Pemodelan instrumen moneter syariah dengan metode sytem dynamics

(1)

PEMODELAN INSTRUMEN MONETER SYARIAH DENGAN

METODE SYSTEM DYNAMICS

Disusun oleh:

Laras Aryanti

106084003635

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to make simulation modeling system dynamics in the money supply. In addition, this study also makes predictions ahead of several independent variables change, and to determine development policy analysis in the money supply by using system dynamics. This study uses time series data from January 2005 to December 2009. The analytical tool used is the system dynamics. The advantages of the system dynamics is on the end result can be to make policy analysis that can be applied in the real world. The simulation results of the money supply under normal conditions amounting to Rp 4584 trillion in December 2014,then increased to Rp 6062 trillion in December 2014. This is due to the policy that is a decrease in the rate of value Indonesia Sharia bank certificates and the value of the minimum statutory rate. Based on the analysis of policy scenarios for the development of the money supply, the government should set monetary targets the right to use Islamic monetary instrument.

Keywords: Money Supply, Certificate of Sharia Bank of Indonesia, Sharia Interbank Money Market, and the Minimum Reserve Requirement.


(7)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat pemodelan system dynamics dalam simulasi jumlah uang beredar. Selain itu, penelitian ini juga membuat prediksi kedepan dari beberapa perubahan variabel independen, dan untuk menentukan analisis kebijakan pengembangan jumlah uang beredar dengan metode system dynamics. Penelitian ini menggunakan data time series dari Januari 2005 hingga Desember 2009. Alat analisis yang digunakan adalah system dynamics. Kelebihan dari system dynamics adalah pada hasil akhirnya dapat untuk membuat analisis kebijakan yang dapat diterapkan pada dunia nyata. Hasil simulasi nilai jumlah uang beredar dalam kondisi normal sebesar Rp 4.584 triliun pada Desember 2014, kemudian meningkat menjadi Rp 6.062 triliun pada Desember 2014. Hal ini disebabkan adanya kebijakan yang merupakan penurunan nilai laju sertifikat bank Indonesia syariah dan nilai laju giro wajib minimum. Berdasarkan analisis skenario kebijakan tersebut untuk pengembangan jumlah uang beredar, pemerintah harus menetapkan sasaran-sasaran moneter yang tepat dengan menggunakan instrumen moneter syariah.

Kata Kunci: Jumlah Uang Beredar, Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan Giro Wajib Minimum.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayahNya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PEMODELAN INSTRUMEN MONETER SYARIAH DENGAN METODE SYSTEM DYNAMICS”. Serta shalawat dan salam selalu dihaturkan kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa pedoman dan petunjuk bagi umat manusia dari zaman yang gelap gulita hingga zaman yang terang benderang. Juga kepada para keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang untuk mewariskan nilai Islam kepada kita semua.

Skripsi ini merupakan salah satu kebahagiaan terbesar bagi penulis. Sebuah tugas yang menghantarkan penulis menjadi seorang sarjana. Satu tahap perjalanan akademis yang penulis lakukan merupakan satu perjalanan kecil dari bagian kehidupan yang begitu panjang dan berliku. Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun susunan bahasanya. Hal ini karena keterbatasan penulis baik dari segi waktu, tenaga, maupun ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan saran dan masukan atas skripsi yang telah dibuat ini, dengan harapan agar skripsi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.


(9)

Perjuangan ini senantiasa diiringi cahaya doa orang-orang yang tulus, bimbingan dari orang-orang yang tak mengenal balasan, serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tuaku tercinta yang senantiasa dengan ketulusan dan keikhlasan hati membesarkan, mendidik, menyayangi, dan memberikan dukungan serta doa yang tidak putus-putusnya semenjak penulis dilahirkan hingga tumbuh menjadi seorang wanita dewasa.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku pembantu dekan bidang akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochammad Aziz, MM. selaku dosen pembimbing I, juga sebagai dosen pengampu mata kuliah Moneter Syariah dan Pasar Modal Syariah, serta sebagai penemu metodologi Islam Sinlammim (Symbol of Everything) dan deret Islam yaitu 319913616 (Number of Everything). 5. Bapak Dr. Lukman, M.Si, selaku ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Utami Baroroh, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan, dan meluangkan waktunya untuk membaca dan


(10)

mengoreksi skripsi yang penulis ajukan, serta dukungan dalam memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu dan memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar dibangku kuliah.

8. Kakakku tercinta Lucky Sitaresmi, S.Psi, yang telah memberikan pengalamannya, serta dukungan baik materil maupun spiritual.

9. Sahabat-sahabat G-syah seperjuanganku Lia, Yunita, Olit, Sari, Saras, Yeni, Iwas, Yanti, Winda, Joy, dan Ovi yang selama ini menemani, mewarnai, memberi semangat dan mendoakan penulis dengan suka dan duka.

10. Teman spesialku, Adi Mulyadi, yang selalu ada dihatiku, tempat aku berkeluh-kesah, yang selalu ada dan tidak bosan-bosannya memberikan semangat, dukungan, dan doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis disaat penulis merasa jenuh dan suntuk. You know who you are, Kemulqu.

11. Teman-teman IESP angkatan 2006, terutama konsentrasi Ekonomi Islam Andra, Dafi, Fadli, Bakar, Beny, Ipin, Endang, dan Wahyu. Serta konsentrasi Ekonomi Pembangunan yang tidak bisa disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa persaudaraan penulis ucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila penulis melakukan kesalahan. Semoga sukses selalu.

12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa hormat penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.


(11)

Akhirnya dengan keikhlasan dan ketulusan hati, penulis memanjatkan doa untuk semua kebaikan yang yang telah mereka berikan kepada penulis, “Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan ampunan kepada mereka, kekayaan ilmu yang tiada terhitung, rezeki yang berkah, dan keimanan yang sempurna, Amin.” Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah setitik khazanah ilmu pengetahuan.

Jazakumullah Khoiron Katsiro.

Jakarta, 1 Januari 2011


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP i

ABSTRACT ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR GRAFIK xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13

A. Konsep Dasar Ekonomi Islam ...13

1. Ekonomi Islam ...13

2. Ekonomi Moneter ...17

B. Fungsi dan Tujuan Kebijakan Moneter ...20

1. Fungsi Kebijakan Moneter ...20

2. Tujuan Kebijakan Moneter ...21

C. Instrumen Moneter Syariah ...23

a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ...24

b. Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) ...27

c. Giro Wajib Minimum (GWM) ...27

D. Jumlah Uang Beredar ...28


(13)

F. Kerangka Pemikiran ...47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 51

A. Ruang Lingkup ...51

B. Metode Pengumpulan Data ...52

C. Metode Analisis ...52

1. Pemodelan ...53

2. Tahapan Pemodelan ...55

3. System Dynamics ...58

4. Uji Statistik ...63

a. Pengujian Absolute Error ...63

b. Pengujian Root Means Square Error (RMSE) ...64

D. Definisi Operasional Variabel ...66

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN 68

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...68

B. Penemuan dan Pembahasan ...73

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 89

A. Kesimpulan 89

B. Implikasi 90

DAFTAR PUSTAKA 91


(14)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal.

1.1 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah dan Jumlah Uang Beredar tahun

2001-2006 ...4

2.1 Perbedaan Instrumen Moneter Syariah dengan Konvensional ...20

2.2 Instrumen Kebijakan Moneter ...39

2.3 Penelitian Terdahulu ...44


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal.

2.1 Diagram Kerangka Berpikir ...50

4.1 Model Mental Instrumen Moneter Syariah ...74

4.2 Model CLD Moneter Syariah ...75


(16)

DAFTAR GRAFIK

No. Keterangan Hal.

4.1 Skenario Kebijakan A pada saat Kondisi Normal ...82

4.2 Skenario Kebijakan B pada saat SBIS Tinggi dan GWM Rendah ...83

4.3 Skenario Kebijakan C pada saat SBIS Rendah dan GWM Tinggi ...84

4.4 Skenario Kebijakan D pada saat SBIS Tinggi dan GWM Tinggi ...85


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal.

1. Data Aktual dan Grafik Instrumen Moneter Syariah ...95

2. Data Aktual dan Grafik Jumlah Uang Beredar (JUB) ...97

3. Simulasi Model JUB ...98

4. Stock Flow Instrumen Moneter Syariah ...99

5. Validasi AVE pada PUAS ...100

6. Validasi AVE pada GWM ...102

7. Validasi AVE pada JUB ...104

8. Validasi AME pada PUAS ...106

9. Validasi AME pada GWM ...108

10. Validasi AME pada JUB ...110

11. Validasi RMSE pada PUAS ...112

12. Validasi RMSE pada GWM ...114

13. Validasi RMSE pada JUB ...116

14. JUB pada Kondisi Normal ...118

15. JUB pada SBIS Tinggi GWM Rendah ...119

16. JUB pada SBIS Rendah GWM Tinggi ...120

17. JUB pada SBIS Tinggi dan GWM Tinggi ...121


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pada dasarnya berhubungan dengan setiap upaya untuk mengatasi masalah keterbatasan sumber daya. Di negara-negara sedang berkembang, keterbatasan sumber daya ini terutama berupa keterbatasan sumber dana untuk investasi dan keterbatasan devisa, di samping tentunya keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dalam rangka mengatasi keterbatasan sumber daya tersebut, pilihan kebijakan yang diambil pada umumnya berfokus kepada dua aspek, yaitu aspek penciptaan iklim berusaha yang kondusif, terutama berupa kestabilan ekonomi makro, dan aspek pengembangan infrastruktur perekonomian yang mendukung kegiatan ekonomi.

Kebijakan moneter sebagai salah satu kebijakan ekonomi berperan penting dalam suatu perekonomian. Peranan tersebut tercermin pada kemampuannya mempengaruhi stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja dan keseimbangan neraca pembayaran. Oleh karena itu, seringkali hal-hal ini menjadi sasaran akhir dari kebijakan moneter (Angandrowa Gulo, 2008).

Kestabilan ekonomi makro tercermin pada harga barang dan jasa yang stabil serta nilai tukar dan suku bunga yang berada pada tingkat yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dengan kondisi neraca pembayaran internasional yang sehat.


(19)

Upaya pemeliharaan kestabilan ekonomi makro berada dalam lingkup tugas kebijakan ekonomi makro, yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan nilai tukar. Sementara itu, upaya pengembangan infrastruktur ekonomi berada di dalam lingkup tugas kebijakan ekonomi mikro, seperti kebijakan di bidang industri, perdagangan, pasar modal, perbankan, dan sektor keuangan lainnya. Dua di antara berbagai kebijakan tersebut, yaitu kebijakan moneter dan kebijakan di bidang perbankan, saat ini menjadi cakupan tugas Bank Indonesia.

Kebijakan moneter (monetary policy) memiliki peran yang sangat krusial dalam upaya pencapaian sasaran ekonomi makro. Pengambilan kebijakan moneter yang tepat akan mampu mempengaruhi stabilitas harga, tingkat pertumbuhan ekonomi, penciptaan dan perluasan kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran. Meskipun dalam pelaksanaannya sangat sulit mencapai semua sasaran tersebut dalam waktu bersamaan. Bahkan, antara sasaran yang satu dengan sasaran yang lainnya seringkali berbenturan.

Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut sebuah kerangka kerja yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka kerja ini diterapkan secara formal sejak Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan kebijakan moneter yang menerapkan uang primer (base money) sebagai sasaran kebijakan moneter. ITF bukanlah suatu kaidah yang kaku (rule) tetapi sebagai kerangka kerja menyeluruh (framework) untuk perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter.


(20)

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah.

Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan instrumen moneter syariah, yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS), dan Giro Wajib Minimum (GWM).

Ditinjau dari aspek ekonomi makro, kinerja perekonomian bukan hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, namun juga dari faktor eksternal. Kondisi ekonomi sangat dipengaruhi oleh kondisi politik dan keamanan dalam negeri. Untuk beberapa tahun ke depan, kegiatan ekonomi Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan, dengan asumsi kondisi politik dan keamanan stabil. Peningkatan pertumbuhan ekonomi bertumpu pada kenaikan ekspor yang dewasa ini mulai membaik kembali. Hal tersebut dapat memberikan prospek yang lebih baik lagi terhadap pertumbuhan ekonomi jangka pendek.

Perkembangan perekonomian Indonesia akan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya kebijakan dibidang fiskal dan moneter, yaitu menyangkut pengeluaran pemerintah (rutin dan pengeluaran pembangunan), dan juga jumlah


(21)

uang beredar. Dalam kenyataannya, kebijakan pemerintah dalam bidang fiskal dan moneter juga tergantung pada kondisi perekonomian, di mana kebijakan fiskal dan moneter berbeda pada saat kondisi sebelum krisis ekonomi terjadi dan kebijakan setelah krisis ekonomi terjadi. Perkembangan pengeluaran pemerintah dan jumlah uang beredar di Indonesia tahun 2001-2006 adalah sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Perkembangan Pengeluaran Pemerintah dan Jumlah Uang Beredar tahun 2001-2006

(milyar rupiah) Pengeluaran Pemerintah (G)

Tahun Jumlah Uang Beredar (M)

Rutin Pembangunan

2001 190.092 125.664 844.053

2002 198.741 145.268 883.903

2003 208.584 162.008 955.092

2004 155.438 218.913 1.033.527

2005 117.817 279.952 1.203.215

2006 311.157 336.511 1.382.074

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, 2007.

Data tabel 1.1 menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah, maupun jumlah uang beredar di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahun. Dengan meningkatnya pengeluaran tersebut, diharapkan juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Karena tujuan pengeluaran pemerintah, baik rutin maupun pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dan stabil sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena besarnya peranan kebijakan pemerintah


(22)

dibidang fiskal dan moneter, baik pada kondisi sebelum maupun setelah terjadinya krisis ekonomi, perlu dilakukan suatu penelitian bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah di bidang fiskal dan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah dibidang fiskal dan moneter yang dianalisis adalah pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) dan jumlah uang beredar (Angandrowa Gulo, 2008).

Jumlah uang beredar merupakan bagian dari perencanaan moneter, dan perencanaan moneter merupakan sistem dari ekonomi moneter konvensional maupun syariah, sehingga jumlah uang beredar merupakan bagian dari perencanaan moneter syariah. Untuk itu, makna dari jumlah uang beredar bisa diterapkan di dalam pengembangan sistem ekonomi moneter syariah karena di dalam ekonomi moneter saat ini yang berlaku di Indonesia, Bank Indonesia hanya memberikan satu acuan yaitu berupa perencanaan moneter secara umum yang di dalamnya terdapat kebijakan jumlah uang beredar, sehingga moneter syariah bisa memanfaatkan kebijakan perencanaan moneter ini menjadi kebijakan jumlah uang beredar yang syariah, yang berarti hampir sama dengan kebijakan ekonomi perencanaan moneter konvensional. Untuk itu, makna jumlah uang beredar dipenelitian ini merupakan jumlah uang beredar syariah, walaupun tidak memisahkan antara nilai jumlah uang beredar konvensional dengan nilai jumlah uang beredar syariah.


(23)

Instrumen kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif terkait langsung dengan perubahan jumlah uang beredar (JUB) yang ada di masyarakat, bisa berupa pengurangan maupun penambahan JUB.

Eksistensi dari uang dan kredit adalah suatu hal yang integral dan juga merupakan aspek yang tidak dapat dihindarkan dari suatu masyarakat modern yang kompleks. Pertanyaan-pertanyaan mengenai penawaran uang dan kredit seperti berapa banyak, untuk siapa, dan kapan, memiliki beberapa implikasi yang signifikan baik bagi sifat, kuantitas, maupun distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi dan dikonsumsi. Tingkat ketergantungan akan uang kemudian menjadi semakin tinggi yang berimplikasi pada peran kebijakan moneter sebagai instrumen utama dalam mengendalikan perekonomian makro. Mengingat dampaknya yang cepat diketahui dalam jangka waktu yang relatif singkat, mengakibatkan banyak perekonomian begitu terikat pada kebijakan moneter tanpa menghiraukan esensi dan tujuan dari perekonomian itu sendiri dalam mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu banyak kegagalan yang harus ditelan akibat kealpaan esensi dan tujuan perekonomian tersebut, timbul upaya-upaya untuk kembali menonjolkan alternatif sistem moneter dalam Islam yang memiliki komitmen pada nilai-nilai spiritual, keadilan sosial ekonomi, dan persaudaraan.

Institusi keuangan dunia dalam dasawarsa terakhir sedang mengalami perubahan yang sangat mendasar. Terjadi pertumbuhan sistem keuangan yang tidak menentu yang mengarah pada situasi krisis finansial. Salah satu sebab krisis finansial yang terjadi di dunia karena tidak bekerjanya sistem keuangan yang


(24)

selama ini menopang konsep institusi keuangan dalam meramalkan krisis yang sedang melanda dunia. Kemudian perkembangan sistem keuangan konvensional ini mencari model yang lebih komprehensif dan holistik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan solusi yang lebih baik dalam menghadapi masalah perekonomian. Salah satu jalan keluar dengan mengembangkan sistem keuangan yang lebih menyeluruh dan sistemik yang juga dikenal dalam ekonomi Islam.

Ekonomi Islam pada hakikatnya adalah upaya untuk pengalokasian sumber-sumber daya untuk memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam rangka memperoleh ridho-Nya. Menurut ahli ekonomi Islam, ada tiga karakteristik yang melekat pada ekonomi Islam, yaitu Inspirasi dan petunjuknya diambil dari Al-Quran dan As-sunnah, perspektif dan pandangan ekonominya mempertimbangkan peradaban Islam sebagai sumber, dan bertujuan untuk menemukan dan menghidupkan kembali nilai-nilai, prioritas, dan etika ekonomi komunitas muslim periode awal.

Paradigma ekonomi Islam tidak sama dengan ekonomi konvensional. Paradigma kedua disiplin ilmu tersebut berbeda secara radikal. Paradigma Islam bukanlah sekuler, bebas nilai, dan materialis, tetapi cenderung berlandaskan sejumlah konsep yang mengakar ke dalam doktrin-doktrinnya. Ia memberikan kepentingan utama pada nilai-nilai moral, persaudaraan manusia dan keadilan sosial ekonomi, tidak seperti konsep Marxisme dan Kapitalisme yang tidak menggantungkan diri kepada negara maupun pasar untuk merealisasikan visinya. Paradigma Islam lebih mengarah kepada peran mengintegrasikan nilai-nilai dan institusi-institusi, pasar, keluarga, masyarakat dan negara untuk menjamin


(25)

terealisasinya falah atau kesejahteraan untuk semua. Ini menekankan pentingnya perubahan sosial melalui perbaikan individu dan masyarakat tanpa menimbulkan ketidakadilan dalam pasar dan negara. Al-Qur’an dan As-sunnah secara bersama-sama telah menerangkan bahwa seluruh unsur paradigma Islam dengan gamblangnya, sehingga sangat kecil kemungkinan adanya ambiguitas. Jika terdapat perbedaan pendapat, itupun disebutkan dengan jelas.

Salah salah satu ajaran Islam yang penting untuk menegakkan keadilan dan menghapuskan eksploitasi dalam transaksi bisnis adalah dengan melarang semua bentuk peningkatan kekayaan “secara tidak adil” (akl amwaalan-naas bil-bathil). Al-Qur’an dan As-sunnah telah memberikan prinsip-prinsip yang dapat diketahui atau dideduksi oleh kaum muslimin mengenai cara-cara memperoleh kekayaan dan penghasilan “yang salah” atau “yang benar” dan “yang diperbolehkan” atau “yang tidak diperbolehkan”. Suatu sumber utama keuntungan yang tidak diperbolehkan dalam sistem nilai Islam adalah Riba. Larangan riba muncul dalam Al-Qur’an, pertama (ar-Ruum: 39), kedua (an-Nisaa: 161), ketiga (al-Imran: 130-132), kempat (al-Baqarah: 275-281). Rasulullah SAW juga mengutuk, dengan menggunakan kata-kata yang sangat terang, bukan saja mereka yang mengambil riba, tetapi juga mereka yang memberikan riba. Bahkan, beliau menyamakan dosa orang yang mengambil riba dengan dosa orang yang melakukan zina 36 kali atau setara dengan orang yang menzinahi ibunya sendiri.

Dewasa ini hampir seluruh negara-negara yang mayoritas masyarakatnya muslim, memiliki lembaga keuangan dan bank-bank yang berdasarkan pada syariah Islam. Dalam situasi yang seperti itu, dua bentuk kelembagaan berevolusi,


(26)

yakni bank-bank Islam didirikan di sebagian besar negara-negara muslim, dan perusahaan-perusahaan investasi dan holding companies yang beroperasi di negara-negara muslim tetapi juga beroperasi di negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim. Dalam kasus tersebut, operasionalisasi bank-bank Islam merupakan subjek dari regulasi khusus yang diterapkan pada semua bank. Lembaga-lembaga tersebut bersaing dengan bank-bank konvensional untuk menarik dana pihak ketiga tetapi tanpa menentukan tingkat suku bunga dan menginvestasikan dana pihak ketiga kepada sektor-sektor usaha yang menguntungkan dengan persyaratan di mana investasi tersebut tidak dipergunakan kepada hal-hal yang sifatnya dilarang oleh syariah Islam.

Kajian dalam hal ini dapat dikelompokkan menjadi 3 unsur penting yang selalu ada dalam ekonomi moneter, yaitu peran uang sebagai instrumen moneter paling vital dalam sistem ekonomi Islam, kebijakan moneter yang berusaha mengatur berbagai permasalahan dalam sistem ini agar konsep adil dapat terwujud, dan terakhir adalah sistem perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediaries yang menerapkan konsep tanpa bunga.

Namun, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sistem ekonomi moneter yang berbasis syariah akan lebih baik diterapkan jika dibandingkan dengan ekonomi konvensional, dan juga dapat menjadi alternatif sistem ekonomi yang lebih dapat mensejahterakan rakyat. Ekonomi Islam yang sebenarnya sudah ada ribuan tahun yang lalu (sejak jaman Rasulullah) perlahan kembali bangkit dan menggeliat. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis


(27)

instrumen moneter syariah dengan penambahan variabel yang berbeda dari penelitian sebelumnya.

Motivasi dalam melakukan penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruh keefektivan dari instrumen moneter syariah berdasarkan data moneter (keuangan) terhadap stabilitas nilai uang. Atas dasar penelitian di atas, serta teori yang menyatakan uang dan kebijakan moneter sebagai instrumen moneter dalam sistem ekonomi Islam, maka penelitian ini mengambil judul “PEMODELAN INSTRUMEN MONETER SYARIAH DENGAN METODE SYSTEM DYNAMICS.”

B. Rumusan Masalah

Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Dalam sistem ekonomi Islam, uang merupakan instrumen moneter yang paling vital. Sifat dan pengaruh uang terhadap kegiatan ekonomi merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang dipelajari dalam ilmu ekonomi moneter. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana membuat pemodelan dengan metode System Dynamics pada Jumlah Uang Beredar?


(28)

2. Bagaimana membuat prediksi ke depan dari beberapa perubahan variabel independen?

3. Bagaimana membuat analisis kebijakan pengembangan Jumlah Uang Beredar dengan metode System Dynamics?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

 Membuat pemodelan System Dynamics dalam simulasi Jumlah Uang beredar.

 Membuat prediksi ke depan dari beberapa perubahan variabel independen.

 Menentukan analisis kebijakan pengembangan Jumlah Uang Beredardengan metode System Dynamics.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: a. Manfaat Praktis

 Bagi pihak ekonom, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan prediksi kondisi moneter (keuangan), terutama yang berbasis syariah.

 Bagi pihak pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak yang


(29)

berwenang di dalamnya sebagai penetapan kebijakan terutama menyangkut keuangan (moneter) dan kebijakan lainnya.

b. Manfaat Teoritis

 Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori yang telah diperoleh, terutama dalam hal menganalisa sistem moneter yang terus berkembang (terutama yang berbasis syariah).

 Bagi peneliti lebih lanjut, penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik-topik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Ekonomi Islam

1. Ekonomi Islam

Islam sebagai konsep atau sistem hidup bersifat integratif dan komprehensif (sempurna). Di mana Islam merupakan ajaran yang mengatur kehidupan dalam ruang lingkup akidah, ibadah, dan semua bentuk transaksi, khususnya pada hal yang berkaitan dengan masalah aktivitas ekonomi. Dengan bersumber pada ayat-ayat Qur’an dan Al-Hadist (Abu Bakr Jabir Al-Jabir, 2001)

Ilmu ekonomi Islam adalah teori atau hukum-hukum dasar yang menjelaskan perilaku-perilaku antar variabel ekonomi dengan memasukkan unsur norma ataupun tata aturan tertentu (unsur Ilahiah). Oleh karena itu, ekonomi Islam tidak hanya menjelaskan fakta-fakta secara apa adanya, tetapi juga harus menerangkan apa yang seharusnya dilakukan, dan apa yang seharusnya dikesampingkan (dihindari). Adapun tujuan ekonomi Islam itu adalah sebagai berikut:

 Mencari kesenangan akhirat yang diridhai Allah SWT dengan segala kapital yang diberikan-Nya kepada kita (mengutamakan Ketuhanan).


(31)

 Janganlah melalaikan perjuangan nasib di dunia, yaitu mencari rezeki dan hak milik (memperjuangkan kebutuhan hidup duniawi).

 Berbuat baik kepada masyarakat, sebagaiman Allah SWT memberikan kepada kita yang terbaik dan tak terkira (menciptakan kesejahteraan sosial).

 Janganlah mencari kebinasaan di muka bumi ini.

Untuk mencapai atau menjamin berfungsinya sistem moneter secara baik, biasanya otoritas moneter harus melakukan pengawasan pada keseluruhan sistem. Bukan hanya itu, otoritas moneter biasanya mempercayai bahwa uang bukanlah suatu selubung yang sederhana. Sektor moneter merupakan jaringan yang penting dan mempengaruhi sektor ekonomi riil. Jadi kebijakan moneter merupakan instrumen penting dari kebijakan publik dalam sistem ekonomi modern. Hal ini juga benar (berlaku) dalam sistem ekonomi Islam, akan tetapi perbedaan mendasarnya adalah terletak pada tujuan dan larangan bunga dalam Islam. Tujuan-tujuan seperti halnya dengan alat kebijakan moneter juga akan menjadi berbeda. Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem yang didasarkan pada moral, sementara kapitalisme adalah sistem sekuler dan netral-moral (Muhammad M. Ag, 2002).


(32)

Sistem berbasis emas menjamin kestabilan nilai tukar. Kesatuan keuangan untuk semua negara dengan sistem emas atau uang kertas substitusi (uang kertas yang mencerminkan kadar jumlah emas dan perak dalam bentuk uang atau batangan, yang disimpan di tempat tertentu, yang memiliki nilai logam sama dengan nilai nominal yang dimiliki oleh uang kertas tersebut, dan bisa ditukarkan sesuai dengan permintaan) yang secara sempurna bisa dipertukarkan dengan emas pada waktu yang sama. Karena itu, harga tukar antara uang suatu negara dan uang negara menjadi stabil karena terikat dengan emas yang sama nilainya dan sudah dikenal luas. Dinar Islam, misalnya adalah 4,25 gram emas; pound Inggris dengan ketentuan undang-undangnya, yaitu 2 gram emas murni; frank Perancis setara dengan 1 gram emas murni. Dengan demikian harga tukar atau kurs menjadi stabil. Jadi kurs pertukarannya adalah dua dinar Islam dapat ditukar dengan sembilan frank Perancis atau dengan 4,5 pound Inggris. Kurs pertukaran ini akan tetap, karena hakikatnya adalah menukarkan emas dengan emas.

Menarik untuk diperhatikan bahwa selama mata uang dunia masih disandarkan kepada emas, selama itu pula mata uang relatif stabil dan kemungkinan krisis sangat kecil. Ancaman krisis hanya ada dari penyakit yang lain, yaitu bunga. Tidak mengherankan karenanya jika dalam sejarah Islam tidak pernah terjadi krisis semacam itu. Sebab, sejak zaman Nabi SAW sampai dengan Dinasti Ustmaniyyah, yang jatuh pada tahun 1923, yang namanya uang adalah uang emas atau perak. Uang kertas tidak dikenal sama sekali.


(33)

Mata uang yang ada dalam sejarah Islam adalah emas dan perak. Uang kertas yang ada sekarang bukanlah produk peradaban Islam, karena itu wajar bila terjadi krisis dimana-mana. Uang kertas yang ada sekarang adalah legal tender, yaitu janji pemerintah yang menganggap bahwa itu adalah uang. Jika suatu saat hukum menyatakan ia bukan uang, maka yang tertinggal hanyalah tumpukan kertas berwarna yang tidak bernilai apa-apa. Padahal uang adalah alat tukar yang bisa menggantikan posisi barang bila suatu transaksi berhenti di tengah (uang belum sempat ditukarkan lagi dengan barang lain). Jika orang sedang memegangnya lalu datang pengumuman bahwa uang kertas berhenti sebagai alat tukar dan digantikan oleh beras, misalnya, ia hanya memiliki kertas yang tidak bernilai apa-apa. Selain itu, jika demikian itu dilakukan maka pemerintah bertanggung jawab menyediakan beras sekian banyak untuk mengganti uang tersebut.

a. Definisi Ekonomi Islam

Berikut ini merupakan definisi ekonomi dalam Islam yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

1). Muhammad Syauki al Fanjari, mendefinisikan bahwa ekonomi Islam adalah segala sesuatu yang mengendalikan dan mengatur aktivitas ekonomi sesuai dengan pokok-pokok Islam dan politik ekonminya. (Heri Sudarsono, 2002:3).

2). MM. Metwally, mendefinisikan bahwa ekonomi Islam adalah sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim


(34)

(yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al-Qur’an Hadist, Ijma’, dan Qiyas. (P3EI, 2008:3).

3). M. Akram Khan, mendefinisikan bahwa ekonomi Islam adalah ilmu ekonmi yang bertujuan mempelajari kesejahteraan manusia (falah/welfare) yang dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi. (Ali Sakti, 2007:13).

4). M. N. Siddiqi, Ilmu ekonomi Islam adalah respon para pemikir muslim terhadap tantangan-tantangan ekonomi zaman mereka. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al-Qur’an dan As-Sunah maupun akal dan pengalaman.

2. Ekonomi Moneter

Ekonomi moneter adalah bagian dari ilmu ekonomi yang secara khusus mempelajari sifat, fungsi, dan peranan serta pengaruh uang terhadap aktivitas perekonomian sebuah negara.

Dengan ekonomi moneter, dapat diketahui secara mendalam berbagai hal yang berkaitan dengan uang, seperti mekanisme penciptaan uang, peranan uang, pasar uang, tingkat bunga, sistem dan kebijakan moneter, dan hal penting lainnya. Ini sangat penting karena uang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan mempelajari ekonomi moneter, dapat diketahui serta dianalisis berbagai


(35)

fenomena dan kebijakan moneter serta dampaknya pada aktivitas ekonomi masyarakat dan negara. Beberapa fenomena moneter tersebut diantaranya adalah bertambahnya jumlah uang beredar, berubahnya tingkat suku bunga, kredit macet, fluktuasi nilai tukar, dan sejenisnya (Nopirin, 2006).

a. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.

Kebijakan moneter penting dilakukan oleh Bank Indonesia dalam mengendalikan jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar memiliki keterkaitan langsung terhadap aktivitas perekonomian, yaitu produksi (output) dan harga. Jumlah uang beredar yang berlebih akan mendorong kenaikan harga sehingga menekan daya beli masyarakat, sedangkan jumlah uang beredar yang terbatas akan menekan atau melesukan pertumbuhan ekonomi.

Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai


(36)

sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Angandrowa Gulo dalam tesisnya yang berjudul Analisis Pengaruh Aspek Fiskal dan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (2008), menyebutkan bahwa kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

 Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy),

adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang edar.

 Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Contractive Policy),

adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).

Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi-fungsi bank sentralnya terhadap bank-bank yang berdasarkan syariah mempunyai instrumen-instrumen sebagai berikut:

a). Sertikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), yang sekarang berganti nama menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).

b). Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah (SIMA), yang sekarang lebih dikenal dengan Pasar Uang Antar Bank Indonesia (PUAS).


(37)

c). Giro Wajib Minimum (GWM).

Achmad Tolihin dalam tesisnya yang berjudul Implementasi Perbankan Islam: Pengaruh Sosio-Ekonomis dan Peranannya dalam Pembangunan (2003), menyebutkan perbedaan antara instrumen moneter konvensional dengan instrumen moneter syariah, yang tergambar dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.1

Perbedaan Instrumen Moneter Konvensional dengan Instrumen Moneter Syariah

Bank Konvensional Bank Syariah

Instrumen Moneter 1. Sertifikat Bank Indonesia 1. Sertifikat Bank (kontrol jumlah uang (SBI) Indonesia Syariah

beredar) (SBIS)

2. Surat Berharga Pasar 2. Pasar Uang Antar Uang (SBPU) Bank syariah (PUAS)

Sumber: Achmad Tolihin, 2003.

B. Fungsi dan Tujuan Kebijakan Moneter 1. Fungsi Kebijakan Moneter

Anwar Abbas (2009) menyebutkan bahwa kebijakan moneter berfungsi untuk memacu pembangunan, yaitu melalui:

 Mempengaruhi ongkos dan pengadaan kredit

 Pengendalian inflasi


(38)

Fungsi utama sistem moneter adalah melengkapi kebutuhan transaksi masyarakat, khususnya dalam rangka menumbuhkan ekonomi. Fungsi ini harus menjamin bahwa pertumbuhan moneter adalah memungkinkan dan tidak excessive dan deficien. Oleh karena itu, kita perlu melihat dan mengontrol sumber-sumber ekspansi moneter.

2. Tujuan Kebijakan Moneter

 Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.

 Menjaga kestabilan harga, harga suatu barang merupakan hasil interaksi antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar.

 Meningkatkan kesempatan kerja, pada saat perekonomian stabil, pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga memperluas kesempatan kerja masyarakat.

 Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat, denagn jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.


(39)

Menurut Umer Chapra (2000), bahwa tujuan dan fungsi yang paling penting adalah: a. Kelayakan ekonomi yang luas berlandaskan Full Employment dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum, b. Keadilan sosio-ekonomi dengan pemerataan distribusi pendapatan dan kesejahteraan, c. Stabilitas dalam nilai uang sehingga memungkinkan medium of exchange dapat dipergunakan sebagai bagian satuan perhitungan, patokan yang adil dalam penangguhan pembayaran, dan nilai tukar yang stabil, d. Penagihan yang efektif dan semua jasa biasanya diharapkan dari sistem perbankan.

Dari empat tujuan dan fungsi tersebut di atas, sepintas dapat dinyatakan bahwa tujuan dan fungsi tersebut adalah yang ada dalam sistem kapitalis. Akan tetapi kalau dikaji lebih dalam, walaupun kelihatannya ada yang sama, namun sesungguhnya ada perbedaan dalam penekanan. Perbedaan tersebut adalah terletak pada perbedaan komitmen kedua sistem tersebut tentang nilai-nilai spiritual, keadilan sosio-ekonomi dan persaudaraan manusia.

Di dalam Islam, tujuan yang hendak dicapai tidak dapat dipisahkan dari ideologi dan keyakinan. Tujuan merupakan masukan yang penting bagi sebagian hasil yang juristik. Tujuan membawa sanksi, dan sejauh tujuan-tujuan tersebut didasarkan pada Al-Quran dan Sunnah, maka menjadi keharusan, bukan persoalan tawar-menawar politik dan untung-untungan.


(40)

Walaupun demikian, hal ini merupakan strategi yang penting untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut dan di sini pula Islam memberikan (membuat) kontribusi yang unik. Keunikan kontribusi Islam adalah terletak pada keseluruhan tujuan dan fungsi di atas.

C. Instrumen Moneter Syariah

Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi-fungsi bank sentralnya terhadap bank-bank yang berdasarkan syariah mempunyai instrumen-instrumen sebagai berikut:

1. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, yang sekarang diubah namanya menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) juga dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek.

2. Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank Syariah (SIMA), yang sekarang lebih dikenal dengan Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS) adalah suatu instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapat keuntungan dan di lain pihak sebagai sasaran penyediaan dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana.

3. Giro Wajib Minimum (GWM), biasanya dinamakan sebagai statutory reserve requirement, yaitu simpanan minimum bank-bank umum dalam bentuk giro pada BI yang besarnya ditetapkan oleh BI berdasarkan presentase tertentu dari dana pihak ketiga. GWM ini


(41)

adalah kewajiban bank dalam rangka mendukung pelaksanaan prinsip-prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking) serta juga mempunyai peran sebagai instrumen moneter yang berfungsi mengendalikan jumlah uang beredar.

Menurut Adiwarman A. Karim (2006), instrumen moneter yang diaplikasikan di Indonesia berdasarkan prinsip syariah terdapat tiga instrumen, di antaranya Giro Wajib Minimum, Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah yang sekarang diubah menjadi Pasar Uang Antar Bank Syariah, dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang sekarang diubah menjadi Sertifikat Bank Indonesia Syariah.

a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Sejak diberlakukannya Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 tahun 2004, Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia memiliki tugas antara lain menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

Dalam rangka mendukung tugas dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia melakukan pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang dapat dilakukan berdasarkan pinsip syariah. Untuk melaksanakan kegiatan OPT yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, Bank Indonesia berwenang menetapkan instrumen OPT yang digunakan. Sejalan dengan hal tersebut,


(42)

Bank Indonesia perlu menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah.

1. Pengertian

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

2. Ketentuan Umum SBIS

Dalam peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:

a) Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut BUS adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998, yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

b) Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS adalah:

 Unit kerja di kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah; atau

 Unit kerja di kantor cabang dari suatu bank konvenional yang berkedudukan di luar negeri yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan atau unit syariah.


(43)

3. Tujuan penerbitan SBIS

SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah.

4. Akad dan Karakteristik SBIS

SBIS yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menggunakan akad Ju’alah yaitu janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (‘iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan. Dan juga SBIS memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah)

b) Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan

c) Diterbitkan tanpa warkat (scripless) d) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia e) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder 5. Mekanisme Penerbitan

a) Bank Indonesia menerbitkan SBIS melalui mekanisme lelang. b) Penerbitan SBIS menggunakan BI-SSSS.

c) Pihak yang dapat memiliki SBIS adalah BUS atau UUS.

d) BUS atau UUS dapat memiliki SBIS melalui pengajuan pembelian SBIS secara langsung dan atau malalui perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing.


(44)

b. Pasar Uang Antar bank Berdasarkan Prinsip Syariah, yang selanjutnya disebut PUAS, adalah kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip mudharabah.

1. Tingkat Indikasi Imbalan PUAS adalah rata-rata tertimbang tingkat indikasi imbalan sertifikat investasi mudharabah antar bank yang terjadi di PUAS, yang tercatat pada PIPU.

2. Piranti yang digunakan transaksi dalam PUAS adalah Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA). Sertifikat ini merupakan sertifikat yang digunakan sebagai sarana investasi bagi bank yang kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan, dan di pihak lain SIMA juga sebagai sarana bagi bank syariah yang mengalami kekurangan dana untuk mendapatkan dana jangka pendek dengan prinsip mudharabah. Di Indonesia masalah ini telah diatur oleh Bank Indonesia dengan PBI No.2/8/PBI/2000. dan fatwa DSN Nomor: 38/DSNMUI/X.2002.

3. Sertifikat Investasi Mudharabah antar Bank, yang selanjutnya disebut Sertifikat IMA, adalah sertifikat yang digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan dana dengan prinsip mudharabah.

c. Giro Wajib Minimum 1. Pengertian

Giro Wajib Minimum adalah kebijakan yang mewajibkan setiap bank mencadangkan sejumlah aktiva lancar yang besarnya adalah presentasi tertentu dari kewajiban segeranya. Atau dengan kata lain Giro Wajib


(45)

Minimum (statutory reserve), adalah simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar presentase tertentu dari DPK.

Setiap bank wajib memelihara GWM dalam rupiah. Sedangkan Bank Devisa selain wajib memenuhi ketentuan juga wajib memelihara GWM dalam valuta asing. Kewajiban pemeliharaan GWM bagi setiap bank merupakan salah satu cara pengendalian uang beredar dalam rangka melaksanakan tugas Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara stabilitas moneter.

GWM dalam rupiah wajib dipenuhi oleh setiap bank yang besarnya ditetapkan sebesar 5% (lima perseratus) dari DPK dalam rupiah. Sedangkan GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 3% (tiga perseratus) dari DPK dalam valuta asing. Peresentase GWM dapat disesuaikan dari waktu ke waktu dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian dan arah kebijakan Bank Indonesia.

D. Jumlah Uang Beredar 1. Pengertian Uang

Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima


(46)

sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang. Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.

Pada awalnya di Indonesia, uang dalam hal ini uang kartal diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Namun sejak dikeluarkannya UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1, hak pemerintah untuk mencetak uang dicabut. Pemerintah kemudian menetapkan Bank sentral, Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berhak menciptakan uang kartal. Hak untuk menciptakan uang itu disebut dengan hak oktroi.

a. Jenis Uang 1). Uang kartal

Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sehari-hari. Menurut Undang-undang Bank Sentral No. 13 tahun 1986 pasal 26 ayat 1, bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang logam dan uang kertas. Hak tunggal untuk mengeluarkan uang yang dimiliki Bank Indonesia tersebut disebut hak oktroi.

2). Uang Giral

Uang giral tercipta akibat semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat akan adanya sebuah alat tukar yang lebih mudah,


(47)

praktis dan aman. Di Indonesia, bank yang berhak menciptakan uang giral adalah bank umum selain Bank Indonesia. Menurut UU No. 7 tentang Perbankan tahun 1992, definisi uang giral adalah tagihan yang ada pada bank umum, yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat pembayaran. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro atau telegrafic transfer. Uang giral bukan merupakan alat pembayaran yang sah. Artinya, masyarakat boleh menolak dibayar dengan uang giral.

3). Uang Kuasi

Uang kuasi adalah surat-surat berharga yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran. Biasanya uang kuasi ini terdiri atas deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik swasta domestik.

2. Pengertian Jumlah Uang Beredar

Sebagian ekonom klasik mendefinisikan uang beredar sebagai uang kertas dan uang logam yang ada di tangan masyarakat (disebut juga uang kartal atau currency) karena hanya uang inilah yang benar-benar merupakan daya beli yang langsung bisa digunakan atau dibelanjakan serta mempengaruhi harga barang-barang. Bahkan kaum klasik menyempitkan lagi tentang apa yang dianggap uang beredar yaitu hanya uang kertas dan logam yang ada di tangan masyarakat, dan tidak termasuk uang yang disimpan di bank dan di kantor kas negara.


(48)

Dengan makin berkembangnya peranan bank dalam perekonomian, maka pengertian uang beredar hanya sebagai uang kartal sudah makin ditinggalkan. Hal ini dikarenakan semakin banyak masyarakat umum yang menyimpan uang tunainya di bank dalam bentuk rekening koran dan giro (uang giral atau demand deposits) demi keselamatan atau kemudahan transaksi. Karena masyarakat dengan mudah sewaktu-waktu mengambil kembali rekening koran dan gironya untuk dibelanjakan, maka seharusnya rekening koran dan giro memepunyai status yang sama dengan currency sebagai uang beredar.

a. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam Pengertian Sempit dan Luas

 Dalam arti sempit (Narrow Money)

ket:

M1 = Uang dalam arti sempit C = Uang kartal

DD = Demand deposit

Jumlah uang beredar merupakan seluruh uang kartal (uang tunai) yang dipegang anggota masyarakat dan uang giral (demand deposit) yang dimiliki oleh perseorangan pada bank-bank umum. Uang giral dalam pengertian ini hanya uang giral yang dapat dipergunakan untuk transaksi secara langsung oleh pemiliknya, sehingga uang giral yang disimpan dalam lemari besi bank umum dan bank sentral atau milik bank yang ada di bank lain tidak termasuk sebagai uang giral dalam pengertian sempit ini.


(49)

M2 = M1 + TD + SD

 Dalam arti luas (Broad Money)

ket:

M2 = Uang dalam arti luas M1 = Uang dalam arti sempit

SD = Saving deposit (saldo tabungan) TD = Time deposit (deposito berjangka)

Dalam pengertian luas ini, uang beredar selain uang kartal dan giro yang dipegang masyarakat, juga termasuk deposito berjangka dan tabungan masyarakat (uang kuasi), karena tabungan dan deposito berjangka ini dapat diubah menjadi uang tunai sama dengan uang kartal, bahkan pada perekonomian yang semakin maju banyak transaksi yang dilakukan melalui bank.

Penurunan M2 atau jumlah uang beredar dalam arti luas, dapat disebabkan oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya penciptaan uang akibat belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan, berkembangnya alternatif penyimpangan dana lain dalam bentuk reksadana yang menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih baik, dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang memberi kontribusi pada


(50)

peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. (Reny Maharani, 2005)

Jumlah uang beredar yang terlalu banyak ataupun terlalu sedikit dapat mengakibatkan gangguan stabilitas moneter, hal ini disebabkan dengan terlalu banyaknya jumlah uang yang beredar dapat menyebabkan kenaikan inflasi karena terjadinya kenaikan permintaan sehingga kondisi moneter terganggu. Semakin stabilnya jumlah uang beredar, maka semakin baik pula kondisi stabilitas moneter.

Mulia Nasution (2008) membagi instrumen kebijakan moneter menjadi dua kategori, yaitu kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif dan kebijakan moneter yang bersifat kualitatif.

Instrumen kebijakan moneter yang bersifat kuantitatif terkait langsung dengan perubahan jumlah uang beredar (JUB) yang ada di masyarakat, bisa berupa pengurangan maupun penambahan JUB.

Instrumen kebijakan ini meliputi:

a. Mengubah tingkat diskonto (Discount Rate)

Salah satu cara yang dapat dilakukan bank sentral untuk mempengaruhi JUB dan aktivitas perekonomian adalah melalui tingkat suku bunga dan tingkat diskonto. Jika kegiatan ekonomi berada di bawah tingkat yang akan mungkin dicapai, maka bank


(51)

sentral dapat meningkatkan aktivitas perekonomian dengan menurunkan tingkat diskonto, biaya (tingkat bunga) yang dibayarkan oleh bank umum atas pinjaman pada bank sentral akan lebih murah, ini akan lebih memungkinkan bank umum memberikan pinjaman lebih banyak pada sektor industri. Sebaliknya, jika bank sentral ingin menurunkan tingkat aktivitas perekonomian yang mulai memanas, maka tingkat diskonto akan dinaikkan sehingga akan memberikan dampak kepada bank umum yang akan menaikkan tingkat bunga pinjaman yang diberikan. Tindakan ini akan mengakibatkan sector industri enggan membuat pinjaman baru, juga sektor industri akan mengembalikan pinjaman di masa lalu akibat naiknya suku bunga. Hal ini akhirnya akan menurunkan jumlah uang beredar dan sekaligus menurunkan aktivitas perekonomian.

Jadi, Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar (JUB) di suatu negara, Bank Sentral dapat menggunakan instrumen penetapan tingkat diskonto (discount rate) berupa penentuan besarnya tingkat bunga yang berlaku. Jika Bank Sentral menghendaki untuk menambah JUB, maka dilakukan dengan menurunkan tingkat bunga. Penurunan tingkat bunga akan menyebabkan masyarakat lebih menyukai untuk memegang uang tunai atau pun berinvestasi di sektor riil yang diharapkan hasilnya lebih besar dari tingkat bunga yang diterima dari bank.


(52)

Sedangkan apabila Bank Sentral menginginkan untuk mengurangi JUB, maka dilakukan dengan menaikkan tingkat suku bunga. Jika tingkat suku bunga meningkat maka diharapkan masyarakat akan beramai-ramai untuk menabungkan uangnya di bank karena menginginkan mendapatkan bunga yang tinggi. Jika uang yang beredar banyak disetorkan ke perbankan maka JUB akan turun.

b. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka ini dilaksanakan dengan melakukan jual-beli surat-surat berharga. Tindakan menjual dan memjual-beli surat berharga tergantung pada kondisi perekonomian yang terjadi pada suatu Negara. Jika perekonomian dalam keadaan lesu, bank sentral akan berupaya untuk menambah JUB dengan cara membeli surat-surat berharga yang dimiliki bank-bank umum. Dengan kondisi ini maka akan menambah likuiditas bank-bank umum. Bank umum juga akan lebih banyak menyalurkan kredit untuk sektor industri sehingga investasi meningkat, dan hal ini akan kembali meningkatkan aktivitas perekonomian yang sebelumnya mengalami kelesuan.

Bila perekonomian sedang mengamani pemanasan atau inflasi, maka bank sentral akan berusaha untuk meningkatkan cadangan likuiditas bank-bank umum. Dengan kondisi seperti ini, bank


(53)

umum akan berusaha menarik kredit untuk menigkatkan cadangan dan akan menarik kredit yang diberikan.

Bank sentral juga dapat memaksa bank umum untuk membeli surat-surat berharga (di Indonesia: SBI) guna mengurangi jumlah uang beredar.

c. Penetapan Giro Wajib Minimum (Minimum Reserve Reqiurement)

Penetapan besarnya giro wajib minimum akan mempengaruhi jumlah cadangan bank umum di Bank Sentral dan lebih jauh akan mempengaruhi juga terhadap JUB. Apabila Bank Sentral berencana untuk menambah JUB, maka hal ini dilakukan dengan menurunkan persentase giro wajib minimum. Penurunan persentase giro wajib minimum akan meningkatkan kemampuan bank umum dalam menciptakan uang, yang pada gilirannya akan menyebabkan JUB meningkat juga. Sedangkan apabila Bank Sentral berencana mengurangi JUB, maka dilakukan dengan menaikkan besarnya giro wajib minimum. Jika persentase giro wajib minimum naik, maka jumlah cadangan bank umum di Bank Sentral juga akan naik sehingga akan menurunkan kemampuan bank umum untuk menciptakan uang sehingga JUB juga turun.


(54)

Sedangkan instrumen kebijakan moneter yang bersifat kualitatif, meliputi: a. Himbauan moral (Moral Suassion)

Bujukan moral dapat menjadi instrumen pengendalian moneter oleh bank sentral untuk mencapai sasaran operasionalnya. Cara kerja instrument ini pada dasarnya adalah bank sentral memberikan himbauan kepada bank-bank, biasanya terutama kepada bank-bank utama saja (leading banks), agar menjalankan himbauan atau permintaan bank sentral sesuai dengan kebijakan moneter yang dijalankannya.

Biasanya dalam hal ini bank sentral akan menambah jumlah uang beredar, bank-bank diminta untuk menurunkan tingkat bunganya dan mulai menyalurkan kreditnya kepada sector riil. Dengan himbauan tersebut bank-bank secara moral bersedia mengikutinya dalam rangka mendorong kegiatan sector produksi guna mencapai pertumbuhan ekonomi. Kesediaan bank-bank besar menurunkan tingkat bunganya selanjutnya akan diikuti oleh bank-bank kecil. Untuk menjamin berhasil dan efektifnya penggunaan instrument ini, bank sentral haruslah benar-benar berwibawa dan kredibel yang didukung kinerja yang baik sebagai otoritas moneter.

Instrumen kebijakan moneter ini seringkali disebut dengan instrumen kebijakan yang bersifat tidak langsung dalam mempengaruhi JUB. Moral suassion dilakukan melalui berbagai


(55)

regulasi dan himbauan kepada sektor perbankan guna mempercepat mekanisme transmisi kebijakan moneter. Salah satu contohnya adalah adanya himbauan dari pemerintah atau Bank Sentral kepada bank-bank umum akan menyalurkan kredit mikro kepada Usaha Kecil Menengah (UKM). Dengan adanya penyaluran kredit dari perbankan kepada UKM maka akan menyebabkan JUB yang ada di masyarakat meningkat.

b. Pengawasan kredit secara ketat

Pengendalian kredit secara selektif ini dapat mengurangi jumlah uang beredar yang tidak produktif, maksudnya bank sentral perlu mengawasi pemberian pinjaman untuk tujuan konsumtif. Karena pertambahan uang yang bukan untuk menambah output riil dalam perekonomian akan menciptakan inflasi. Dengan pertambahan uang beredar tidak diikuti dengan pertambahan jumlah produksi sektor industri. Jadi, agar jangan sampai pertambahan uang yang tidak produktif ini akhirnya lebih banyak diarahkan pada spekulasi.

Keterkaitan antara instrumen kebijakan moneter dengan perubahan jumlah uang beredar (JUB), baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut:


(56)

Tabel 2.2

Instrumen Kebijakan Moneter

Instrumen Policy Result

Tingkat Diskonto (Discount Rate)

i ↑ i ↓

JUB ↓ JUB ↑ Operasi Pasar Terbuka

(Open Market Operation)

Beli surat berharga Jual surat berharga

JUB ↑ JUB ↓ Giro Wajib Minimum

(Reserve Requirement)

RR ↑ RR ↓

JUB ↓ JUB ↑ Himbauan Moral (Moral

Suassion)

Himbauan kepada bank umum

JUB↑/↓ Pengawasan Kredit Ketat Pengendalian kredit

secara selektif

JUB ↓ Sumber: Mulia Nasution, 2008.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian untuk mengetahui pengaruh dari kebijakan moneter terhadap sistem ekonomi telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan menggunakan variabel dependen dan variabel independen yang beragam. Namun hasil akhir dari penelitan ini adalah pengaruh signifikan antara kedua variabel tersebut. Sutikno (2007) dalam melakukan penelitian tentang dampak kebijakan moneter terhadap performance makro ekonomi Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa inflasi merupakan cerminan konsistensi dan kredibilitas kebijakan otoritas moneter. Hasil dari estimasi VAR menunjukkan bahwa inflasi mampu dijelaskan oleh inflasi itu sendiri, pertumbuhan uang dalam arti sempit, pertumbuhan GDP


(57)

riil, pertumbuhan nilai tukar riil, fluktuasi suku bunga SBI, dan output gap. Respon variabel inflasi terhadap kejutan inflasi itu sendiri mengindikasikan adanya proses otoregresif dalam variabel inflasi. Hasil estimasi VAR juga menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat atau kausalitas antara inflasi dengan output gap.

M. Natsir (2008), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Empiris Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia Melalui Jalur Ekspektasi Inflasi.” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa respon variabel-variabel pada jalur ekspektasi inflasi terhadap shock instrumen kebijakan moneter (rSBI) dan variabel lainnya relatif tidak kuat, hal ini terlihat dari kemampuan variabel utama jalur ini yaitu ekspektasi inflasi (eINF) dan kurs yang tidak mampu menjelaskan secara signifikan variasi sasaran akhir kebijakan moneter (inflasi). Variabel kurs hanya mampu menjelaskan variasi inflasi sebesar 33,88% dan variabel ekspektasi inflasi hanya mampu menjelaskan variasi inflasi sebesar 15,03%. Artinya, Granger causality dan predictive power antara ekspektasi inflasi dan kurs (nilai tukar) dengan inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter relatif lemah.

T. Rifqy Thantawi (2008), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Bonus SWBI dan Penjaminan Pemerintah Terhadap Tingkat Imbalan PUAB Berdasarkan Prinsip Syariah.” Tingkat indikasi bonus SWBI, penetapan maksimum suku bunga penjaminan suku bunga simpanan, dan penetapan maksimum suku bunga penjaminan suku bunga PUAB sebagai variabel bebas dan tingkat indikasi imbalan PUAS sebagai variabel tidak bebas. Penelitian ini


(58)

menggunakan analisis faktor dan regresi untuk analisis matematisnya dan diperoleh hasil bahwa tingkat indikasi bonus SWBI dan penentuan tingkat suku bunga PUAB mempengaruhi secara signifikan dan positif terhadap tingkat pengembalian indikasi PUAS.

Khomaidi Hambali (2004), yang melakukan penelitian dengan judul “Analisis Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Sebagai Instrumen Kebijakan Moneter”. Tujuan penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan SWBI. Variabel bebasnya yaitu bonus SWBI, bunga SBI, lelang SWBI bulan sebelumnya, bonus PUAS dan variabel tidak bebasnya yaitu jumlah permintaan SWBI. Penelitian ini menggunakan metode analisis Ordinary Least Squared dengan hasil menunjukkan bahwa dalam menjalankan fungsinya sebagai otoritas moneter Bank Indonesia telah menggunakan SWBI untuk menangulangi kelebihan likuiditas pada perbankan syariah. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan SWBI yaitu bonus SWBI, lelang SWBI bulan lalu, bunga sertifikat Bank Indonesia, dan bonus PUAS. Faktor utama penentu jumlah permintaan SWBI adalah tingkat suku bunga, faktor penentu selanjutnya adalah tingkat bonus SWBI yang lebih berpengaruh terhadap jumlah permintaan SWBI jika dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya.

Aris Hariyono (2009) melakukan penelitian mengenai kausalitas jumlah uang beredar terhadap inflasi di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Bank Indonesia hanya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari sisi penawaran (musim kemarau panjang, bencana alam, distribusi tidak lancar, dan sebagainya) sepenuhnya berada di luar pengendalian Bank Indonesia. Untuk


(59)

menjaga tingkat inflasi yang erndah dan stabil, diperlukan kerjasama dan komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta.

Hidayatullah Muttaqin (2004) dalam jurnal ekonomi ideologis melakukan penelitian mengenai sistem dinar emas sebagai solusi perbankan syariah. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa sistem mata uang yang berbasis emas dan perak jauh lebih baik ketimbang sistem mata uang yang mengambang (floating) seperti sekarang.Kembalinya sistem mata uang berdasarkan emas sangat mungkin terjadi bila ada kemauan untuk ke arah itu. Dan itu hanya mungkin bila Islam dipakai sebagai acuan karena sistem mata uang emas dan perak telah diabadikan oleh pemerintahan Islam di masa jayanya dan tidak pernah terjadi krisis keuangan seperti yang ada sekarang.

Samar Maziad (2009), dalam IMF working paper melakukan penelitian mengenai kebijakan moneter dan bank sentral di Yordania. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa stabilitas makroekonomi diukur dengan rendahnya inflasi dan stabilitas nilai tukar, pertumbuhan yang berkelanjutan dan penyempitan keseimbangan fiskal, yang telah tertanam dalam pengelompokan ekonomi regional yang telah mapan dan pengaturan serikat moneter. Hasil dari VAR dan ECM menyarankan bahwa tanggapan atau reaksi dari tingkat kebijakan di Yordania untuk perubahan dalam tingkat US Federal Fund’s adalah kurang dari satu per satu. Di dalam jangka pendek, Central Bank of Jordan (CBJ) terlihat untuk menyikapi hasil dari kebijakan moneter untuk inflasi dalam negeri dan ukuran dari output gap dalam negeri.


(60)

Mary Handoko. W dan Izzatul Ummah (2009), melakukan penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dan analisis kebijakannya dengan menggunakan system dynamics dapat digunakan sebagai alat simulasi dan pembelajaran untuk memudahkan pengguna model mempelajari sistem keuangan dan analisisnya, serta mensimulasikan keputusan yang diambil dalam permasalahan keuangan dan melihat bagaimana efek keputusan tersebut terhadap kinerja keuangan. Dan juga hasil rancangan ini dapat digunakan untuk mempelajari dan meningkatkan pemahaman atas perilaku sistem nyata, serta untuk melakukan simulasi percobaan sebelum menerapkan kebijakan pada sistem nyata. Namun model ini masih memerlukan validasi, reformulasi model dan pengembangan lebih lanjut, misalnya dengan menambahkan subsektor-subsektor selain keuangan agar lebih mendekati dunia nyata.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Abdillah dengan judul “Strategi perusahaan dengan pendekatan sistem dinamik, studi kasus PT Bank Muamalat Indonesia tbk.” Penelitian ini menghasilkan model sistem strategi perusahaan dengan mempertimbangkan faktor ekternal dan faktor internal dengan pendekatan sistem dinamik, berdasarkan keempat hasil skenario, menghasilkan skenario terbaik yaitu skenario kebijakan dengan melakukan treathment terhadap faktor eksternal dan faktor internal sehingga menghasilkan titik koordinat pada posisi Internal Factor Evaluation (FE) berada pada 5,08 dan posisi External Factor Evaluation (EFE) pada nilai 4,45. Dilihat dengan matriks General Electric, angka ini menunjukkan posisi perusahaan pada set 1, yaitu set yang paling optimal.


(61)

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

No Judul Penulis Variabel

(Dependen dan Independen)

Metode Analisis

Hasil

1. Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Performance Makro Ekonomi Indonesia (Sebelum dan Pasca krisis Ekonomi)

Sutikno (2007)

Instrumen kebijakan

moneter, Uang primer, Suku bunga SBI, Suku bunga deposito 1 bulan, Inflasi, PDB, dan Nilai tukar.

VAR bahwa inflasi

merupakan cerminan

konsistensi dan

kredibilitas kebijakan

otoritas moneter.

Hasil dari estimasi

VAR menunjukkan

bahwa inflasi mampu dijelaskan oleh inflasi

itu sendiri,

pertumbuan uang

dalam arti sempit,

pertumbuhan GDP

riil, pertumbuhan nilai tukar riil, fluktuasi suku bunga SBI, dan output gap.

2. Analisis Empiris Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia Melalui Jalur Ekspektasi Inflasi Periode 1990:2-2007:1

M. Natsir (2008)

Inflasi, Suku bunga SBI, Output Gap, Ekspektasi

Inflasi, dan Kurs

VAR bahwa respon

variabel-variabel pada jalur ekspektasi inflasi

terhadap shock

instrumen kebijakan moneter (rSBI) dan

variabel lainnya

relatif tidak kuat, hal

ini terlihat dari

kemampuan variabel utama jalur ini yaitu

ekspektasi inflasi

(eINF) dan kurs yang

tidak mampu

menjelaskan secara

signifikan variasi

sasaran akhir

kebijakan moneter

(inflasi).

3. Pengaruh Kebijakan Bonus SWBI dan Penjamin

T.Rifqy Thantawi (2008)

PUAS, SWBI, dan PUAB

Regresi bahwa tingkat indikasi bonus SWBI dan penentuan tingkat


(62)

Pemerintah Terhadap Tingkat

Imbalan Pasar Uang Antar Bank

Berdasarkan Prinsip Syariah di Indonesia

suku bunga PUAB mempengaruhi secara signifikan dan positif terhadap tingkat

pengembalian indikasi PUAS.

4. Analisis SWBI sebagai Instrumen Kebijakan Moneter Khomaidi Hambali (2004)

Bonus SWBI, Bunga SBI, lelang SWBI, Bonus PUAS, dan Jumlah

Permintaan SWBI

OLS bahwa dalam

menjalankan

fungsinya sebagai otoritas moneter Bank Indonesia telah menggunakan SWBI untuk menangulangi kelebihan likuiditas pada perbankan syariah. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan SWBI yaitu bonus SWBI, lelang SWBI bulan lalu, bunga sertifikat Bank Indonesia, dan bonus PUAS. Faktor utama penentu jumlah permintaan SWBI adalah tingkat suku bunga, faktor penentu selanjutnya adalah tingkat bonus SWBI yang lebih berpengaruh

terhadap jumlah permintaan SWBI jika dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya.


(1)

117

Mei-08

1641733

1684101,71

0,001

Jun-08

1703381

1705518,78

0,000

Jul-08

1686050

1727208,21

0,001

Agust-08

1682811

1749173,46

0,002

Sep-08

1778139

1771418,05

0,000

Okt-08

1812490

1793945,52

0,000

Nop-08

1851023

1816759,47

0,000

Des-08

1895839

1839863,55

0,001

Jan-09

1874145

1863261,44

0,000

Feb-09

1900208

1886956,88

0,000

Mar-09

1916752

1910953,66

0,000

Apr-09

1912623

1935255,60

0,000

Mei-09

1927070

1959866,59

0,000

Jun-09

1977533

1984790,55

0,000

Jul-09

1963180

2010031,48

0,001

Agust-09

1995294

2035593,39

0,000

Sep-09

2018031

2061480,37

0,000

Okt-09

2021517

2087696,56

0,001

Nop-09

2062206

2114246,13

0,001

Des-09

2141384

2141133,34

0,000

Total

89936090

90624216,95

0,021

Total (c)/ 60

0,000

RM SE

0,019

RM SE %

1,873


(2)

118

Lampiran 14: Skenario Kebijakan A pada saat Kondisi Normal

Time JUB

01 Des 2009 01 Jan 2010 01 Feb 2010 01 Mar 2010 01 Apr 2010 01 Mei 2010 01 Jun 2010 01 Jul 2010 01 Agust 2010

01 Sep 2010 01 Okt 2010 01 Nop 2010 01 Des 2010 01 Jan 2011 01 Feb 2011 01 Mar 2011 01 Apr 2011 01 Mei 2011 01 Jun 2011 01 Jul 2011 01 Agust 2011

2. 141.384, 00 2. 168.723, 73 2. 196.412, 50 2. 224.454, 78 2. 252.855, 08 2. 281.617, 97 2. 310.748, 08 2. 340.250, 09 2. 370.128, 76 2. 400.388, 89 2. 431.035, 36 2. 462.073, 09 2. 493.507, 09 2. 525.342, 40 2. 557.584, 16 2. 590.237, 55 2. 623.307, 83 2. 656.800, 32 2. 690.720, 41 2. 725.073, 56 2. 759.865, 30

Time JUB

01 Sep 2011 01 Okt 2011 01 Nop 2011 01 Des 2011 01 Jan 2012 01 Feb 2012 01 Mar 2012 01 Apr 2012 01 Mei 2012 01 Jun 2012 01 Jul 2012 01 Agust 2012

01 Sep 2012 01 Okt 2012 01 Nop 2012 01 Des 2012 01 Jan 2013 01 Feb 2013 01 Mar 2013 01 Apr 2013 01 Mei 2013

2. 795. 101,22 2. 830. 787,01 2. 866. 928,40 2. 903. 531,20 2. 940. 601,32 2. 978. 144,71 3. 016. 167,42 3. 054. 675,57 3. 093. 675,35 3. 133. 173,05 3. 173. 175,01 3. 213. 687,68 3. 254. 717,58 3. 296. 271,30 3. 338. 355,54 3. 380. 977,07 3. 424. 142,76 3. 467. 859,53 3. 512. 134,45 3. 556. 974,61 3. 602. 387,26

T ime JUB

01 Jun 2013 01 Jul 2013 01 Agust 2013

01 Sep 2013 01 Okt 2013 01 Nop 2013 01 Des 2013 01 Jan 2014 01 Feb 2014 01 Mar 2014 01 Apr 2014 01 Mei 2014 01 Jun 2014 01 Jul 2014 01 Agust 2014

01 Sep 2014 01 Okt 2014 01 Nop 2014 01 Des 2014

3. 648. 379,69 3. 694. 959,30 3. 742. 133,59 3. 789. 910,16 3. 838. 296,69 3. 887. 300,97 3. 936. 930,89 3. 987. 194,44 4. 038. 099,69 4. 089. 654,86 4. 141. 868,22 4. 194. 748,20 4. 248. 303,29 4. 302. 542,11 4. 357. 473,40 4. 413. 106,00 4. 469. 448,86 4. 526. 511,04 4. 584. 301,73

Ja nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pDe sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u stJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u stJu lSe pO k tNo pD e s 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 . 5 0 0 . 0 0 0

3 . 0 0 0 . 0 0 0 3 . 5 0 0 . 0 0 0 4 . 0 0 0 . 0 0 0 4 . 5 0 0 . 0 0 0

J

U

B


(3)

119

Lampiran 15: Skenario Kebijakan B pada saat SBIS Tinggi, GWM Rendah

T ime JUB 01 Des 2009

01 Jan 2010 01 Feb 2010 01 Mar 2010 01 Apr 2010 01 Mei 2010 01 Jun 2010 01 Jul 2010 01 Agust 2010

01 Sep 2010 01 Okt 2010 01 Nop 2010 01 Des 2010 01 Jan 2011 01 Feb 2011 01 Mar 2011 01 Apr 2011 01 Mei 2011 01 Jun 2011 01 Jul 2011 01 Agust 2011

2.141.384,00 2.146.951,66 2.152.533,79 2.158.130,43 2.163.741,63 2.169.367,42 2.175.007,83 2.180.662,91 2.186.332,69 2.192.017,21 2.197.716,51 2.203.430,63 2.209.159,61 2.214.903,48 2.220.662,28 2.226.436,06 2.232.224,85 2.238.028,69 2.243.847,62 2.249.681,68 2.255.530,91

T ime JUB 01 Sep 2011

01 Okt 2011 01 Nop 2011 01 Des 2011 01 Jan 2012 01 Feb 2012 01 Mar 2012 01 Apr 2012 01 Mei 2012 01 Jun 2012 01 Jul 2012 01 Agust 2012

01 Sep 2012 01 Okt 2012 01 Nop 2012 01 Des 2012 01 Jan 2013 01 Feb 2013 01 Mar 2013 01 Apr 2013 01 Mei 2013

2.261.395, 35 2.267.275, 03 2.273.170, 00 2.279.080, 30 2.285.005, 96 2.290.947, 03 2.296.903, 55 2.302.875, 56 2.308.863, 09 2.314.866, 19 2.320.884, 89 2.326.919, 25 2.332.969, 29 2.339.035, 07 2.345.116, 61 2.351.213, 97 2.357.327, 18 2.363.456, 29 2.369.601, 33 2.375.762, 34 2.381.939, 38

T ime JUB 01 Jun 2013

01 Jul 2013 01 Agust 2013

01 Sep 2013 01 Okt 2013 01 Nop 2013 01 Des 2013 01 Jan 2014 01 Feb 2014 01 Mar 2014 01 Apr 2014 01 Mei 2014 01 Jun 2014 01 Jul 2014 01 Agust 2014

01 Sep 2014 01 Okt 2014 01 Nop 2014 01 Des 2014

2.388.132, 48 2.394.341, 67 2.400.567, 02 2.406.808, 54 2.413.066, 30 2.419.340, 32 2.425.630, 66 2.431.937, 35 2.438.260, 44 2.444.599, 97 2.450.955, 99 2.457.328, 52 2.463.717, 63 2.470.123, 35 2.476.545, 72 2.482.984, 79 2.489.440, 60 2.495.913, 20 2.502.402, 62

Ja nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pDe sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u stJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u stJu lSe pO k tNo pD e s 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 . 2 0 0 . 0 0 0

2 . 3 0 0 . 0 0 0 2 . 4 0 0 . 0 0 0 2 . 5 0 0 . 0 0 0

J

U

B


(4)

120

Lampiran 16: Skenario Kebijakan C pada saat SBIS Rendah, GWM Tinggi

Time JUB 01 Des 2009

01 Jan 2010 01 Feb 2010 01 Mar 2010 01 Apr 2010 01 Mei 2010 01 Jun 2010 01 Jul 2010 01 Agust 2010

01 Sep 2010 01 Okt 2010 01 Nop 2010 01 Des 2010 01 Jan 2011 01 Feb 2011 01 Mar 2011 01 Apr 2011 01 Mei 2011 01 Jun 2011 01 Jul 2011 01 Agust 2011

2. 141. 384, 00 2. 125. 538, 23 2. 109. 809, 70 2. 094. 197, 57 2. 078. 700, 96 2. 063. 319, 02 2. 048. 050, 90 2. 032. 895, 76 2. 017. 852, 76 2. 002. 921, 08 1. 988. 099, 88 1. 973. 388, 36 1. 958. 785, 70 1. 944. 291, 09 1. 929. 903, 74 1. 915. 622, 85 1. 901. 447, 63 1. 887. 377, 31 1. 873. 411, 10 1. 859. 548, 24 1. 845. 787, 95

Time JUB 01 Sep 2011

01 Okt 2011 01 Nop 2011 01 Des 2011 01 Jan 2012 01 Feb 2012 01 Mar 2012 01 Apr 2012 01 Mei 2012 01 Jun 2012 01 Jul 2012 01 Agust 2012

01 Sep 2012 01 Okt 2012 01 Nop 2012 01 Des 2012 01 Jan 2013 01 Feb 2013 01 Mar 2013 01 Apr 2013 01 Mei 2013

1. 832. 129, 49 1. 818. 572, 10 1. 805. 115, 03 1. 791. 757, 54 1. 778. 498, 88 1. 765. 338, 34 1. 752. 275, 18 1. 739. 308, 69 1. 726. 438, 14 1. 713. 662, 83 1. 700. 982, 06 1. 688. 395, 11 1. 675. 901, 31 1. 663. 499, 96 1. 651. 190, 37 1. 638. 971, 87 1. 626. 843, 79 1. 614. 805, 45 1. 602. 856, 19 1. 590. 995, 34 1. 579. 222, 27

Time JUB 01 Jun 2013

01 Jul 2013 01 Agust 2013

01 Sep 2013 01 Okt 2013 01 Nop 2013 01 Des 2013 01 Jan 2014 01 Feb 2014 01 Mar 2014 01 Apr 2014 01 Mei 2014 01 Jun 2014 01 Jul 2014 01 Agust 2014

01 Sep 2014 01 Okt 2014 01 Nop 2014 01 Des 2014

1. 567. 536, 31 1. 555. 936, 83 1. 544. 423, 18 1. 532. 994, 73 1. 521. 650, 84 1. 510. 390, 89 1. 499. 214, 27 1. 488. 120, 35 1. 477. 108, 52 1. 466. 178, 17 1. 455. 328, 71 1. 444. 559, 53 1. 433. 870, 04 1. 423. 259, 64 1. 412. 727, 76 1. 402. 273, 82 1. 391. 897, 23 1. 381. 597, 42 1. 371. 373, 83

Ja nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pDe sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u stJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u stJu lSe pO k tNo pD e s 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 1 . 4 0 0 . 0 0 0

1 . 6 0 0 . 0 0 0 1 . 8 0 0 . 0 0 0 2 . 0 0 0 . 0 0 0

J

U

B


(5)

121

Lampiran 17: Skenario Kebijakan D pada saat SBIS Tinggi, GWM Tinggi

T ime JUB 01 Des 2009

01 Jan 2010 01 Feb 2010 01 Mar 2010 01 Apr 2010 01 Mei 2010 01 Jun 2010 01 Jul 2010 01 Agust 2010

01 Sep 2010 01 Okt 2010 01 Nop 2010 01 Des 2010 01 Jan 2011 01 Feb 2011 01 Mar 2011 01 Apr 2011 01 Mei 2011 01 Jun 2011 01 Jul 2011 01 Agust 2011

2.141.384,00 2.093.421,28 2.046.532,81 2.000.694,53 1.955.882,93 1.912.075,00 1.869.248,27 1.827.380,75 1.786.450,98 1.746.437,94 1.707.321,09 1.669.080,38 1.631.696,17 1.595.149,29 1.559.420,97 1.524.492,88 1.490.347,11 1.456.966,13 1.424.332,80 1.392.430,39 1.361.242,53

T ime JUB 01 Sep 2011

01 Okt 2011 01 Nop 2011 01 Des 2011 01 Jan 2012 01 Feb 2012 01 Mar 2012 01 Apr 2012 01 Mei 2012 01 Jun 2012 01 Jul 2012 01 Agust 2012

01 Sep 2012 01 Okt 2012 01 Nop 2012 01 Des 2012 01 Jan 2013 01 Feb 2013 01 Mar 2013 01 Apr 2013 01 Mei 2013

1.330.753,20 1.300.946,77 1.271.807,94 1.243.321,75 1.215.473,60 1.188.249,18 1.161.634,53 1.135.615,99 1.110.180,21 1.085.314,14 1.061.005,02 1.037.240,37 1.014.008,00 991. 295,98 969. 092,67 947. 386,66 926. 166,83 905. 422,27 885. 142,35 865. 316,66 845. 935,02

T ime JUB 01 Jun 2013

01 Jul 2013 01 Agust 2013

01 Sep 2013 01 Okt 2013 01 Nop 2013 01 Des 2013 01 Jan 2014 01 Feb 2014 01 Mar 2014 01 Apr 2014 01 Mei 2014 01 Jun 2014 01 Jul 2014 01 Agust 2014

01 Sep 2014 01 Okt 2014 01 Nop 2014 01 Des 2014

826. 987,50 808. 464,36 790. 356,10 772. 653,43 755. 347,26 738. 428,72 721. 889,12 705. 719,97 689. 912,98 674. 460,04 659. 353,21 644. 584,75 630. 147,07 616. 032,76 602. 234,59 588. 745,48 575. 558,49 562. 666,87 550. 063,99

Ja nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pDe sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u stJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u stJu lSe pO k tNo pD e s 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 5 0 0 . 0 0 0

1 . 0 0 0 . 0 0 0 1 . 5 0 0 . 0 0 0 2 . 0 0 0 . 0 0 0

J

U

B


(6)

122

Lampiran 18: Skenario Kebijakan E pada saat SBIS Rendah, GWM Rendah

Time JUB 01 Des 2009

01 Jan 2010 01 Feb 2010 01 Mar 2010 01 Apr 2010 01 Mei 2010 01 Jun 2010 01 Jul 2010 01 Agust 2010

01 Sep 2010 01 Okt 2010 01 Nop 2010 01 Des 2010 01 Jan 2011 01 Feb 2011 01 Mar 2011 01 Apr 2011 01 Mei 2011 01 Jun 2011 01 Jul 2011 01 Agust 2011

2. 141. 384, 00 2. 178. 850, 04 2. 216. 971, 59 2. 255. 760, 11 2. 295. 227, 27 2. 335. 384, 93 2. 376. 245, 20 2. 417. 820, 35 2. 460. 122, 89 2. 503. 165, 55 2. 546. 961, 28 2. 591. 523, 25 2. 636. 864, 87 2. 682. 999, 78 2. 729. 941, 86 2. 777. 705, 23 2. 826. 304, 26 2. 875. 753, 57 2. 926. 068, 04 2. 977. 262, 79 3. 029. 353, 25

T ime JUB 01 Sep 2011

01 Okt 2011 01 Nop 2011 01 Des 2011 01 Jan 2012 01 Feb 2012 01 Mar 2012 01 Apr 2012 01 Mei 2012 01 Jun 2012 01 Jul 2012 01 Agust 2012

01 Sep 2012 01 Okt 2012 01 Nop 2012 01 Des 2012 01 Jan 2013 01 Feb 2013 01 Mar 2013 01 Apr 2013 01 Mei 2013

3. 082. 355, 06 3. 136. 284, 18 3. 191. 156, 84 3. 246. 989, 54 3. 303. 799, 07 3. 361. 602, 53 3. 420. 417, 31 3. 480. 261, 09 3. 541. 151, 89 3. 603. 108, 02 3. 666. 148, 12 3. 730. 291, 15 3. 795. 556, 41 3. 861. 963, 53 3. 929. 532, 50 3. 998. 283, 63 4. 068. 237, 62 4. 139. 415, 50 4. 211. 838, 68 4. 285. 528, 97 4. 360. 508, 51

Time JUB 01 Jun 2013

01 Jul 2013 01 Agust 2013

01 Sep 2013 01 Okt 2013 01 Nop 2013 01 Des 2013 01 Jan 2014 01 Feb 2014 01 Mar 2014 01 Apr 2014 01 Mei 2014 01 Jun 2014 01 Jul 2014 01 Agust 2014

01 Sep 2014 01 Okt 2014 01 Nop 2014 01 Des 2014

4. 436. 799, 87 4. 514. 426, 01 4. 593. 410, 26 4. 673. 776, 40 4. 755. 548, 60 4. 838. 751, 46 4. 923. 410, 01 5. 009. 549, 72 5. 097. 196, 49 5. 186. 376, 71 5. 277. 117, 19 5. 369. 445, 23 5. 463. 388, 61 5. 558. 975, 59 5. 656. 234, 92 5. 755. 195, 87 5. 855. 888, 20 5. 958. 342, 20 6. 062. 588, 70

Ja nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pDe sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u s tJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u stJu lSe pO k tNo pD e sJa nFe bMa rAp rMe iJu nAg u stJu lSe pO k tNo pD e s 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 3 . 0 0 0 . 0 0 0

4 . 0 0 0 . 0 0 0 5 . 0 0 0 . 0 0 0 6 . 0 0 0 . 0 0 0

J

U

B