Pola Distribusi Responden Statistik Deskriptif

hepatitis imbas OAT. Obat anti tuberkulosis OAT merupakan regimen yang digunakan untuk mengobati penyakit tuberkulosis. Hepatitis imbas OAT sendiri memiliki definisi beragam menurut beberapa penelitian, tetapi secara umum definisi hepatitis imbas OAT adalah peningkatan kadar ALT 1,5 kali dari kadar normal yang muncul setelah terapi, minimal 4 minggu. Prevalensi hepatitis imbas OAT hampir berbeda tiap negara, tetapi negara berkembang cenderung lebih menunjukkan prevalensi yang tinggi. 17 Sebagai negara berkembang, Indonesia menunjukkan prevalensi yang tinggi pada kejadian hepatitis imbas OAT. Persentase prevalensi hepatitis imbas OAT di RSUP Persahabatan dan RSPG Cisarua pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2. Prevalensi pasien TB paru yang nengalami hepatitis imbas OAT di RSUP Persahabatan Jakarta dan RSPG Cisarua pada tahun 2012. Variabel Frekuensi n Persentase DIH Tidak mengalami DIH 47 43 52,2 47,8 Tabel diatas merupakan akumulasi total prevalensi dari dua rumah sakit yakni RSUP Persahabatan dan RSPG Cisarua. Untuk jumlah responden yang mengalami hepatitis imbas OAT masing-masing rumah sakit didapatkan data yaitu pada RSUP Persahabatan 14 pasien mengalami hepatitis imbas OAT dan 21 orang tidak mengalami hepatitis imbas OAT, sedangkan pada RSPG Cisarua didapatkan data yaitu 33 responden mengalami hepatitis imbas OAT dan 22 orang lainnya tidak mengalami hepatitis imbas OAT. Hepatitis imbas OAT dibagi menjadi 4 stadium menurut derajat keparahannya. Berikut merupakan gambaran distribusi karakterisitik responden berdasarkan derajat keparahannya. Gambar 4.2. Distribusi karakteristik responden berdasarkan klasifikasi DIH. Diketahui bahwa jumlah responden yang tidak mengalami hepatitis imbas OAT sebanyak 43 orang 47,8. Sedangkan yang mengalami hepatitis imbas OAT berjumlah 47 orang 52,2. Berdasarkan stadium keparahan, responden yang mengalami hepatitis imbas OAT derajat 1 sebanyak 36 orang 40, hepatitis imbas OAT derajat 2 sebanyak 9 orang 10, hepatitis imbas OAT derajat 3 sebanyak 2 orang 2,2, dan tidak terdapat responden dengan hepatitis imbas OAT derajat 4. 4.2. Hubungan Antara Usia Responden dengan Hepatitis Imbas OAT Tabel 4.3. Distribusi data kejadian hepatitis imbas OAT berdasarkan usia Klasifikasi_DIH Total n p-value Non DIH n DIH 1 n DIH 2 n DIH 3 n Usia 15-60 37 29 8 2 76 1,00 60 6 7 1 14 Total 43 36 9 2 90 Setelah dilakukan uji statistik chi square, terdapat 3 sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5 sehingga dilakukan uji alternatifnya yaitu uji 43 36 9 2 Klasi;ikasi DIH Non DIH DIH 1 DIH 2 DIH 3 DIH 4 Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden dengan usia 15-60 tahun sebanyak 37 orang 41 yang tidak mengalami hepatitis imbas OAT, sebanyak 29 orang 32 mengalami hepatitis imbas OAT derajat 1, sebanyak 8 orang 8,8 yang mengalami hepatitis imbas OAT derajat 2, dan sebanyak 2 orang 2,2 mengalami hepatitis imbas OATderajat 3. Sedangkan responden dengan usia 60 tahun yang tidak mengalami hepatitis imbas OAT sebanyak 6 orang 6,6, sebanyak 7 orang 7,7 mengalami hepatitis imbas OAT derajat 1, 1 orang 1,1 mengalami hepatitis imbas OAT derajat 2. Berdasarkan uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian hepatitis imbas OAT. Hasil uji statistik ini sama dengan hasil uji statistik pada penelitian sebelumnya dimana tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian hepatitis imbas OAT. 6 Hal ini berbeda dengan beberapa teori yang menyatakan usia memegang perananan dalam hal hepatitis imbas OAT. 20,21 Semakin tua umur pasien yang mendapat terapi OAT, maka akan semakin rentan pula untuk terkena efek samping dari OAT, termasuk hepatitis imbas OAT. Hepatitis imbas OAT pada pasien yang lebih tua diakibatkan oleh penurunan fungsi organ hati sehingga fungsi fisiologis pun akan semakin menurun. 20,21 Ketika organ hati yang fungsinya sudah menurun pada usia tua harus memetabolisme sejumlah obat anti tuberkulosis dalam jangka waktu yang cukup lama, maka akan semakin rentanlah pasien menderita hepatitis imbas OAT. Dari sini terlihat perbedaan antara teori dengan penelitian, hal ini bisa disebabkan oleh variasi responden dimana responden usia produktif 15-60 lebih banyak dibanding dengan responden usia tua 60.

4.3. Hubungan Antara Jenis Kelamin Responden dengan Hepatitis Imbas OAT

Tabel 4.4. Distribusi data kejadian hepatitis imbas OAT berdasarkan jenis kelamin Klasifikasi_DIH Total n p-value Non DIH n DIH 1 n DIH 2 n DIH 3 n Jenis kelamin L 24 34 8 66 0,003 P 19 2 1 2 24 Total 43 36 9 2 90 Setelah dilakukan uji statistik chi square, terdapat 3 sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5 sehingga dilakukan uji alternatifnya yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Dari uji statistic yang dilakukan diketahui terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan hepatitis imbas OAT. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden yang tidak mengalami hepatitis imbas OATpada laki-laki sebanyak 24 orang 26,6, hepatitis imbas OAT derajat 1 sebanyak 34 orang 37,7, hepatitis imbas OAT derajat 2 sebanyak 8 orang 8,8, dan tidak ada pasien yang mengalami hepatitis imbas OAT derajat 3 dan 4. Sedangkan pada perempuan yang tidak mengalami hepatitis imbas OAT sebanyak 19 orang 21,1, hepatitis imbas OAT derajat 1 sebanyak 2 orang 2,2, hepatitis imbas OAT derajat 3 sebanyak 2 orang 2,2, dan tidak ada pasien yang mengalami hepatitis imbas OAT derajat 4. Berdasarkan uji statistik dan penelitian sebelumnya dikatakan jenis kelamin memberikan pengaruh terhadap kejadian hepatitis imbas OAT.Pada penelitian sebelumnya disebutkan bahwa perempuan cenderung lebih rentan mengalami hepatitis imbas OAT. 17 Hal ini dikarenakan biotransformasi pada perempuan lebih lambat dibanding laki-laki. 17 Alasan kedua adalah asetilator pada perempuan lebih lambat. Reaksi asetilator adalah reaksi pada jalur metabolisme obat. Fungsi asetilator adalah untuk proses detoksifikasi serta mengubah senyawa obat menjadi metabolit tidak aktif, lebih bersifat polar agar selanjutnya mudah untuk diekskresikan. Jika asetilator lambat maka akan menurunkan jumlah dan aktivitas dari enzim N-Asetiltransferase menjadi sangat lambat sehingga menyebabkan perubahan obat menjadi metabolit tidak aktif juga menjadi lambat. 17 Dari sini terlihat perbedaan antara teori dengan penelitian, pada penelitian ini didapatkan laki-laki memiliki hubungan dengan kejadian hepatitis imbas OAT. Hal ini dapat dipengaruhi oleh variasi responden dimana responden laki-laki lebih banyak daripada responden perempuan.

4.4. Hubungan Antara Alkohol dengan Hepatitis Imbas OAT

Tabel 4.5. Distribusi data kejadian hepatitis imbas OAT berdasarkan riwayat konsumsi alkohol Klasifikasi_DIH Total n p-value Non DIH n DIH 1 n DIH 2 n DIH 3 n Riwayat_alkohol Ya 5 13 7 25 0,01 Tidak 38 23 2 2 65 Total 43 36 9 2 90 Setelah dilakukan uji statistik chi square, terdapat 3 sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5 sehingga dilakukan uji alternatifnya yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Dari penelitian diketahui hubungan antara konsumsi alkohol dengan hepatitis imbas OAT. Konsumsi alkohol diduga dapat mempengaruhi kejadian hepatitis imbas OAT. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden yang mengalami hepatitis imbas OAT derajat 1 dengan kebiasaan konsumsi alkohol sebanyak 13 orang 14,4, hepatitis imbas OAT derajat 2 dengan kebiasaan konsumsi alkohol sebanyak 7 orang 7,7, sedangkan pada yang tidak konsumsi alkohol sebanyak 38 orang 42,2 yang tidak mengalami hepatitis imbas OAT, 23 orang 25,5 mengalami hepatitis imbas OAT derajat 1, 2 orang 2,2 mengalami hepatitis imbas OAT derajat 2, dan 2 orang 2,2 mengalami hepatitis imbas OAT derajat 3. Dari uji statistik yang dilakukan hasil yang didapat sesuai dengan teori- teori yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, bahwa alkohol merupakan suatu faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya hepatitis imbas OAT. 6 Hal ini dikarenakan alkohol memiliki kandungan etanol. 19 Proses pemecahan etanol dapat menghasilkan bahan kimia yang bersifat toksik seperti aseltadehid. Bahan toksik ini memicu peradangan yang menghancurkan sel-sel hati. Beberapa waktu berikutnya jaringan hati yang sehat digantikan oleh jaringan parut yang ditimbulkan akibat luka peradangan. 19 Hal ini akan mengganggu fungsi fisiologis hati, ditambah lagi hati harus memetabolisme OAT dalam jumlah yang banyak dan kurun waktu yang lama. Dalam agama Islam sendiri alkohol memang merupakan sesuatu yang diharamkan untuk dikonsumsi. Sebagaimana firman Allah SWT pada surat Al- Maidah ayat 90 :“Hai orang-orang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. Sebagai dokter muslim penting untuk dilakukan edukasi tanpa bersifat menggurui kepada pasien tentang dampak buruk alkohol dan aturan islam yang memang mengharamkan alkohol karena memiliki kandungan zat yang memabukkan dan membahayakan. 4.5. Hubungan Antara Riwayat Merokok dengan Hepatitis Imbas OAT Tabel 4.6. Distribusi data kejadian hepatitis imbas OAT berdasarkan riwayat konsumsi rokok Klasifikasi_DIH Total n p-value Non DIH n DIH 1 n DIH 2 n DIH 3 n Riwayat merokok Ya 22 32 8 62 0,005 Tidak 21 4 1 2 28 Total 43 36 9 2 90 Setelah dilakukan uji statistik chi square, terdapat 3 sel yang memiliki nilai expected count kurang dari 5 sehingga dilakukan uji alternatifnya yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Dari uji statistik yang dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara konsumsi rokok dengan hepatitis imbas OAT. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden yang tidak mengalami hepatitis imbas OAT dengan riwayat merokok sebanyak 22 orang 24,4, sedangkan pada yang tidak mempunyai riwayat merokok sebanyak 21 orang 23,3. Pada hepatitis imbas OAT derajat 1 sebanyak 32 orang 35,5 mengkonsumsi rokok, dan 4 orang 4,4 tidak mengkonsumsi rokok. Pada hepatitis imbas OAT derajat 2 terdapat 8 orang 8,8 yang mengkonsumsi rokok, dan hanya 1 orang 1,1 yang tidak mengkonsumsi rokok. Pada hepatitis imbas OAT derajat 3 terdapat 2 orang 2,2 yang tidak mengkonsumsi rokok. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan diperoleh hasil bahwa konsumsi rokok dapat mempengaruhi hepatitis imbas OAT. Penelitian sebelumnya dikatakan bahwa rokok tidak menjadi faktor risiko untuk terjadinya hepatitis imbas OAT secara langsung, tetapi rokok dapat memperparah gangguan fungsi hati jika dibarengi dengan pemberian alkohol. 22 Pada teori dikemukakan bahwa rokok memberikan pengaruh pada fungsi hati, dimana rokok dapat menurunkan