2.5 Beban Ganda Double Burden
Adanya anggapan bahwa kaum wanita memiliki sifat pemelihara dan rajin, membuat wanita berorientasi dan bertanggung jawab pada semua pekerjaan
domestik. Konsekuensinya, kaum wanita harus bekerja keras dalam mengurus kebutuhan rumah tangganya, bagi kalangan menegah kebawah beban lebih terasa
berat jika wanita juga terjun ke dalam sektor publik atau dunia kerja yang membuat wanita memiliki beban ganda Rochie, 2009:22. Beban ganda double
burden merupakan beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya terutama kaum wanita.
Angka statistik Indonesia menunjukkan bahwa semakin meningkat jumlah wanita yang bekerja di sektor publik disebabkan oleh faktor-faktor tertentu,
diantaranya adalah pendapatan suami rendah, suami meninggal dan juga suami bekerja di luar daerah maupun di luar negeri. Selain itu, berubahnya struktur
keluarga disebabkan oleh tidak hadirnya pria sebagai kepala rumah tangga, membawa wanita untuk menggantikan pria sebagai kepala rumah tangga. Dengan
demikian, pembagian-pembagian kerja yang biasanya terjadi dalam rumah tangga tidak dapat berjalan dengan baik
Berdasarkan ruang lingkup kedudukan wanita dalam keluarga dan masyarakat, wanita memiliki dua peran yaitu:
a. Disatu pihak sebagai ibu rumah tangga domestik dalam keluarga
,masing-masing wanita berperan sebagai tenaga kerja domestik yang tidak mendatangkan hasil secara langsung.
Universitas Sumatera Utara
b. Dipihak lain sesuai dengan perkembangan masyarakat khususnya di
bidang perekonomian agraris, nampak nyata peran serta wanita sebagai tenaga dibidang pencari nafkah publik yang mendatangkan hasil
secara langsung.
2.6 Persepsi Suami terhadap Beban Ganda yang Dipikul Isteri
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Iriani 2003 mengenai persepsi suami terhadap aktifitas peran ganda perempuan sunda di sektor domestik sebagai
berikut : a.
Istri diharapkan tidak meninggalkan kodratnya walaupun melakukan pekerjaan nafkah untuk menunjang keuangan keluarga.
b. Istri dan suami secara bersama-sama memberikan perhatian terhadap
pendidikan dan kesehatan anak yang merupakan tanggungjawab kedua orangtua.
c. Istri dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga, karena
suami-istri sebagai mitraperan dalam keluarga. Persepsi positif dari suami tersebut, menunjukkan bahwa keluarga sebagai
jaringan hubungan sistem sosial berlangsung dengan stabil, karena masing- masing anggotanya dapat melaksanakan fungsi dan perannya yang sesuai dengan
status masing-masing. Dengan adanya pergeseran pelaksanaan peran istri, maka suami sebagai mitraperannya dapat melakukan perubahan peran kontekstual
secara adaptif, sehingga upaya mewujudkan keberfungsian keluarga dapat terwujud.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ieke Iriani 2003 mengenai persepsi suami terhadap aktifitas istri di sektor publik adalah sebagi berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Suami menghargai hak dan kewajiban istri dalam melakukan aktifitas di
luar rumah, karena dapat meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasannya.
b. Memberi dukungan dan motivasi terhadap perkembangan usaha atau
karier istrinya. c.
Memberikan dukungan dengan meninggalkan nilai yang sudah tidak relevan dengan dinamika masyarakat.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa telah terjadi transformasi kesetaraan gender dengan bentuk kemitrasejajaran perempuan-laki-laki, dalam hal ini akibat
adanya persepsi positif dari perempuan Sunda terhadap aktifitas peran-gandanya. Untuk menjaga stabilitas struktur dan fungsi keluarga, maka perempuan Sunda
mengem-bangkan harapan anticipatory dalam pelaksanaan perannya dan secara konsisten menerima peran kodrati mengandung, melahirkan dan menyusui, laki-
laki dalam hal ini suami mengembangkan konsensus dengan meningggalkan nilai yang membatasi ruang gerak perempuan Sunda dan mengembangkan nilai
budaya yang mendukung perempuan Sunda untuk eksis di sektor publik. Lingkungan masyarakat Sunda mengembangkan nilai budaya yang mendukung
aktifitas peran-ganda, sebagai upaya pemberdayaan perempuan. Dalam hal ini peran kodrati perempuan tetap menjadi tuntutan budaya dan agama.
Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa walaupun budaya tradisional Sunda masih menempatkan perempuan di sektor domestik, namun kekuatan
budaya tradisional yang membatasi ruanggerak wanita, telah dianggap negatif dan sudah tidak relevan lagi dengan dinamika masyarakatnya. Sehingga
perempuan memiliki pengakuan dan legalitas dari masyarakat untuk tampil
Universitas Sumatera Utara
sebagai pekerja atau pencari nafkah serta dapat berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Berdasarkan temuan penelitian ini dapat dikemukakan bahwa
alternatif model peran-ganda yang dipilih oleh perempuan Sunda adalah ‘model ideal’ atau model keseimbangan, karena perhatian terhadap keluarga dan aktifitas
di sektor publik memiliki proporsi yang seimbang.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN