mengajar sehingga dapat menimbulkan kesenangan dan kepuasan serta gairah semangat untuk belajar bagi anak didik.
c. Metode Bercerita
1. Pengertian Metode Bercerita
Metode bercerita terdiri dari dua kata, yaitu metode dan bercerita. Sedangkan pengertian metode telah dibahas di atas yang
mana dapat disimpulkan pengertiannya yaitu suatu cara yang digunakan seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar
apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai. Sementara itu kata bercerita berasal dari kata cerita dalam kamus
Sastra Indonesia dikatakan bahwa cerita adalah: “Karangan yang mengisahkan terjadinya peristiwa, kejadian, perbuatan. Pengalaman
atau penderitaan seseorang baik yang benar-benar terjadi maupun hanya bersifat khayalan belaka.
19
Sedangkan menurut Soekamto, cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya. Ayah kepada anak-
anaknya juru cerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan bersandar kepada
kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita.
20
19
Syamsir Arifin, Kamus Sastra Indonesia, Jakarta: Balai PUstaka, 1991, cet. ke-10, h. 26
20
Soekanto, Seni Bercerita Islami, Jakarta: Bina Mitra Press, 2001, cet. ke-2, h. 9
Adapun pengertian cerita dalam kamus umum Bahasa Indonesia adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengamalan,
atau penderitaan orang, baik yang sungguh-sungguh terjadi ataupun yang hanya rekaan belaka. Sedangkan bercerita artinya menuturkan
suatu cerita.
21
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode bercerita adalah suatu cara yang digunakan
oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik dengan menuturkan cerita atau suatu peristiwa, kejadian atau
pengalamannya yang dengan cerita tersebut dapat disampaikan pelan- pesan yang baik dan dapat dijadikan suatu pelajaran.
Jadi, metode bercerita merupakan salah satu metode yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pesan atau materi pelajaran
kepada anak didik. Guru yang mampu memberikan informasi dalam penyampaian cerita akan menimbulkan semangat dan pemahaman
anak terhadap pelajaran yang diterima dari cerita tersebut. Oleh sebab itu, sebaiknya cerita diberikan secara menarik dan
membuka kesempatan kepada anak didik untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah guru selesai bercerita. Jadi, dalam hal
ini metode juga harus bervariatif. Dan cerita juga harus disesuaikan
21
Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai PUstaka, 1976, h. 186
dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Sehingga akan menimbulkan semnagat dan pemahaman anak didik terhadap pelajaran
tersebut. Dan biasanya sumber-sumber cerita bisa di dapat dari Al-
Qur’an, hadits, buku-buku cerita keagamaan pengamatan dan pengalaman guru. Buku-buku yang berisi cerita kisah, hikayat dan
sejarah sangat bermanfaat bagi anak didik karena dari kisah tersbut mereka dapat mengambil pelajaran dan kesan yang baik. Sehingga
mereka dapat meniru dari apa yang baik yang terdapat dalam kisah tersebut.
2. Aspek yang perlu diperhatikan dalam metode bercerita
Salah satu unsur yang terpenting dalam sebuah cerita adalah tema. Oleh sebab itu seorang pendidik harus bisa memilih tema cerita
yang baik untuk disampaikan anak didik. Tema adalah pokok, dasar cerita yang dipercakapkan, sebagai
dasar mengarang.
22
Atau bisa juga diartikan sebagai ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak
pengarang dalam memaparkan karya fisik yang diciptakannya
23
dan
22
W.J.S. Poerwadarminta., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982
23
Aminuddin, M.Pd, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Bandung: CV. Sinar Baru, Sinar Baru, 1987, cet. ke-1, h. 93
adapula yang mengartikan tema sebagai gagasan, ide atau pokok persoalan yang menjadi dasar cerita.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa tema adalah pokokide yang mendasari suatu cerita atau pokok persoalan
yang terdapat dalam sebuah cerita. Tema-tema yang terdapat di dalam cerita banyak dikenal oleh
masyarakat dan tidak semuanya baik untuk diceritakan kepada anak didik. Oleh karena itu pilihlah tema cerita yang senantiasa
mengandung nilai pendidikan, nilai-nilai dan tujuan lainnya yang bermanfaat, di samping sebagai sarana hiburan.
Pada saat sekarang ini banyaksekali cerita yang diterbitkan dan diantaranya yang banyak itu banyak pula tema cerita yang diterbitkan
yang tidak memiliki nilai pendidikan dan moral. Tema cerita yang demikian patut disisihkan secara teoritis, ada beberapa aspek yang
harus diperhatikan dalam memilih tema cerita. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah :
a. Aspek Religius Agama
Dalam memilih tema cerita yang baik, aspek agama ini tidak dapat diabaikan mengingat tema cerita yang dipilih
merupakan sarana pembntukan moral. Jika aspek agama ini kurang diperhatikan keberadaannya,
maka dikhawatirkan anak akan memperoleh informasi-informasi
merusak yang terkandung di dalam cerita yang temanya tidak baik, bahkan ada kemugkinan cerita yang demikian dapat merusak
moral anak yang sudah baik. Bagi kalangan keluarga muslim tema cerita yang dipilih
tidak hanya karena daya tarik ceritanya saja, melainkan harus sarat dengan nilai-nilai ajaran Islam. Kini memang tugas orang tua
untuk bisa menghidangkan cerita agamis pada anak dalam upaya menenggelamkan pengaruh cerita yang ternyata tidak baik dan
dapat merusak aqidah dan akhlak anak.
24
b. Aspek Paedagogis Pendidikan
Perhitungan aspek pendidikan dalam pemilihan tema cerita juga penting, sehingga dari tema cerita diperoleh dua keuntungan,
yaitu menghibur dan mendidik anak dalam waktu yang bersamaan. Di sinilah letak pencerita untuk dapat memilih tema cerita
dan menyampaikan pesan-pesan didaktis dalam cerita. Pendapat ini didukung oleh ayat Al-Qur’an yang berbunyi
اﺬه ﻚْﻴ إ ﺎ ْﻴ ْوأ ﺎ ﺺﺼ ْا ﺴْ أ ﻚْﻴ ﻋ ﱡﺺ ْ ا
ﻴ ﻓﺎﻐْا ﻪ ْ ْ ﺖْآ ْنإو ناءْﺮ ْ
Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu. Dan sesungguhnya
24
J. Abdullah, Memilih Dongeng Islam Pada Anak, Amanah: 1997, h. 2
kamu sebelum Aku Mewahyukan adalah termasuk orang-orang yang lalai
” Q.S. Yusuf [12] : 3.
ٌةﺮْﻋ ْ ﻬﺼﺼ ﻲﻓ نﺎآ ْﺪ ْا ﻲ وﻷ
بﺎ ْﻷ
Artinya: “Sesungguhnya di dalam kisah-kisah mereka terdapat ibarat bagi orang-orang yang berakal
” Q.S. Yusuf [12] 111. Kandungan ayat ini mencerminkan bahwa cerita yang ada
dalam Al-Qur’an merupakan cerita-cerita pilihan yang mengandung nilai paedagogis.
c. Aspek Psikologis
Mempertimbangkan aspek psikologis dalam memilih tema cerita sangat membantu perkembangan jiwa anak. Mengingat anak
adalah manusia yang sedang berkembang, maka secara kejiwaan tema ceritapun disesuaikan dengan kemampuan berfikir, kestabilan
emosi, kemampuan berbahasa serta tahap perkembangan pengetahuan anak dalam menghayati berita tersebut. Cerita yang
baik dapat mempnegaruhi perkembangan anak. 3.
Tujuan Metode Bercerita Dengan metode bercerita ini diharapkan siwa dapat megambil
pelajaran atau pesan-pesan baik dari sebuah cerita yang telah disampaikan dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-
hari. Serta dapat membedakan antara perubahan baik dan buruk.
Menurut Abdul Aziz Abdul Madjid, tujuan metode bercerita sebagai berikut :
25
a. Menghibur anak dan menyenangkan mereka dengan bercerita yang
baik. b.
Menambah pengetahuan siswa secara umum. c.
Mengembangkan imajinasi. d.
Mendidik akhlak. e.
Mengasah rasa. Menurt Hapidin dan Winda Gunarti, tujuan metode bercerita adalah
sebagai berikut :
26
a. Melatih daya tangkap dan daya berfikir.
b. Melatih daya konsentrasi.
c. Membantu perkembangan fantasi.
d. Menciptakan suasana menyenangkan di kelas.
Sementara itu menurut Asnelli Ilyas, bahwa tujuan metode bercerita dalam pendidikan anak adalah, “menanamkan akhlak
Islamiyah dan perasaan ketuhanan kepada anak dengan harapan melalui pendidikan dapat menggugah anak untuk senantiasa merenung
dan berfikir sehingga dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
27
25
Abdul Aziz Abdul Madjid, Mendidik dengan Cerita, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001, cet. Ke-1, h. 64
26
Hapidin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanaan, Pengelolaan dan Evaluasi Pengajaran di Taman Kanak-kanak
, Jakarta: PGTK Darul Kalam, h. 62
27
Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Saleh, Bandung: Al-Bayan, 1995, cet. Ke-2, h. 13
Jadi jelaslah metode bercerita disajikan kepada anak didik bertujuan agar mereka memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran-ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari dan menambahkan rasa cinta anak-anak kepada Allah, Rasul dan Al-
Qur’an. 4.
Fungsi Metode Bercerita Metode tidak hanya berfungsi sebagai alat dalam mencapai
sesuai tujuan tetapi dalam penerapannya metode dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan
motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat dengan mudah diberikan. Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan
tetapi juga merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran atau target pendidikan.
Di bawah ini beberapa fungsi metode cerita yang juga merupakan salah satu bentuk metode pendidikan yaitu :
a. Memahami konsep ajaran Islam secara emosional
28
Cerita yang bersumber dari Al-Qur’an dankisah-kisah keluarga muslim diperdengarkan melalui cerita, diharapkan anak
didik tergerak hatinya untuk mengetahui lebih banyak agamanya dan pada akhirnya terdorong untuk beramal di jalan yang lurus.
28
Bahroni S., Mendidik Anak Saleh Melalui Metode Pendekatan Seni Bermain, Cerita dan Menyanyi
, Jakarta: t.pn, 1995, h. 24
b. Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik
Melalui metode bercerita ini dapat sedikit demi sedikit ditanamkan hal-hal yang lebih baik kepada anak didik, yang
berupa cerita para Rasul atau umat yang terdahulu yang memiliki kepatuhan dan keteladanan. Cerita hendaknya dipilih dan
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran.
c. Mempengaruhi perasaan sikap dan tingkah laku
Metode bercerita dapat mempengaruhi perasaan, sikap dan tingkah laku anak, karena dengan secara tidak langsung cerita itu
menciptakan lahirnya keinginan berbuat sperti dalam cerita itu menciptakan lahirnya keinginan berbuat seperti dalam cerita atas
dasar inisiatif sendiri tanpa paksaan orang lain. d.
Dapat mengembangkan imajinasi anak
29
Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah cerita dapat membantu anak didik dalam mengembangkan imajinasi mereka. Dengan hasil
imajinasinya diharapkan mampu bertindak seperti tokoh-tokoh dalam cerita yang disajikan guru.
29
Diah Syukrisnawati, Seni Islam sebagai Media Pendidikan, Jakarta: PGTK Darul Qalam, 1994, cet-1, j. 24
e. Membangkitkan rasa ingin tahu
30
Sikap ingin tahu hal-hal yang baik adalah harapan dari sebuah cerita, sehingga rasa ingin tahu tersebut membuat anak
berupaya memahami isi cerita. Isi cerita yang dipahami tentu saja akan membawa pengaruh terhadap anak didik dalam menentukan
sikap. Dari penjelasan di atas semakin jelaslah bahwa bercerita
bukan hanya sebagai hiburan dan teman dikala tidur tetapi juga memiliki fungsi yang sangat penting baik dalam pendidikan
maupun dalam pembentukan kepribadian anak. 5.
Penyampaian Isi Cerita dan Menyimpulkan Pokok Isi Cerita a.
Penyampaian Isi Cerita Setiap guru bisa bercerita, namun cerita yang mereka
sampaikan kepada anak didik akan semakin menarik kalau mereka terampil, kreatif serta penuh penghayatan. Maka, sebaiknya dalam
membawakanmenyampaikan isi cerita perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1 Bayangkan setiap kejadian seolah-olah anda berada di tengah-
tengah peristiwa tersebut.
30
Ibid
2 Jangan menggunakan kata sifat, melainkan gunakanlah kata kerja.
Untuk menerangkan sifat dan tokoh-tokoh yang terlibat di dalam cerita hendaknya dijelaskan melalui segala perbuatannya, agar
anak-anak bisa mengambil kesimpulan sendiri. 3
Gunakanlah percakapan dialog, agar cerita menjadi hidup. 4
Gunakanlah alat peraga untuk menunjang penyajian cerita. 5
Gunakanlah mimik dan peraga untuk menunjang penyajian cerita. Jika cerita tersebut bersifat gembira, ungkapan kegembiraan
tersebut melalui wajah dan gerak-gerik yang tidak berlebihan, sehingga anak bisa memahami melalu perasaannya.
6 Gunakanlah intonasi suara, tekanan kata, tinggi rendahnya nada
untuk menghidupkan cerita sesuai dengan karakteristik dari tokoh- tokoh yang terlibat di dalam cerita.
7 Gunakanlah kata-kata yang dapat dipahami anak. Pakailah kalimat
pendek yang sederhana. 8
Jangan terlalu lama dalam bercerita, karena daya konsentrasi anak sangat terbatas.
9 Perhatikan anak tatkala bercerita, agar fokus perhatian tidak
beralih, dan untuk mengetahui apakah cerita yang kita sajikan menarik atau tidak.
31
31
Diah Syukrisnawati, Seni Sebagai Media Pendidikan Islam, Jakarta: Lembaga Pembinaan dan Pembinaan Pengembangan TKKQ BKPMI, 1993, h. 27
b. Menyimpulkan Pokok Isi Cerita
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan seorang guru atau pencerita dalam menyampaikan cerita yaitu ia harus bisa
menyimpulkan cerita karena anak didik masih memerlukan bantuan pencerita untuk menyimpulkan pokok isi cerita. Sehingga seorang guru
dalam menyampaikan cerita kepada anak didik tidak hanya menggambarkan, menguraikan isi atau alur cerita tetapi harus
disertakan juga kesimpulan, agar anak memperoleh kesanpesan yang jelas diri isi cerita yang disampaikan, dan mampu memahami inti
cerita tersebut sesuai dengan harapan pencerita. Karena menurut Wilson Nadeak dalam bukunya cara-cara bercerita menjelaskan bahwa
kesimpulan pokok isi cerita itu banyak memuat bagian-bagian terpenting dari unsur cerita. Cara yang demikian akan memudahkan
anak memahami isi cerita secara utuh. Anak dapat mengenal tokoh yang baik dan tokoh yang jahat. Pertentangan-pertentangan dan
ketegangan-ketegangan yang dihadapi tokoh dapat diselesaikan dengan baik, menggerakkan pikiran dan hati sehingga mereka
memasuki dunia cerita itu seniri dan setelah puncak cerita dicapai mereka merasa terhibut atau budi nurani mereka menjadi luhur.
32
Dalam menyimpulkan isi cerita juga harus dikaitkan dengan norma-norma ajaran Islam yang bertujuan agar dalam menyimpulkan
32
Wilson Nadeak, Cara-cara Bercerita, Bandung: Bintang Cipta, 1987, cet. ke-1, h. 40
pokok-pokok isi cerita, pencerita selalu berpedoman kepada norma ajaran Islam yang telah digariskan oleh Al-Qur’an dan hadits, serta
dalam menyimpulkan cerita, pencerita juga menyertakan nasehat- nasehat moral yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits.
2. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak