Teori Market Timing Short Run Underpricing

Bahsoon dan Emmerich 2000 pada Bursa New York NYSE dengan membangun arsitektur software yang fokus kepada kondisi masa depan yang tidak pasti. Di mana, hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa metode atau model Real Option dapat digunakan untuk memprediksi ketidakpastian tersebut. Titman dan Wessels 1988 mengatakan struktur modal perusahaan bergantung pada risiko kebangkrutan perusahaan itu sendiri. Semakin unik suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula risiko yang berarti dan semakin tinggi pula biaya kebangkrutannya. Akibatnya tingkat unik suatu perusahaan mempunyai hubungan negatif dengan rasio hutang.

II.4. Teori Sebab Undervalue dan Overvalue

Adapun teori yang menjelaskan undervalue atau overvalue suatu saham perdana adalah terdiri dari teori market timing, short run underpricing, shares allocation, valuation, kinerja long run, struktur kepemilikan, volalitas, dan suku bunga bebas risiko.

II.4.1. Teori Market Timing

Suatu perusahaan akan menunda go public ketika sahamnya dihargai undervalue Lucas dan McDonald, 1990. Lebih lanjut, Choe, Hyuk dan Nanda 1993 menemukan bahwa perusahaan akan menghindar kegiatan Initial Public Offering IPO ketika sedikit perusahaan bermutu yang go public. Sedangkan, menurut Schultz dan Zaman 1994 bahwa adanya information spillovers di pasar akan menyebabkan saham perdana undervalue. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara

II.4.2. Short Run Underpricing

Ibbotson 1975 menyatakan bahwa harga saham perdana yang underprice adalah untuk menutupi premi risiko asset-pricing akibat market misevaluation dan risiko likuiditas. Lebih lanjut, terdapat dua kelompok yang berpendapat mengenai penyebab harga saham perdana underpricing yaitu kelompok Asymmetric Information dan Symmetric Information. a. Asymmetric Information; Issuer lebih mengetahui dari pada investor Welch 1989 mengatakan bahwa underwriter akan mengembalikan kerugian emiten akibat harga yang undervalue dengan adanya aktivitas sesudah Initial Public Offering IPO misalnya dengan penerbitan saham selanjutnya. Lebih lanjut, Allen dan Faulhaber 1989 mengatakan bahwa pasar akan merespon positif pengumuman dividen di masa mendatang. Chemmanur 1993 mengatakan bahwa analis akan mengembalikan pengorbanan yang telah dilakukan. Benveniste dan Spindt 1989 menemukan bahwa bookbuilding memungkinkan underwriter mendapatkan informasi dari informed investors. b. Symmetric Information; Investor lebih mengetahui dari pada issuer Rock 1986 berpendapat bahwa harga saham yang tinggi waktu Initial Public Offering IPO mempengaruhi pendapat investor bahwa akan terjadi winner’s curse. Sedangkan Koh dan Walter 1989 mengatakan bahwa untuk Break Even Point BEP, maka harga saham perdana harus underpricing. Lebih lanjut, Welch 1992 mengatakan bahwa harga saham perdana yang tinggi akan menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya penurunan harga yang tajam. Habib, Michel dan pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Ljungqvist 2001 mengatakan bahwa harga IPO yang underpricing adalah sebagai pengganti mahalnya biaya pemasaran. Krigman, Shaw dan Womack 1999 serta Ellis, Michaely dan O’Hara 2000 menemukan hasil yang sama di mana volume perdagangan akan semakin tinggi dengan semakin besarnya underpricing.

II.4.3. Teori Shares Allocation