Metode Pengumpulan Data Metode Analisis

b. Tahap Rekayasa Model Langkah awal dari pemodelan adalah menetapkan jenis model abstrak yang akan diterapkan yang sejalan dengan tujuan dan karakteristik sistem. Setelah itu, tugas tahap pemodelan terpusat pada pembentukan model abstrak yang realistik. Dalam hal ini ada dua cara pendekatan untuk membentuk suatu model abstrak, pertama, pendekatan kotak gelap. Identifikasi model suatu sistem dilakukan dari informasi yang menggambarkan perilaku terdahulu dari sistem yang sedang berjalan past behaviour of the existing system. Melalui berbagai teknik statistik dan matematik, model diturunkan kemudian dicari yang paling cocok fit pada data operasional. Kedua, pendekatan struktur. Pendekatan struktur merupakan system apporach atau pendekatan dengan berpikir sistem yaitu pendekatan berpikir secara keseluruhan. Pendekatan ini disebut juga pendekatan holistik dengan kesadaran bahwa adanya suatu kejadian berkaitan dengan sistem yang berinteraksi antara obyek dengan lingkungan total. Pada beberapa kasus tertentu kedua pendekatan dapat dipakai secara bersama-sama. c. Tahap Implementasi Komputer Pada tahap ini, model abstrak diwujudkan pada berbagai bentuk persamaan, diagram alir, dan diagram blok. Pemakaian komputer sebagai pengolah data dan penyimpan data tidak dapat diabaikan dalam pendekatan sistem. Tahap ini seolah-olah membentuk model dari suatu model, yaitu tingkat abstraksi lain yang ditarik dari dunia nyata. Setelah program komputer dibuat untuk model abstrak dengan format atau output yang telah dirancang serta telah memadai, selanjutnya dilakukan tahap pembuktian verifikasi bahwa model komputer tersebut mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji. d. Tahap Validasi Validasi adalah suatu proses iteratif yang berupa pengujian berturut-turut sebagai proses penyempurnaan model komputer. Validasi model adalah usaha menyimpulkan apakah model sistem tersebut merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji dapat dihasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Umumnya validasi dimulai dengan uji sederhana, seperti tanda aljabar, tingkat kepangkatan dari besaran, format respons, linear, eksponensial, logaritmik, dan sebagainya, arah perubahan peubah apabila input atau parameter diganti-ganti, dan nilai batas peubah sesuai dengan nilai batas parameter sistem. Uji statistik ini dapat memakai perhitungan koefisien determinasi, pembuktian hipotesis melalui analisis ragam dan sebagainya. Pada tahap ini, seringkali ditemukan kesulitan, karena kurangnya data atau sempitnya data yang tersedia untuk melakukan validitas. Pada permasalahan yang kompleks dan mendesak, disarankan proses validasi partial, yang tidak dilakukan pengujian keseluruhan model sistem. Hal ini mengakibatkan rekomendasi untuk pemakaian model yang terbatas dan bila perlu menyarankan untuk pemakaian model pada pengkajian selanjutnya. e. Analisis Kebijakan Pengambil keputusan merupakan bagian penting dalam tahap ini dengan model dioperasikan untuk mempelajari secara mendetail kebijakan yang dipermasalahkan. Hal ini berlaku sebagai pengarah pada proses kreatif-interaktif yang mencakup pula para analis sistem serta spesialis dari berbagai bidang keilmuan. Apabila tidak ada kriteria keputusan yang khas seperti maksimisasi atau minimisasi, proses interaktif ini dapat menuju pada suatu kajian normatif yang bertalian dengan trade-off antar peubah-peubah sistem. Lebih jauh, dapat diterapkan pula kebijakan untuk secara efisien menilai kombinasi antar beberapa output sistem. Banyak teknik optimasi yang tersedia untuk memecahkan masalah praktis dan beberapa di antaranya dapat diterapkan langsung sebagai simulasi model. Muhammadi, 2001 h. 371 3. System Dynamics Metodologi system dynamics telah berkembang sejak tahun 1950, pertama kali dikembangkan oleh Jay. W. Forrester sewaktu kelompoknya melakukan riset di MIT Massachussets Institute of Technology Cambridge, dengan mencoba mengembangkan manajemen industri untuk mendesain dan mengendalikan sistem industri. Mencoba mengembangkan metode manajemen untuk perencanaan industri jangka panjang yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1961, berjudul Industrial Dynamics. Selanjutnya dengan menggunakan metodologi yang sama Forrester berupaya menjelaskan perkembangan kota yang dipublikasikan dalam buku Urban Dynamics 1969. Pada perkembangannya, metodologi ini telah diterapkan di dalam analisis pada sejumlah persoalan ekonomi dan sosial yang menarik dan penting. Salah satu yang paling banyak dipublikasikan adalah model yang dikembangkan oleh Dennis Meadows dan Club of Rome dalam bukunya The Limits to Growth. Berbagai model telah dikembangkan dengan System Dynamics guna mempelajari berbagai permasalahan yang beragam, seperti manajemen proyek, pasukan perdamaian PBB, penemuan gas alam, pertumbuhan suatu bisnis, perencanaan ekonomi nasional dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pemodelan dengan System Dynamics, dikembangkan pula berbagai software sebagai alat bantu tools, sehingga penggunaan metodologi System Dynamics sebagai salah satu cara pemodelan, menjadi lebih efisien. Saat ini berkembang software-software yang bukan cuma memudahkan pemakai untuk membangun model, tetapi juga untuk melakukan simulasi dan berbagai uji sensitivitas model. a. Definisi System Dynamics Menurut Massachussets Institute of Technology MIT, System Dynamics adalah suatu metodologi untuk mempelajari permasalahan di sekitar kita. Tidak seperti metodologi lain, yang mengkaji permasalahan dengan memilahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, System Dynamics melihat permasalahan secara keseluruhan. Konsep utama System Dynamics adalah pemahaman tentang bagaimana semua objek dalam suatu sistem saling berinteraksi satu sama lain. Menurut System Dynamics Society, System Dynamics adalah suatu metodologi untuk mempelajari dan mengelola sistem umpan balik yang kompleks, seperti yang biasa ditemui dalam dunia bisnis dan sistem sosial lainnya. Menurut Radzicky, System Dynamics adalah suatu metodologi yang handal dan teknik pemodelan dengan simulasi komputer untuk memetakan, memahami, dan membahas isu-isu dan permasalahan yang kompleks. b. Metodologi System Dynamics Metode yang akan dibuat dalam penelitian ini menggunakan metodologi system dynamics, dengan menerjemahkan permasalahan perkembangan instrumen moneter syariah ke dalam model matematik. Metodologi System Dynamics adalah model matematik kausal theory- like. Pengungkapan hubungan kausal dalam bentuk ekspresi matematik didasari oleh dalil hubungan-hubungan yang terdapat dalam fenomena sistem yang diteliti. Pemilihan metodologi System Dynamics ini didasari pertimbangan bahwa metodologi ini mampu mempresentasikan keterkaitan dan saling ketergantungan antar variabel yang dikaji dan mampu menggambarkan interaksi dari masing-masing bagian sistem serta menjelaskan perilaku sitem apabila dilakukan intervensi-intervensi terhadap sistem tersebut. Untuk menguji keakuratan model dilakukan pengujian dengan membandingkan model dengan kondisi nyata dan data empiris. Salah satu metode untuk memperoleh kebenaran ilmiah adalah metodologi System Dynamics. Richardson and Pugh mengatakan: ”system dynamics is a methodology for understanding certain kinds of complex problems”. Metodologi yang dimaksud di sini tidak lain adalah ilmu tentang cara menyangkut logika dalam penelitian ilmiah, yakni keseluruhan sistem, metode, peraturan dan hipotesis yang dipakai dalam memahami permasalahan yang kompleks. Metodologi System Dynamics itu sendiri sejalan dengan konsep paradigma yang dipopulerkan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya berjudul The Structure Of Scientific Revolutions. Paradigma secara umum diartikan sebagai model atau skema. Pemodelan dengan metodologi System Dynamics ini makin berkembang pesat sejak diperkenalkan oleh Jay W. Forrester dalam bukunya yanag berjudul Industrial Dynamics. Model yang dibuat pada dasarnya merupakan hasil dari suatu upaya untuk membuat tiruan dari dunia nyatanya. Untuk mewujudkan hal tersebut, suatu pemodelan haruslah memenuhi metode ilmiah. Metode ini mensyaratkan bahwa suatu model haruslah mempunyai banyak titik kontak points of contact dengan kenyataan reality dan pembandingan yang berulang kali dengan dunia nyata real world melalui titik-titik kontak tersebut. Kemudian barulah model itu dapat dijadikan sebagai suatu dasar untuk memahami dunia nyata dan untuk merancang kebijakan-kebijakan yang dapat mengubah dunia nyata tersebut. Sterman mengemukakan prinsip-prinsip untuk membuat suatu analisis dinamik. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi harus dibedakan di dalam analisis. 2. Adanya struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata harus dapat direpresentasikan di dalam analisis. 3. Aliran-aliran yang berbeda secara konseptual, di dalam analisis harus dibedakan. 4. Hanya informasi yang benar-benar tersedia bagi aktor-aktor di dalam sistem yang harus digunakan dalam pemodelan keputusan-keputusannya. 5. Struktur kaidah penelusuran keputusan di dalam analisis sesuai cocok dalam praktek-praktek manajerial, dan analisis kausalitas dalam kondisi- kondisi tertentu. Karena analisis merupakan representasi dari sistem nyata, maka analisis dikatakan baik bila perilaku analisis tersebut dapat menyerupai sistem sebenarnya dengan syarat tidak melanggar prinsip-prinsip berpikir sistem. Dalam membangun suatu analisis sangat dipengaruhi oleh subyektivitas seseorang atau organisasi, maka perlu adanya penyempurnaan yang dilakukan terus menerus dengan mengenal informasi dan potensi yang relevan. Penggunaan metodologi System Dynamics lebih ditekankan pada tujuan-tujuan peningkatan pemahaman tentang bagaimana tingkah laku muncul dari struktur kebijakan dalam sistem itu. Pemahaman ini sangat penting dalam perencanaan kebijakan yang efektif. c. Software System Dynamics Software yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah software Powersim versi 2.5d, yang kemudian diperbaharui dengan versi yang lebih baik yaitu Powersim versi 2005. Simbol yang digunakan dalam versi 2.5d maupun yang versi 2005 adalah sama. Secara umum simbol yang ada dalam software Powersim tidak jauh berbeda dengan software lainnya yang memakai metode System Dynamics. Dalam aplikasinya simbol dalam Powersim yang digunakan untuk menggambarkan Stock Flow Diagram SFD terdiri dari empat bagian, yaitu constan, auxiliary, level, dan rate. 4. Uji Statistik a. Pengujian Absolute Error Metode uji statistik abosolute error adalah uji statistik untuk melihat penyimpangan antara hasil simulasi dengan data empirik, yaitu dengan menghitung Absolute Variation Error AVE dan Abosolute Means Error AME. AVE adalah melakukan pengujian dengan melihat penyimpangan nilai variasi hasil simulasi terhadap data empirik. Dengan rumus sebagai berikut: AVE = Vs-Ve Ve x 100 ....................................... 3.1 Bahwa Vs adalah varians hasil simulasi dan Ve adalah varians dari data empirik. Sedangkan AME adalah melakukan pengujian untuk melihat penyimpangan antara nilai rata-rata hasil simulasi terhadap data empirik atau data aktual. Dengan rumus: AME = Xs –Xe Xe x 100 .................................... 3.2 Bahwa Xs adalah means hasil simulasi dan Xe adalah means data empirik. b. Pengujian Root Means Square Error Root Means Square Error RMSE mengukur akar rataan kuadrat persentase perbedaan antara nilai yang disimulasikan dengan nilai yang sebenarnya. Besarnya RMSE ditentukan dengan rumus: RMSE = ...................... 3.3 Ket : RMSE = Akar rataan kuadrat persentase kesalahan St = Nilai simulasi pada waktu t At = Nilai aktual pada waktu t n = Jumlah pengamatan t=1,2,...n. Statistik ketidaksamaan Theil membagi rataan kuadrat kesalahan Mean Square Error, MSE ke dalam komponen yang mengukur bagian- bagian kesalahan yang disebabkan oleh bias Inequality bias proportion, ketidaksamaan varian Inequality variance proportion, dan ketidaksamaan kovarian Inequality covarian proportion. Bias terjadi karena adanya perbedaan rata-rata nilai yang disimulasikan dengan nilai rata-rata aktual. Untuk mengukur besarnya bagian kesalahan karena bias digunakan hubungan berikut: U m = .......................................... 3.4 Ket: U m = Bagian MSE karena bias inequality bias proportion S = Rata-rata nilai simulasi A = Rata-rata nilai aktual St = Nilai aktual pada waktu t n = Jumlah pengamatan c. Proses Uji Statistik Adapun proses memilih proses uji statistik AVE, AME, dan RSME sebagai uji validasi adalah sebagai berikut: 1. AVE merupakan pengujian statistik yang diperoleh dari mengkuadratkan penyimpangan data dari nilai rata-ratanya. Selanjutnya, nilai varians dihitung dengan menjumlahkan hasil pengkuadratan selisih nilai data observasi. Hasil AVE masih agak sulit untuk diinterpretasikan karena nilainya cukup besar yaitu dari hasil pengkuadratan. Oleh karena itu, perlu dicari ukuran varians yang sama dengan data aslinya dengan cara menarik akar varians. 2. AME digunakan hanya untuk menyatakan berapa besar penyimpangan rata-rata dari data yang dihasilkan berdasarkan hasil simulasi terhadap rata-rata data referensi. Hasil yang diperoleh masih dianggap terlalu kasar berdasarkan analisis statistik. 3. RMSE merupakan pengujian dalam statistik dengan ukuran varians yang dihasilkan mempunyai unit pengukuran yang sama dengan data asli.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Variabel Dependen Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar Y yang selalu berfluktuasi. Jumlah uang beredar merupakan seluruh uang kartal uang tunai yang dipegang anggota masyarakat dan uang giral demand deposit yang dimiliki oleh perseorangan pada bank-bank umum. Jumlah uang beredar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga penutupan closing price karena harga inilah yang menyatakan naik turunnya stabilitas suatu nilai mata uang. 2. Variabel Independen Variabel independen atau variabel bebas yang nilainya dipergunakan untuk menganalisis terdiri dari rasio-rasio instrumen moneter syariah: a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS Merupakan surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. b. Pasar Uang Antarbank Syariah PUAS Adalah suatu instrumen yang digunakan oleh bank-bank syariah yang kelebihan dana untuk mendapat keuntungan dan di lain pihak sebagai sasaran penyediaan dana jangka pendek bagi bank-bank syariah yang kekurangan dana. c. Giro Wajib Minimum GWM Merupakan kebijakan yang mewajibkan setiap bank mencadangkan sejumlah aktiva lancar yang besarnya adalah presentasi tertentu dari kewajiban segeranya.

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah moneter Indonesia Perekonomian Indonesia pada periode 1960-1965 menghadapi masalah berat sebagai akibat dari kebijakan pemerintah yang telah mengutamakan kepentingan politik. Doktrin ekonomi terpimpin telah menguras hampir seluru potensi ekonomi Indonesia akibat membiayai proyek- proyek politik pemerintah. Sehingga tidak mengherankan, jika pada periode ini pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB sangat rendah, laju inflasi sangat tinggi pada 1966, dan investasi merosot tajam. Dalam menjalankan kebijakan moneter, Bank Indonesia BI dibebani Multiple Objectives, yaitu selain menjaga stabilitas mata uang rupiah juga sebagai bank sirkulasi yang memberi pinjaman uang muka kepada pemerintah, serta menyediakan kredit likuiditas dan kredit langsung kepada lembaga-lembaga negara dan pengusaha. Mulanya pada tahun 1959, pemerintah telah melakukan kebijakan pengetatan moneter sebagai upaya mengatasi tekanan inflasi. Penanganan laju inflasi ini terus berlangsung hingga awal tahun 1960-an dengan melakukan pembatasan kredit perbankan secara kuantitatif dan kualitatif. Tahun 1997 sampai dengan tahun 1998 mrupakan tahun badai dalam sistem moneter dan perbankan Indonesia. Rupiah terpuruk ditelan dollar yang semakin hari semakin melambung tinggi. Perkembangan ekonomi Indonesia pada tahun 1999-2005 mulai membaik, karena banyak faktor positif yang mulai berpengaruh. Faktor-faktor tersebut meliputi perkembangan ekonomi internasional yang cukup baik, perkembangan dalam negeri yang cukup kondusif serta situasi moneter yang cukup stabil. Membaiknya perekonomian Indonesia sejak 1999 tidak terlepas dari kebijakan umum pemerintah dan juga kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia. Kebijakan moneter yang ditempuh pada periode reformasi ini adalah kebijakan yang ketat untuk menyerap likuiditas agar tidak menahan tekanan terhadap inflasi dan nilai tukar rupiah. Kebijakan tersebut dilakukan melalui operasi pasar terbuka, intervensi rupiah di pasar uang rupiah dan sterilisasi di pasar valuta asing. 2. Perkembangan Moneter Indonesia Ekspansi pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih akan berlanjut. Meningkatnya konsumsi swasta serta ekspor menjadi faktor utama pendorong tumbuhnya perekonomian. Akselerasi pertumbuhan konsumsi swasta terutama dipengaruhi oleh perbaikan daya beli masyarakat dan membaiknya optimisme konsumen. Sementara itu, investasi juga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi. meningkatnya permintaan, baik domestik maupun eksternal, merupakan faktor utama pendorong ekspansi investasi. Peningkatan juga terjadi pada kinerja ekspor yang didorong oleh tingginya permintaan eksternal dan masih tingginya harga komoditas global. Di sisi industri pengolahan, sektor perdagangan serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan akan mencatat pertumbuhan yang tinggi. 3. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS Untuk menunjang kegiatan bank syariah sbelum diterbitkan UU perbankan syariah, BI telah mengeluarkan beberapa peraturan teknis, misalnya giro wajib minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi bank umum yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah, serta sertifikat wadiah bank Indonesia SWBI. SWBI digunakan untuk titipan dana bank syariah yang overlikuid dan bersifat sementara. Setelah UU perbankan syariah diberlakukan, BI menindaklanjuti dengan menerbitkan instrumen SBI syariah. SBI syariah merupakan pelengkap SWBI. Kondisi pasar finansial saat ini yang masih merasakan dampak krisis lanjutan akibat krisis subprime mortgage tahun 2007 lalu sehingga sejumlah bank konvensional menaikkan tingkat suku bunga karena suku bunga SBI naik. Oleh karena itu, dengan sertifikat bank Indonesia syariah, bank syariah dapat menitipkan dan menginvestasikan dananya melalui instrumen surat berharga BI tersebut. Dengan demikian meskipun overlikuiditas, dana bank syariah tetap produktif. Pada kwarta II tahun 2008, BI untuk pertama kalinya telah melakukan lelang sertifikat bank Indonesia syariah. BI melaporkan, posisi SBIS pada periode 2009 tumbuh 54 dibanding akhir 2008 SBI tumbuh 44.