Pengambilan Keputusan dalam Keluarga Penggunaan Pendapatan Suami dan Isteri di dalam Keluarga

tidak punya anak balita, karena waktunya lebih banyak digunakan untuk mengurus anak balita. Sisanya digunakan untuk kegiatan reproduktif dan sosial. Dengan demikian, wanita mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan bekerja membantu suami di lahan atau sebagai buruh upahan di perkebunan di sekitar daerah tempat tinggal. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Suhartini 2010 dampak yang diakibatkan dari partisipasi wanita dalam bekerja di sektor publik yaitu: a. Para wanita yang bekerja pada sektor publik mendapat keuntungan karena dapat memperluas hubungan sosial dengan masyarakat luas dan tidak hanya berinteraksi dengan anak dan suami. b. Kehidupan ekonomi para wanita tidak mengalami perubahan karena pendapatan yang diperoleh belum mampu untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersier. c. Pola pengambilan keputusan dalam wanita ada hal-hal tertentu yang didominasi oleh istri atau perempuan terutama dalam hal yang berkaitan dengan urusan domestik. d. Hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas pengasuhan anak-anak, pendidikan anak-anak, dan kesehatan relatif dilakukan secara bersama antara suami dan isteri.

2.2 Pengambilan Keputusan dalam Keluarga

Pada umumnya, terdapat hubungan antara pola pengambilan keputusan dan struktur kekuasaan dalam keluarga, yang menyatakan bahwa pola Universitas Sumatera Utara pengambilan keputusan decision making dalam suatu keluarga menggambarkan bagaimana strukturpola kekuasaan dalam keluarga tersebut T.O Ihromi, 1987: 87. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hesti dan Nufitri 2010 ditemukan bahwa pengambil keputusan di dalam keluarga adalah: a Pengambilan keputusan keluarga masih didominasi oleh istri terutama dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan anak seperti pendidiakan anak, keperluan sekolah anak, maupun pemeberian uang saku anak. b Keputusan yang berkaitan dengan pembelian barang bernilai tinggi seperti rumah, kendaraan, tanah, emas dan perhiasan lainnya merupakan keputusan yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi antara suami dan istri. c Pengambilan keputusan yang sifatnya jangka panjang seperti dalam memilih tempat berlibur, menabung serta berinvestasi, para wanita bekerja memilih membicarakannya terlebih dahulu dengan suami sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan berdua. d Sementara untuk hal-hal yang sifatnya rutin dan untuk kebutuhan rumah tangga keputusan sepenuhnya diserahkan kepada istri seperti kebutuhan dapur, perlengkapan rumah tangga, perabot rumah tangga dan lain-lain.

2.3 Penggunaan Pendapatan Suami dan Isteri di dalam Keluarga

Pendapatan yang diterima oleh suami dan isteri tidak dapat dipisahkan, dimana pendapatan suami selalu diberikan kepada sang isteri. Pendapatan yang Universitas Sumatera Utara diperoleh keduanya yaitu suami dan isteri dianggap sebagai pendapatan keluarga yang nantinya akan digunakan untuk kebutuhan setiap anggota keluarga. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Haryanto 2008 penggunaan pendapatan suami dan isteri dialokasikan kepada: a Belanja kebutuhan sehari-hari atau pun kebutuhan pokok setiap anggota keluarga seperti kebutuhan dapur, belanja untuk makan setiap harinya, belanja untuk pakaian keluarga, perlengkapan yang dibutukan untuk ayah, ibu maupun anak-anak. Penggunaan pendapatan terbesar digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dibanding dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. b Kebutuhan sekolah anak-anak seperti uang SPP setiap bulannya, membeli buku sekolah anak-anak, seragam sekolah, uang jajan setiap harinya. c Kebutuhan keluarga yang bersifat sosial seperti adanya anggota keluarga yang ikut serta dalam arisan keluarga, arisan tetangga, menghadiri acara pernikahan, menghadiri acara hajatan sehingga membutuhkan biaya juga dalam acara tersebut. Dilihat dari distribusi penggunaan pendapatan istri atau wanita menunjukkan bahwa belum ada atau tidak banyak wanitayang menggunakan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri secara pribadi. Penghasilan mereka digunakanuntuk memenuhi kebutuhan keluarga secara bersama. Hal ini sangat terkait dengan kebiasaan yang ada di masyarakat terutama pedesaan bahwa tanggung jawab untuk mengatur rumah tangga merupakan tanggungjawab wanita atau istri di dalam keluarga mereka. Universitas Sumatera Utara Unit terkecil masyarakat adalah keluarga, sehingga seperti halnya masyarakat, maka masyarakat juga dapat dilihat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung satu sama lain. Keseluruhan sistem tersebut memiliki seperangkat kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masing-masing bagian yang fungsional, agar sistem tetap berada dalam keadaan seimbang atau harmoni. Bilamana tidak terpenuhi, maka kondisi tersebut akan dapat berkembang ke suatu keadaan yang bersifat patologis atau disharmoni.

2.4 Harmonisasi Rumah Tangga