“Kalau saya selalu mengatur pendapatan saya dengan baik, yang mana merupakan kebutuhan yang paling utama dan penting itu
yang saya dahulukan. Apa lagi untuk kebutuhan anak sekolah, lebih baik saya memelikan buku-buku anak saya atau memberikan
mereka bimbingan belajar dari pada saya membeli pakaian saya. Saya itu paling bahagia kalau melihat anak saya makan enak, tidur
enak, sekolah lancar dan sukses. Ditambah lagi saya ingin juga nanti dihari tua saya tidak perlu capek-capek bekerja lagi karena
sudah ada tabyngan masa tua.” Wawancara dengan mak Aris di rumah ma Aris, 16 Maret 2014.
4.2 Fungsi Pendidikan pada Keluarga Aron Wanita
Tabel 4.6 Yang memberikan pendidikan agama kepada anak-anak
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Suami
35 orang 25,5
2 Isteri
42 orang 30,7
3 Suami dan isteri
60 orang 43,7
Jumlah 137 orang
100
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa yang lebih dominan dalam memberikan pendidikan agama bagi anak-anak, baik dalam memberikan arahan
maupun nasehat yang berkaitan dengan agama, kewajiban dalam beribadah adalah dari kedua orang tua. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada 60 orang 43,7
responden yang menjawab bahwa suami dan isterilah yang memberikan pendidikan agama bagi anak-anak mereka di lingkungn keluarga.
Seperti wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan seorang informan yang bernama Bapak Suparjo 40 tahun yang merupakan suami ibu Yani. Bapak
Suparjo bekerja sebagai buruh bangunan. Tidak setiap hari ada panggilan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Bapak
Suparjo harus menunggu panggilan pekerjaan dari mandor bangunan mereka.
Universitas Sumatera Utara
Biasanya pekerjaan sebagai buruh bangunan lebih dikenal sebagai pekerjaan musiman, dimana pekerjaan ini tak menentu.
Sebagai kepala keluarga, bapak Suparjo tidak hanya bekerja untuk menafkahi isteri dan anak-anaknya, namun bapak Suparjo juga senantiasa
mengajarkan isteri bahkan anak-anaknya pendidikan agama, khususnya pendidikan agama islam. Bapak Suparjo selalu mengingatkan kepada anak-anak
dan isterinya agar tetap menjalankan kewajiban mereka sebagai penganut agama islam. Mereka diwajibkan untuk sholat lima waktu, belajar mengaji, berpuasa, dan
menjalankan segala perintah agama. Bapak suparjo yang merupakan orang taat beribadah selalu menekankan
kepada keluarganya untuk selalu menjalankan ajaran agama mereka sebaik mungkin. Sebagai contoh, anak-anak mereka diharuskan untuk belajar mengaji
dengan guru agama mereka. Tiga kali seminggu anak-anak bapak Suparjo harus menekuni belajar ngaji. Tidak hanya anak-anak bapak Suparjo yang wajib
menjalankan perintah agama, bapak Suparjo dan isteri pun aktif dalam kegiatan keagaaam di sekitar lingkungan mereka. Bapak Suparjo aktif dalam kegiatan
masjid, ibu Yani juga aktif dalam kegiatan perwiritan disekitar lingkungan mereka.
“Saya selalu mengingatkan kepada isteri saya untuk tetap menjalankan segala perintah agama, seperti berpuasa, sholat lima
waktu, mengaji dirumah, menjalankan segala perintah agama, menjauhi segala larangan agama, kami juga aktif dalam kegiatan
masjid. Anak-anak saya juga saya sekolahkan disekolah keagamaan yang berada tidak jauh di lingkungan rumah saya. Saya
ingin anak-anak saya tumbuh menjadi anak-anak yang soleh dan soleha. Saya juga menyediakan waktu saya dan keluarga untuk
berdiskusi tentang masalah keagaaman, dan saya selalu mengingatkan kepada anggota keluarga saya agar menerapkan
nilai-nilai keagamaan dalam bertindak agar nantinya tidak salah
Universitas Sumatera Utara
jalan”. Wawancara dengan bapak Suparjo di rumah, 28 Februari 2014.
Tabel 4.7 Pendapat aron dalam menentukan
pendidikan sekolah bagi anak-anak di dalam keluarga
No Jawaban responden
Jumlah Persentase
1 Isteri
88 orang 64,2
2 Suami
- -
3 Isteri dan suami
49 orang 35,8
Jumlah 137 orang
100 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa yang lebih mendominasi
menentukan pendidikan anak-anak seperti sekolah dimana, jurusan apa yang akan dipilih, mata pelajaran apa yang dileskan adalah berdasarkan keputusan isteri itu
sendiri, dimana ada sebanyak 88 orang 64,2 responden yang menjawab demikian.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan yang bernama Ibu Nurlela, diaman Ibu Nurlela mengatakan bahwa yang menentukan
keputusan dalam hal penentuan pendidikan anak-anak mereka adalah berdasarkan keputusan isteri yang didasari oleh kemauan anak itu sendiri. Jika keputusan itu
telah ditentukan oleh anaknya dan dirinya makan urusan pendidikan anak diserahkan kepadanya, suami cukup tau dimana anak-anaknya bersekolah dan
berapa biaya anak-anaknya bersekolah. Suami tidak turun tangan dalam mengurusi pendidikan anak-anak namun, tetap ikut membiayai kebutuhan sekolah
anak-anak. Ibu Nurlela mengatakan bahwa kebutuhan pendidikan umum bagi anak-
anak sangat dibutuhkan, sehingga ibu Nurlela sebisa mungkin untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih baik. Ibu
Universitas Sumatera Utara
Nurlela tidak ingin anak-anaknya nanti merasakan seperti apa yang dia dan suami rasakan, bagaimana lelahnya bekerja sebagai aron yang bekerja memerlukan
tenaga fisik yang sangat kuat. Tidak hanya ibu Nurlela yang menginginkan anak-anak mereka bisa
bersekolah dengan jenjang pendidikan yang lebih baik, suami bapak Bejo yang merupakan suami dari ibu Nurlela menginginkan anak-anak mereka bisa
mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan agar anak-anak mereka nantinya bisa hidup lebih baik dibanding dengan mereka saat ini. Hal ini
lah yang membuat mereka bekerja keras untuk memenuhi berbagai kebutuhan keluarga, termasuk kebutuhan pendidkan anak-anak.
“Saya tidak sepenuhnya mengatur masalah pendidikan anak-anak, saya memberikan peluang kepada anak saya untuk menentukan
pilihan mereka, mereka mau sekolah dimana saya memberikan pilihan kepada mereka. Jika menurut saya pilihan mereka tidak
tepat, saya akan memberikan masukan lain dan memberikan keputusan agar dapat mengarahkan anak saya dengan pilihan
mereka” wawancara dengan Ibu Nurlela di rumah Ibu Nurlela, 25 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PERANAN KELUARGA PADA ARON WANITA