oksidatif.
18
Pada pasien yang mengalami malnutrisi juga disebutkan bahwa proses metabolisme obat akan menjadi lebih lambat dibandingkan dengan pasien yang
status gizinya baik.
17
Mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari status gizi yang kurang bahkan buruk, maka disini dapat dilihat pentingnya makanan sebagai sumber asupan
nutrisi bagi tubuh. Dalam islam pun diajarkan bagaimana pola makan yang baik. Dalam surat Al-Baqarah 168 dikatakan “Hai sekalian manusia makan-makanlah
yang halal lagi baik daripada yang terdapat di bumi dan jangan kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena syaitan musuh yang nyata bagimu”. Dari ayat
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam mengkonsumsi makanan haruslah yang halal dan baik. Hal ini juga tentunya akan memberikan manfaat dari segi
kesehatan.
4.8. Hubungan Antara Konsumsi Obat Lain dengan Hepatitis Imbas OAT
Tabel 4.9. Distribusi data kejadian hepatitis imbas OAT berdasarkan riwayat konsumsi obat lain
Klasifikasi_DIH Total
n p-value
Non DIH n
DIH 1 n
DIH 2 n
DIH 3 n
Konsumsi obat lain Ya 1
5 1
7 0,362
Tidak 42
31 8
2 83
Total 43
36 9
2 90
Setelah dilakukan uji statistik chi square, terdapat 3 sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5 sehingga dilakukan uji alternatifnya yaitu uji
Kolmogorov-Smirnov.
Data yang didapat pada penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya dikatakan bahwa konsumsi obat–obatan
lain ketika sedang sakit tuberkulosis meningkatkan risiko terjadinya hepatitis imbas OAT. Hal ini dikarenakan kebanyakan obat dimetabolisme dihati,
sedangkan obat anti tuberkulosis itu sendiri dimetabolisme dihati.
19
Hal ini akan menambah beban kerja dari organ hati karena harus memetabolisme berbagai
macam obat dan dalam kurun waktu yang lama. Jika hal ini terus berlangsung akan menyebabkan hati lebih rentan untuk mengalami peradangan, sehingga
menyebabkan hepatitis imbas OAT. Tetapi yang perlu dicatat disini adalah tidak semua obat menimbulkan efek toksik pada hati, hal ini tergantung dari jenis obat
dan dosis obat. Dari sini terlihat perbedaan antara teori dengan penelitian, hal ini bisa disebabkan oleh variasi responden dimana responden yang mengkonsumsi
obat lain hanya sedikit jumlahnya, yakni 7 dari 90 responden.
44
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP Persahabatan dan RSPG Cisarua tahun 2013 diperoleh hasil bahwa prevalensi hepatitis imbas OAT
adalah sebanyak 47 orang 52,2. Berdasarkan stadiumnya responden yang mengalami hepatitis imbas OAT derajat 1 sebanyak 36 orang 40,
hepatitis imbas OAT derajat 2 sebanyak 9 orang 10, hepatitis imbas OAT derajat 3 sebanyak 2 orang 2,2, dan tidak terdapat responden
dengan hepatitis imbas OAT derajat 4. 2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia responden dengan
prevalensi hepatitis imbas OAT di RSUP Persahabatan dan RSPG Cisarua tahun 2012.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin responden dengan prevalensi hepatitis imbas OAT di RSUP Persahabatan dan RSPG Cisarua
tahun 2012. p value 0,003. 4. Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol dengan
prevalensi hepatitis imbas OAT di RSUP Persahabatan dan RSPG Cisarua tahun 2012. p value 0,01.
5. Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi rokok dengan kejadian hepatitis imbas OAT p-value 0,005.
6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit hati sebelumnya dengan prevalensi hepatitis imbas OAT di RS Persahabatan
dan RSPG Cisarua tahun 2012. 7. Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian
hepatitis imbas OAT di RSUP Persahabatan dan RSPG Cisarua tahun 2012 p value 0,000.
8. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi obat lain dengan prevalensi hepatitis imbas OAT di RS persahabatan dan RSPG Cisarua
tahun 2012.