penggunaannya berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia. Rekening giro milik bank umum yang dikelola oleh BI tersebut harus dijaga saldonya agar tidak melanggar ketentuan GWM yang berlaku. Sebagaimana telah ditetapkan PBI No.1019PBI2008, ketentuan GWM telah ditetapkan 7,5 persen dari DPK, yang terdiri dari 5 persen GWM utama statutory reserve, dan 2,5 persen GWM sekunder secondary reserve. Namun terjadi kenaikan GWM primer pada tahun 2010 menjadi 8 persen sesuai dengan peraturan bank Indonesia No.1219PBI2010.

B. Penemuan dan Pembahasan a. Tahapan Pemodelan

Dalam sub bab berikut akan dilakukan analisis dengan beberapa tahapan sampai dengan analisis kebijakan. 1. Tahap Seleksi Konsep Sesuai dengan konsep perkembangan moneter yang berlandaskan syariah yaitu adanya perkembangan ekonomi makro di Indonesia, perkembangan moneter Indonesia, perkembangan moneter syariah Indonesia, serta adanya peluang ekonomi di Indonesia. Dari konsep ini maka dibuat suatu model sederhana yang sedapat mungkin mendekati kenyataan yang terjadi seperti ditunjukkan pada gambar 4.1. Perkembangan ekonomi makro dan kestabilannya di Indonesia berada dalam lingkup tugas kebijakan ekonomi makro, yaitu kebijakan moneter, yang dalam pelaksanaannya melalui penetapan sasaran-sasaran moneter seperti jumlah uang beredar. Pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut dapat menggunakan instrumen moneter syariah, yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS, Pasar Uang Antar Bank Syariah PUAS, dan Giro Wajib Minimum GWM. Laju dari semua indikator moneter tersebut akan mempengaruhi jumlah uang beredar JUB, sehingga menghasilkan peluang, dan pada akhirnya ikut mempengaruhi gejolak pertumbuhan ekonomi moneter. Mo n e t e r JUB Pe lu a n g Ek o n o mi Sumber: Hasil Analisis, 2010 . Gambar 4.1 Model Mental Instrumen Moneter Syariah Berdasarkan model mental sederhana yang telah dibuat sebelumnya, model mental tersebut menggambarkan gejala sistem nyata real world, maka selanjutnya dibangun struktur model System Dynamics. Untuk pembuatan model ini data yang digunakan adalah data yang berasal dari indikator ekonomi dan data moneter dari BI dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Data-data tersebut merupakan simulasi data setiap tahunnya untuk Indonesia. 2. Tahap Rekayasa Model Langkah selanjutnya adalah membuat model Causal Loop Diagram CLD. Model diagram CLD dibuat berdasarkan kerangka konsep model mental yang telah dibuat sebelumnya dengan didukung oleh variabel-variabel yang dipengaruhi dalam sistem. Variabel-variabel yang mempengaruhi sistem kemudian saling dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan menggunakan struktur umpan balik. Model CLD untuk perkembangan moneter syariah dapat dilihat pada gambar berikut ini. Struktur yang terbentuk dengan loop positif reinforcing loop berarti bahwa hubungan model yang apabila suatu variabel dalam model tersebut membesar akan menyebabkan variabel lainnya membesar pula. Bila struktur yang dibentuk dengan loop negatif balancing loop berarti bahwa hubungan model yang apabila suatu variabel dalam model tersebut membesarkan menyebabkan variabel lainnya akan mengecil. Mo n e t e r JUB Pe lu a n g Ek o n o mi GW M PUAS SBI S + Sumber: Hasil Analisis, 2010. Gambar 4.2 Model CLD Moneter Syariah Secara lebih detil, penjelasan loop positif sebagai berikut, moneter  menggambarkan keterkaitan antar variabel X 1 SBIS, X 2 PUAS, dan X 3 GWM dalam moneter syariah. Dengan instrumen yang terdiri dari SBIS, PUAS, dan GWM merupakan elemen dalam moneter syariah. Kemudian ketiga elemen tersebut akan mempengaruhi JUB, berikutnya JUB akan mempengaruhi peluang ekonomi, yang selanjutnya akan mempengaruhi laju ekonomi moneter Indonesia. 3. Tahap Implementasi Komputer Konsep pemodelan dalam bentuk model CLD Perkembangan Instrumen Moneter Syariah yang telah dibentuk sebelumnya harus dapat disimulasikan ke dalam komputer. Untuk dapat melakukan simulasi dan agar data yang ada dapat diolah oleh komputer, maka CLD yang telah dibentuk diubah terlebih dahulu ke dalam model diagram alur atau Stock Flow Diagram. Dalam pengolahan data Stock Flow Diagram SFD menggunakan simbol-simbol dengan tujuan agar komputer dapat mengenal dan membacanya. Variabel-variabel yang dimasukkan dalam causal loop diagram kemudian diubah bentuknya terlebih dahulu sesuai dengan bahasa komputer yang ada dalam diagram alir tersebut yaitu level, rate, ataupun konstanta. Setelah itu masing-masing variabel dihubungkan satu dengan lainnya, sehingga membuat model menjadi saling terkait dan dapat dijalankan sesuai dengan yang diinginkan. Transformasi dari causal loop diagram ke stock flow diagram menggunakan konsep matematis dari fungsi ekonomi moneter, jumlah uang beredar, dan peluang ekonomi. Serta memasukkan konsep matematis dari fungsi Monetary Economic, jumlah uang beredar, dan peluang ekonomi. Diagram alir model perkembangan instrumen moneter syariah yang sudah dibuat tersebut harus dapat berfungsi menirukan kondisi nyata perkembangan instrumen moneter syariah di Indonesia, sehingga perlu dilakukan sebuah simulasi model terhadap model stock flow diagram instrumen moneter syariah. Rat e All JUB Y SBI S PUAS GW M CONSTANTA X1 X2 X3 Con st a nt _1 Ra t e X2 PUAS X2 Rat e X3 GW M X3 Sumber: Hasil Analisis, 2010. Gambar 4.3 Stock Flow Diagram Instrumen Moneter Syariah Waktu simulasi yang akan digunakan sesuai dengan data variabel yang sesungguhnya dari perkembangan instrumen moneter syariah dalam kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2009. Hasil simulasi tersebut selanjutnya digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta