hepatic glutathione peroxidase yang berperan sebagai antioksidan dan antitoksin.
23
Rokok juga menurunkan aktivitas superoksida dismutase yang merupakan salah satu enzim antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh dan paling
banyak di hati.
23
Efek negatif lain dari rokok adalah meningkatkan aktifitas lipid peroksidase, ini merupakan suatu produk dari radikal bebas.
23
Semua hal diatas akan memudahkan hati mengalami peradangan dan infeksi.
Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya bisa disebabkan oleh variasi responden yang mayoritas merupakan perokok aktif.
Dalam Islam sendiri merokok tidak dibenarkan karena banyak menimbulkan efek negatif. Utamanya efek negatif terhadap kesehatan tubuh. Dan
sebaiknya seorang umat muslim tidak melakukan kegiatan sia-sia yang membahayakan diri sendiri. Dalam surat Al-Baqarah:195 dikatakan “Janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”. Seperti yang telah dilaporkan para ahli kesehatan dalam penelitian mereka bahwa rokok
menyebabkan banyak penyakit berbahaya seperti kanker, penyakit paru obstruktif kronik PPOK.
4.6. Hubungan Antara Riwayat Penyakit Hati Sebelumnya dengan Hepatitis Imbas OAT
Tabel 4.7. Distribusi data kejadian hepatitis imbas OAT berdasarkan riwayat penyakit hati sebelumnya
Klasifikasi_DIH Total
n p-value
Non DIH n
DIH 1 n
DIH 2 n
DIH 3 n
Riwayat penyakit Hati sebelumnya
Ya 2
3 4
9 0,25
Tidak 41
33 4
2 81
Total 43
36 8
2 90
Setelah dilakukan uji statistik chi square, terdapat 3 sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5 sehingga dilakukan uji alternatifnya yaitu uji
Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden yang memiliki
riwayat penyakit hati sebelumnya dan tidak mengalami hepatitis imbas OAT sebanyak 2 orang 2,2, hepatitis imbas OAT derajat 1 sebanyak 3 orang
3,3, hepatitis imbas OAT derajat 2 sebanyak 4 orang 4,4. Sedangkan pasien yang sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit hati dan tidak
mengalami hepatitis imbas OAT berjumlah 41 orang45,5, hepatitis imbas OAT derajat 1 berjumlah 33 orang 36,6, hepatitis imbas OAT derajat 2
berjumlah 4 orang 4,4, dan hepatitis imbas OAT derajat 3 berjumlah 2 orang 2,2.
Berdasarkan uji statistik tidak terdapat hubungan antara riwayat penyakit hati sebelumnya dengan angka kejadian hepatitis imbas OAT, berbeda dengan
teori dan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa riwayat penyakit hati sebelumnya memiliki hubungan dengan kejadian hepatitis imbas OAT. Menurut
teori dan penelitian sebelumnya pasien yang memiliki riwayat penyakit hati sebelumnya lebih rentan mengalami hepatitis imbas OAT dikarenakan pasien-
pasien yang memiliki penyakit hati sebelumnya cenderung memiliki jaringan ikat fibrosis, yang merupakan bagian akhir dari proses penyembuhan ketika terjadi
penyakit hati seperti hepatitis sebelumnya.
6,17,19
Adanya jaringan ikat pada organ hati tentu akan mengganggu fungsi fisiologisnya. Apalagi ketika hati yang sudah
tidak memiliki struktur dan fungsi yang normal harus memetabolisme sejumlah OAT dalam kurun waktu yang lama. Ini akan mengakibatkan hati lebih rentan
mengalami peradangan akibat OAT. Dari sini terlihat perbedaan antara teori dengan penelitian, hal ini bisa disebabkan oleh variasi responden dimana
responden yang memiliki riwayat penyakit hati sebelumnya hanya sedikit jumlahnya, yakni 9 dari 90 responden.
4.7. Hubungan Antara Status Gizi Terhadap Hepatitis Imbas OAT
Tabel 4.8. Distribusi data kejadian hepatitis imbas OAT berdasarkan status gizi
Klasifikasi_DIH
Total n p-value
Non DIH n
DIH 1 n
DIH 2 n
DIH 3 n
Status_Gizi Baik 18
3 21
0,000
Buruk 4
12 6
1 23
Kurang 21
22 3
46 Total
43 37
9 1
90
Setelah dilakukan uji statistik chi square, terdapat 3 sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5 sehingga dilakukan uji alternatifnya yaitu uji
Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden yang mengalami
DIH kelas 1 dengan status gizi kurang sebanyak 22 orang 24,4 dan sebanyak 3 orang 3,3 yang mengalami DIH kelas 2 pada responden yang memiliki status
gizi kurang. Responden yang memiliki status gizi buruk sebanyak 12 orang 13,3 yang mengalami DIH kelas 1, dan sebanyak 6 orang 6,6 yang
mengalami DIH kelas 2 sedangkan responden yang memiliki status gizi baik yang mengalami DIH kelas 1 sebanyak 3 orang 3,3.
Berdasarkan uji statistik dan penelitian sebelumnya didapatkan bahwa status gizi memberikan pengaruh pada kejadian hepatitis imbas OAT. Status gizi
yang kurang bahkan buruk akan lebih rentan terkena hepatitis imbas OAT. Hal ini dikarenakan pasien yang memiliki IMT rendah, 20 memiliki cadangan glutation
yang sangat rendah.
17
Glutation adalahprotein yang secara alami diproduksi oleh tubuh yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh dan juga regenerasi
sel.
18
Glutation berperan sebagai antioksidan dan antitoksin.
18
Tanpa adanya glutation dalam jumlah yang memadai maka akan rentan terkena cedera
oksidatif.
18
Pada pasien yang mengalami malnutrisi juga disebutkan bahwa proses metabolisme obat akan menjadi lebih lambat dibandingkan dengan pasien yang
status gizinya baik.
17
Mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari status gizi yang kurang bahkan buruk, maka disini dapat dilihat pentingnya makanan sebagai sumber asupan
nutrisi bagi tubuh. Dalam islam pun diajarkan bagaimana pola makan yang baik. Dalam surat Al-Baqarah 168 dikatakan “Hai sekalian manusia makan-makanlah
yang halal lagi baik daripada yang terdapat di bumi dan jangan kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena syaitan musuh yang nyata bagimu”. Dari ayat
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam mengkonsumsi makanan haruslah yang halal dan baik. Hal ini juga tentunya akan memberikan manfaat dari segi
kesehatan.
4.8. Hubungan Antara Konsumsi Obat Lain dengan Hepatitis Imbas OAT
Tabel 4.9. Distribusi data kejadian hepatitis imbas OAT berdasarkan riwayat konsumsi obat lain
Klasifikasi_DIH Total
n p-value
Non DIH n
DIH 1 n
DIH 2 n
DIH 3 n
Konsumsi obat lain Ya 1
5 1
7 0,362
Tidak 42
31 8
2 83
Total 43
36 9
2 90
Setelah dilakukan uji statistik chi square, terdapat 3 sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5 sehingga dilakukan uji alternatifnya yaitu uji
Kolmogorov-Smirnov.