Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia terhadap pertolongan pengobatan untuk menyelamatkan nyawanya merupakan hal yang mendasar yang diperlukan oleh setiap makhluk hidup insani. Oleh karena itu, diperlukan pihak yang mempunyai keahlian untuk memberikan pertolongan kepadanya agar terbebas dari penyakit yang dideritanya tersebut. Dokter merupakan ilmuan yang telah dididik secara profesional untuk memberikan pertolongan kepada seseorang yang membutuhkan pelayanan medisnya. 1 Dokter sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan. Landasan utama bagi dokter untuk dapat melakukan tindakan medik terhadap orang lain adalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan kompetensi yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. 2 Dalam era globalisasi seperti yang terjadi saat ini profesi kesehatan merupakan salah satu profesi yang banyak mendapat sorotan dari masyarakat, karena sifat pengabdiannya 1 Anny Isfandyarie dan Fachrizal Afandi, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter Buku II , Jakarta, Prestasi Pustaka, 2006, h. v 2 Hendorojono Soewono, Perlindungan Hak-hak Pasien dalm Transaksi Terapeutik, Surabaya, Srikandi, Cet I, 2006, h. 4 kepada masyarakat yang sangat komplek. Etika profesi yang semula mampu menjaga citra tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas profesinya kelihatannya makin memudar sehingga perlu didukung oleh peraturan perundang-undangan yang lebih meningkat bagi para tenaga kesehatan dan lebih memperdayakan pasien dan keluarganya sebagai pengguna pelayanan kesehatan. Meningkatnya sorotan masyarakat terhadap profesi kesehatan disebabkan oleh berbagai perubahan antara lain adanya kemajuan di bidang ilmu dan teknologi kesehatan, perubahan karakteristik masyarakat tenaga kesehatan sebagai pemberi jasa, dan juga perubahan masyarakat pengguna jasa kesehatan yang lebih sadar akan hak-haknya. Sorotan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan merupakan suatu kritik yang baik terhadap profesi kesehatan, agar para tenaga kesehatan dapat meningkatkan pelayanan profesi kesehatannya terhadap masyarakat. Sebenarnya sorotan masyarakat terhadap profesi kesehatan merupakan suatu pertanda bahwa pada saat ini sebagian masyarakat belum puas terhadap pelayanan kesehatan dan pengabdian profesi tenaga kesehatan terhadap masyarakat pada umumnya dan pasien pada khususnya. Berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap dokter, maraknya tuntutan yang diajukan masyarakat dewasa ini sering kali diidentikan dengan kegagalan upaya penyembuhan yang dilakukan oleh dokter. Sebaliknya, apabila tindakan yang dilakukan dapat berhasil dianggap berlebihan, padahal dokter dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya hanya untuk penyembuhan, dan kegagalan penerapan ilmu kedokteran tidak selalu identik dengan kegagalan dalam tindakan. 3 3 Hendrojono Soewono, Perlindungan Hak-hak Pasien dalam Transaksi Terapeutik, h. 5 Namun hasrat memberikan pertolongan kepada sesama tersebut tidaklah semulus yang dicita-citakan oleh para pengemban profesi kesehatan ini. Ancaman pidana menghantui harapan mulianya tersebut, sehingga beberapa di antaranya lebih memilih untuk tidak melanjutkan pengabdiannya sebagai seorang dokter. 4 Deretan ancaman pidana yang dapat dikenakan bagi profesi ini makin hari makin bertambah yang tersebut dalam beberapa undang-undang, yaitu kitab undang-undang hukum pidana KUHP, Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Di dalam undang-undang tersebut ada beberapa pasal yang berisi tentang ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dapat dipidana yang dapat diancamkan dalam pelaksanaan praktik kedokteran. Munculnya kasus-kasus dalam tindakan medik merupakan indikasi bahwa kesadaran hukum masyarakat semakin meningkat. Semakin sadar masyarakat akan aturan hukum, semakin mengetahui mereka akan hak dan kewajibannya dan semakin luas pula suara- suara yang menuntut agar hukum memainkan peranannya di bidang kesehatan. 5 Pada dasarnya kesalahan dan kelalaian dokter dalam melaksanakan profesi medis, merupakan suatu hal yang penting untuk dibicarakan, hal ini disebabkan karena akibat kesalahan atau kelalaian tersebut mempunyai dampak yang sangat merugikan. Selain merusak atau mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap profesi kedokteran juga menimbulkan kerugian pada pasien. Untuk itu dalam memahami ada atau tidak adanya kesalahan atau kelalaian tersebut, terlebih dahulu kesalahan atau kelalaian pelaksanaan profesi harus 4 Anny Isfandyarie dan Fachrizal A, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter, h. v 5 Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan, Pertanggung Jawaban Dokter, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2005, Cet I, hlm 4 diletakkan berhadapan dengan kewajiban profesi, di samping itu pula diperhatikan aspek hukum yang mendasarinya. 6 Pada hakekatnya pembangunan dalam bidang kesehatan ditunjukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan. Hal ini sebagaimana diamanatkan oleh pembukaan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945. Begitu pula dalam ajaran Islam, Islam sangat menghargai jiwa lebih-lebih terhadap jiwa manusia. Cukup banyak ayat al-Qur’an maupun Hadits yang mengharuskan kita untuk menghormati dan memelihara jiwa manusia hifdz al-nafs. Jiwa, meskipun merupakan hak asasi manusia tetapi ia adalah anugerah dari Allah SWT. 7 Oleh karenanya, seseorang sama sekali tidak berwenang dan tidak boleh melenyapkan tanpa kehendak dan aturan Allah sendiri. Di antara firman Allah yang menyinggung soal jiwa atau nafs adalah: Surat al-Hijr ayat 2 راﻮـ ا و و ﺎ إ و نﻮ ﺮ ا : Artinya: “Dan sesungguhnya benar-benar kamilah yang menghidupkan dan mematikan, dan kami pulalah yang mewarisi ” QS. al-Hijr: 2. Surat al-Najm ayat 44 ﺎ أ و تﺎ أ ﻮه إ و ا : Artinya: “Dan bahwasanya dialah yang mematikan dan menghidupkan” QS. al-Najm: 44. 6 Ibid., h. 5 7 Chuzaimah Tahido Yanggo dan Hafidz Anshory, Problematika Hukum Islam Kontemporer IV, Jakarta, PT Pustaka Firdaus, 2002, cet ke III, h. 69 Agar supaya manusia tidak memandang murah terhadap jiwa manusia, maka Allah memberikan ancaman bagi mereka yang meremehkannya. Tindakan merusak atau menghilangkan jiwa milik orang lain maupun jiwa milik sendiri adalah perbuatan melawan hukum Allah. Tindakan menghilangkan jiwa hanya diberikan kepada lembaga peradilan Pemerintah Islam sesuai dengan aturan pidana Islam. Ini pun dilakukan dalam rangka memelihara dan melindungi jiwa manusia secara keseluruhann. Sebagaimana tergambar dalam firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 179: ا ؤ ةﻮ صﺎ ا ﻜ و ناﻮ ﻜ ﻷ ةﺮ ا : Artinya: “Dan dalam Qishash itu terdapat jaminan kelangsungan hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal supaya kamu bertakwa” QS. al-Baqarah: 179 Begitu besarnya penghargaan Islam terhadap jiwa, sehingga segala perbuatan yang merusak atau menghilangkan jiwa manusia diancam dengan hukuman yang setimpal Qishas atau Diyat . Dari latar belakang di atas penelitian ini diberi judul : ”Tindak Pidana Profesi Kedokteran Menurut Hukum Pidana Indonesia Dan Hukum Pidana Islam”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah