Kuala Namu Transit Hotel (Arsitektur Ekologi)

(1)

KUALA NAMU TRANSIT HOTEL

(ARSITEKTUR EKOLOGI)

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2010/2011

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh : SRI MELIANI

060406041

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A 2010


(2)

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A 2010

KUALA NAMU TRANSIT HOTEL

(ARSITEKTUR EKOLOGI)

Oleh : SRI MELIANI

06 0406 041

Medan, Desember 2010

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP. 19630716 199802 1001 Ir. Nurlisa Ginting, Msc

Pembimbing I

Ir. Vinky Rachman, MT Pembimbing II


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2TA)

Nama : SRI MELIANI

NIM : 06 0406 041

Judul Proyek Tugas Akhir :Kuala Namu Transit Hotel

Tema : Arsitektur Ekologi

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing I

Paraf Pembimbing II

Koordinator TKA-490

1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa

Sidang

4. Perbaikan Dengan

Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Desember 2010

A B+ B C+ C D E

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP : 19630716 199802 1001

Koordinator TGA-490,

Ir.Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP : 19630716 1998021001


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa, semangat, dan perhatian tiada henti dari orang tua saya yang tercinta Bapak Mujiono dan ibu Sumini, serta saudara saya mbak Sri Rahayu, SS,SPd, abang Budy Hertanto, ST & abang Soedjarwadi, ST.

Terima kasih sebesar-besarnya tidak lupa saya ucapkan kepada :

Ibu Ir. Nurlisa Ginting, Msc. sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingannya

yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.

Bapak Ir. N Vinky Rahman, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna.

Ibu Wahyuni Zahra, ST, MSi. Ibu Ir. Dwira N Aulia, Msc. bapak Ir. Novrial,

M.Eng. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan

kritik.

Bapak Ir. Dwi Lindarto H. MT. Sebagai Ketua Jurusan dan Koodinator Studio

Tugas Akhir Semester B TA. 2009/2010.

 Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik

Departemen Arsitektur USU.

 Sahabat Seperjuangan stambuk 2006 Teknik Arsitektur terutama : Dini Maharani,

Nur Kumala Sari, Elsha Putri, Agus Diana, Keumala Shatila, Misria, yang telah memberikan saran dan dukungan selama ini, serta teman-teman team Tugas Akhir semester 9 stambuk 2006 , dan juga Ahmad Mansuri stambuk 2008.

Sepupu tersayang Izur dan Kak Indah untuk semua support dan motivasi.

 Teman-teman Kos Rimbun Menara tersayang: hafizhoh, Tuti, Maya, Ayu, Silvia,

yang mana sudah memberikan banyak motivasi, bantuan, dan do’a kepada penulis serta bang Anto selaku abang kos yang turut memberikan dukungan.

Penulis berdoa kiranya Allah SWT memberikan Rahmat dan hidayahNya bagi mereka atas bantuan dan dukungan untuk penulis.


(5)

Akhir Kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, Desember 2010 Hormat Saya,

Sri Meliani NIM 060406041


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A) ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR PUSTAKA ... xi

BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Maksud dan Tujuan ... 2

I.3. Masalah Perancangan ... 3

I.4. Pendekatan Masalah... 3

I.5. Lingkup dan Batasan Proyek ... 4

I.6. Kerangka Berpikir... 6

I.7. Sistematika Penulisan Laporan ... 7

BAB II. DESKRIPSI PROYEK II.1. Terminologi Judul ... 9

II.2. Tinjauan Umum ... 9

II.2.1.Tinjauan Hotel ... 9

A. Sejarah Perhotelan ... 9

B. Pengertian Hotel ... 13

C. Klasifikasi atau Penggolongan Hotel ... 15

D.Persyaratan Pokok Usaha Perhotelan ... 22

E. Jenis – Jenis Akomodasi ... 23


(7)

II.4. Deskripsi Kondisi Existing Lokasi ... 28

II.5. Tinjauan Fungsi ... 29

a. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 29

b. Deskripsi PErsyaratan dan Kriteria Ruang ... 33

II.6. Studi Banding Fungsi Sejenis ... 35

1 Sheraton Amsterdam Airpot Hotel ... 35

2. Novotel Suvarnabhumi Airport Hotel ... 36

3. Holiday Inn Prague Airport ... 38

II.7. Kesimpulan Studi Banding ... 39

BAB III. ELABORASI TEMA III.1. Pengertian Arsitektur Ekologi ... 41

a. Arsitektur... 41

b. Ekologi ... 41

c. Arsitektur Ekologi ... 42

III.2. Interpetasi Tema ... 42

III.3. Patokan Hunian yang Sehat dan Ekologis... 47

III.4. Sistem Penerapan Tema Pada Bangunan ... 50

1. Photovoltaic Solar system ... 50

2. Roof Garden ... 50

3. Rainwater Harvesting ... 51

4. Vertikal Garden ... 51

III.5. Studi Banding Tema Sejenis ... 52

1.Menara Mesniaga di Kuala Lumpur ...52

2.The Chong Qing Tower, China ...54

3.Edge Green Complex, Singapura...56

III.6. Kesimpulan Studi Banding ... 57

BAB IV. ANALISA IV.1. Analisa Fisik ... 58

a. Analisa Lokasi Site ... 58

b. Analisa Tata Guna Lahan... 60

c. Analisa Pencapaian dan Sirkulasi ... 61


(8)

e. Analisa Angin ... 62

f. Analisa Kebisingan ... 63

g. Analisa Vegetasi ... 63

h. Analisa View Menuju Tapak ... 64

i. Analisa View dari Tapak ... 64

IV.2. Analisa Non Fisik ... 66

IV.2.1. Studi Kelayakan ... 66

a. Analisa Jumlah Kamar ... 68

b. Analisa Kebutuhan Parkir Kendaraan ... 69

c. Analisa Kebutuhan dan Besaran Ruang ... 70

d. Analisa Bentuk ... 75

BAB V. KONSEP PERANCANGAN V.1. Kosep Massa Bangunan ... 77

V.1.1. Konsep Bentukan Massa ... 77

V.1.2. Konsep Tapak ... 79

V.1.3. Konsep Struktur ... 79

V.1.4. Konsep Utilitas ... 80

V.2. Konsep Ekologis ... 81

V.3. Fitur Ekologis ... 83

BAB VI. HASIL PERANCANGAN VI.1. Site Plan ... 95

VI.2. Ground Plan... 96

VI.3. Denah Basement ... 97

VI.4. Denah Podium Lantai 1 ... 98

VI.5. Denah Podium Lantai 2 ... 99

VI.6. Denah Podium Lantai 3 ... 100

VI.7. Denah Tipikal Lantai 4-14 ... 101

VI.8. Denah Roof Top ... 102

VI.9. Tampak Depan ... 103

VI.10. Tampak Samping Kanan ... 103

VI.11. Tampak Samping Kiri ... 104


(9)

VI.13. Potongan A-A ... 105

VI.14. Potongan B-B ... 105

VI.15. Rencana Pembalokan Lantai 1 ... 106

VI.16. Rencana Pembalokan Lantai 2 ... 107

VI.17. Rencana Pembalokan Lantai 3 ... 108

VI.18. Rencana Pembalokan Tipikal Tower Lantai 4-14 ... 109

VI.19. Rencana Pondasi dan Sloof ... 110

VI.20. Aksonometri Rencana Elektrikal dan Plumbing ... 111

VI.21. Aksonometri Rencana AC dan Fire Protection ... 112

VI.22. Perspektif Interior ... 113

VI.23. Perspektif Eksterior ... 114

LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Rute jalan Tol Ruas Medan-Tebing Tinggi dan Akses Kuala Namu ... 26

Gambar 2.2. Site Kawasan Bandar Udara Kuala Namu ... 27

Gambar 2.3. Site Kawasan di Bandara Udara Kuala Namu ... 28

Gambar 2.4. Sheraton Amsterdam Airport Hotel ... 34

Gambar 2.5. Novotel Suvarnbhumi Airport Hotel ... 36

Gambar 2.6. Holiday Inn Prague Airport ... 38

Gambar 3.1. Photovoltaic Solar Sistem ... 50

Gambar 3.2. Roof Garden System ... 50

Gambar 3.3. Rainwater Harvesting System Schematic ... 51

Gambar 3.4. Mesiniaga Tower ... 52

Gambar 3.5. Mesiniaga Tower Roof... 53

Gambar 3.6. Tampak depan MesiniagaTower ... 53

Gambar 3.7. Skycourt Mesiniaga ... 54

Gambar 3.8. Tampak depan the Chong Qing Tower ... 54

Gambar 3.9. The Chong Qing Tower Rainwater Harvesting System ... 55

Gambar 3.10. Sistem Penyaring sinar matahari pada Edge Green Complex ... 56

Gambar 3.11. Edge Green Complex ... 56

Gambar 4.1. Analisa Lokasi Tapak ... 58

Gambar 4.2. Analisa Batas-batas Tapak ... 59

Gambar 4.3. Analisa Tata Guna Lahan ... 60

Gambar 4.4. Analisa Pencapaian dan Sirkulasi ... 61

Gambar 4.5. Analisa Matahari ... 62

Gambar 4.6. Analisa Angin ... 62

Gambar 4.7. Analisa Kebisingan ... 63

Gambar 4.8. Analisa Vegetasi ... 63

Gambar 4.9. Analisa View Menuju Tapak ... 64

Gambar 4.10. Analisa View dari Tapak ... 64

Gambar 4.11. Foto Suasana Site ... 65

Gambar.5.1. Konsep Bentukan Massa ... 79

Gambar 5.2. Konsep Tapak ... 80

Gambar 5.3. Detail Pondasi pada Core ... 80


(11)

Gambar 5.5. Konsep Orientasi Bangunan ... 82

Gambar 5.6. Konsep Pencahayaan Alami ... 82

Gambar 5.7 Konsep Pengkondisian Udara Alami ... 83

Gambar 5.8. Ketebalan dan Tinggi Tumbuhan yang Diterapkan pada Bangunan ... 84

Gambar 5.9. Penerapan Sistem Green Roof pada Bangunan ... 85

Gambar 5.10. Bright Sunny Flower ... 86

Gambar 5.11. Gomphrena Globosa ... 86

Gambar 5.12. Barbados Lily ... 87

Gambar 5.13. Nerilium Oleander ... 88

Gambar 5.14. Skema Sederhana Rainwater Harvesting ... 88

Gambar 5.15. Graywater system ... 89

Gambar 5.16. Skematik Rainwater Harvesting pada Bangunan Hotel ... 92

Gambar 5.17. Solar Photovoltaic Lasti ... 93

Gambar 5.18. Penerapan Solar Photovoltaic System pada Bangunan ... 94


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 29

Tabel 2.2. Perbandingan Fasilitas Hotel ... 39

Tabel 3.1. Penilaian Hunian yang Sehat ... 48

Tabel 3.2. Perbandingan Penerapan Arsitektur Ekologi pada Studi Banding ... 57

Tabel 4.1. jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Sumatera Utara menurut 3 pintu masuk ... 66

Tabel 4.2. Perbandingan tingkat pengunian kamar dari tahun 2005 hingga 2008 ... 66

Tabel 4.3. Jumlah Hotel, Kamar dan Tempat tidur dari tahun 2005 hingga 2008 ... 67

Tabel 4.4. Rata-rata Lama tamu menginap pada Hotel / Akomodasi Lainnya Menurut Tahun dan Kelas Hotel di Kota Medan tahun 2005-2008 ... 67

Tabel 4.5. Jumlah penumpang Internasional dan Domestik melalui pelabuhan udara polonia tahun 2003-2007 ... 67

Tabel 4.6. Analisa Kebutuhan dan Program Ruang... 70

DAFTAR DIAGRAM Halaman Diagram 4.1. Diagram Organisasi Ruang ... 74


(13)

BAB I

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Bandara Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara udara baru untuk kota Medan, Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kuala Namu, Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Kuala Namu akan menggantikan Bandara Polonia yang sudah berusia lebih dari 70 tahun. Saat selesai dibangun, Kuala Namu yang diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatera dan sekitarnya, dan akan menjadi bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta.1

Akomodasi dalam pengertian dasar adalah, suatu ruangan/kamar atau tempat dimana pengunjung dapat tidur/menginap. Dalam perkembangan selanjutnya, karena setiap orang yang menginap itu juga memerlukan fasilitas lain seperti makan dan minum, walaupun sekedarnya lambat laun istilah akomodasi dikenal orang bukan hanya sekedar tempat menginap, namun telah berkembang dalam arti luas yaitu sebagai tempat dimana seseorang dapat beristirahat atau Diperkirakan banyaknya frekuensi penerbangan yang nantinya akan dilakukan oleh maskapai penerbangan yang ada di bandara Kuala Namu menyebabkan adanya aktivitas yang padat di bandara. Aktivitas yang terjadi di bandara Kuala Namu nantinya antara lain keberangkatan dan kedatangan pesawat, pergantian rute pesawat dari internasional ke domestik dan sebaliknya, dan transit pesawat untuk pengisian bahan bakar dan perbaikan pesawat. Khusus untuk transit, aktivitas yang dilakukan penumpang yaitu menunggu selama 2 – 3 jam untuk pergantian rute penerbangan dan pengisian bahan bakar bahkan tertunda 2 hari apabila pesawat mengalami kerusakan. Adanya arus pergerakan pesawat dan mobilitas manusia ini menimbulkan tuntutan penyediaan fasilitas lainnya seperti sarana akomodasi, sarana komunikasi, sarana hiburan dan rekreasi, dan sarana lainnya yang mampu memberikan hiburan dan mengurangi ketegangan dari kesibukan akivitas yang ada di bandara Kuala Namu.

1


(14)

menginap untuk sementara waktu, serta mendapatkan makan dan minum, tetapi juga terpenuhi kebutuhan lainnya.

Salah satu penyediaan sarana akomodasi untuk pelayanan pengguna transportasi udara di bandara Kuala Namu yaitu hotel transit. Menurut The Architect’s Journal (1974:9) prinsip pendirian hotel selalu didasarkan atas adanya kebutuhan yang terjadi akibat pengaruh perkembangan arus dan volume wisatawan, perkembangan sarana transportasi, perkembangan pelayanan perjalanan atau perkembangan dunia usaha. Berdasarkan pengaruh perkembangan arus dan volume wisatawan, serta sarana transportasi udara tersebut, maka bandara Kuala Namu yang nantinya sebagai salah satu bandara Internasional Indonesia memerlukan adanya kelengkapan sarana akomodasi, dalam hal ini hotel transit, yang mampu menunjang aktivitas dan keberadaan bandara bandara Kuala Namu serta pemenuhan kebutuhan para wisatawan yang mengalami transit penerbangan (wisatawan mancanegara, wisatawan domestik, dan pengusaha serta awak pesawat). Perencanaan hotel transit ini diharapkan mampu mengantisipasi tuntutan akan sarana akomodasi di dalam kawasan bandara Kuala Namu. Kawasan bandara Kuala Namu menurut para investor juga berpotensi untuk menciptakan komunitas ekonomi.

I.2. Maksud dan Tujuan

Adapun tujuan dari pembangunan Kuala Namu Transit Hotel adalah :

• Untuk merencanakan dan merancang sebuah hotel transit di kawasan

bandara Kuala Namu sebagai sarana akomodasi dengan kemudahan pelayanan bagi para wisatawan, pengusaha, dan awak pesawat yang mengalami transit penerbangan di bandara Kuala Namu.

• Menyediakan fasilitas-fasilitas ruang bisnis bagi para pengunjung hotel.

• Menciptakan suasana hotel yang nyaman dengan segala fasilitas-fasilitas

yang mendukung.

• Menerapkan langkah – langkah pokok program dasar perencanaan dan


(15)

I.3. Masalah Perancangan

Adapun permasalahan yang dapat timbul pada perancangan Transit Hotel yang menggunakan konsep indoor ini adalah bagaimana merencanakan fasilitas-fasilitas yang berbeda-beda dalam satu perancangan yang saling berintegrasi, yang didukung oleh aspek lain seperti sirkulasi, utilitas, dan lain-lain. Permasalahan pada kasus ini adalah :

Permasalahan umum :

1. Bagaimana merancang sebuah hotel transit yang nyaman dan dapat menimbulkan

citra bangunan yang ramah terhadap para tamu hotel. Permasalahan khusus :

1. Bagaimana membuat jalur sirkulasi baik ruang dalam maupun ruang luar secara

efektif

2. Bagaimana menciptakan suatu bangunan hotel yang ekologis dan ramah terhadap

lingkungan sesuai dengan tema

3. Bagaimana menentukan lokasi tapak yang sesuai di Kawasan Kuala Namu, untuk

lokasi pembangunan Transit Hotel dengan memperhatikan kriteria-kriteria dan data yang ada dilapangan.

4. Bagaimana menentukan system struktur dan utilitas hotel.

I.4. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan bentuk pengenalan masalah yang lebih berfokus pada hal yang lebih khusus untuk mencari penyelasaian yang lebih tepat. Dalam hal ini pendekatan pada masalah perancangan Kuala Namu Transit Hotel.

Adapun pendekatan masalah yang akan dibahas adalah mengenai bagaimana merencanakan hotel transit bisnis dikawasan bandara udara Internasional Kuala Namu untuk memenuhi kebutuhan wisatawan akan suatu akomodasi dan fasilitas akan keperluan bisnis.

Melalui pendekatan fungsinya sebagai tempat hunian yang letaknya sangat strategis yaitu dikawasan bandara, maka direncanakan bermacam-macam kegiatan hunian.

Lokasi perencanaan terletak di kawasan bandara baru Internasional Kuala Namu, mengingat aksesbilitas yang cukup memadai dan jarak tempuh yang relatif


(16)

singkat dari pusat Kota Medan sehingga wisatawan tidak mengalami kesulitan dalam masalah transportasi. Lokasi perancangan merupakan lokasi yang diperuntukkan bagi pengembangan lokasi komersil seperti yang telah direncanakan PT. Angkasa Pura II untuk mendukung pengadaan bandara Kuala Namu sendiri. Hal ini menjadi dasar perencanaan dan perancangan dalam memajukan sektor pariwisata dan mengoptimalkan potensi yang ada di Kota Medan dan sekitarnya.

Sasaran pelayanan berskala nasional dan internasional dalam

perancangannya diterapkan desain yang bertemakan Arsitektur ekologis.

I.5. Lingkup dan Batasan Proyek

Batasan-batasan kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah Transit Hotel. Lingkup Pembahasan yang akan digunakan adalah:

1. Merencanakan dan merancang Transit Hotel dikawasan bandara Kuala

Namu yang didasari oleh disiplin ilmu arsitektur

2. Transit hotel ini termasuk kedalam kategori bangunan tunggal dalam suatu tapak yang direncanakan

3. Transit Hotel yang direncanakan merupakan suatu bangunan dengan

penekanan arsitektur ekologi yang berfungsi untuk menampung kebutuhan para wisatawan yang mengalami transit dibandara Kuala Namu.

Batasan- batasan dalam merencanakan Transit Hotel adalah:

1. Hanya membahas tentang masalah-masalah yang dihadapi dalam merancang

sebuah Transit Hotel.

2. Kajian arsitektur akan dibatasi oleh tema dalam penyelesaian kasus ini,

yaitu Arsitektur Ekologis.

3. Menerapkan tema Arsitektur Ekologis ke dalam sebuah Transit Hotel.

4. Pemilihan sistem pemanfaatan energi secara alami yang kemudian

dikonversikan menjadi pembangkit energi sendiri (mandiri) pada bangunan. Sistem – sistem tersebut antara lain sebagai berikut :


(17)

b. Bio-swale / penampungan air hujan,

c.

merupakan konsep reuse dengan menampung air hujan dimanfaatkan kembali untuk keperluan menyiram greenary, flusher WC, dll.

Roof Garden, taman diatas atap dapat menyerap panas matahari

yang jatuh diatas dak beton bangunan, menyerap gas beracun disekeliling bangunan, menyaring udara kota yang berpolusi dan berdebu, serta menyerap sinar ultraviolet sebelum masuk atau memantul dalam bangunan, sehingga bangunan lebih sejuk.


(18)

I.6. Kerangka Berpikir

Judul Proyek :

Kuala Namu Transit Hotel

Judul Proyek :

Kuala Namu Transit Hotel

Latar Belakang

Kebutuhan akan adanya kelengkapan sarana akomodasi, berupa hotel transit pada kawasan Bandara Kuala Namu

Tujuan:

merencanakan dan merancang sebuah hotel transit di kawasan bandara Kuala Namu sebagai sarana akomodasi bagi para pengguna jasa pesawat yang mengalami transit khususnya

Pengenalan Hotel

Permasalahan :

• Fungsi : menggabungkan fungsi-fungsi sehingga membuat nyaman bagi pemakainya dan menjadi menarik.

• Kawasan : memaksimalkan lahan yang tersedia dengan sebaik mungkin. • Arsitektur : memadukan fungsi-fungsi yang ada ke dalam bangunan.

Pengumpulan Data : • Studi literatur • Studi lapangan • Studi banding • Wawancara

Analisa :

• Analisa Site. • Analisa Lingkungan

Sekitar. • Analisa Fungsi.

Konsep :

• Analisa kondisi tapak • Konsep bangunan • Konsep utilitas Analisa

fungsional Studi Banding :

• Kajian tema • Bentuk bangunan

Fasilitas

Studi Site : • Data eksisting

site

• Kondisi disekitar site


(19)

I.7. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika Penulisan laporan adalah tata cara penulisan laporan sebagai pedoman agar laporan dapat tersusun dengan benar. Berikut adalah sistematika penulisan laporan Kuala Namu Transit Hotel;

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang kajian latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan, pendekatan,lingkup batasan,asumsi kelayakan dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Berisi tentang pengertian Kuala Namu Transit Hotel, lokasi, tinjauan fungsi dan studi banding terhadap Kasus Proyek sejenis yang lain.

BAB III ELABORASI TEMA

Berisi tentang kajian mengenai pengertian ,interpretasi dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding terhadap bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sama.

BAB IV ANALISIS

Berisi tentang kajian analisis terhadap lokasi dari tapak perancangan, potensi dan kondisi lingkungan, pemakai, dan aktivitasnya dan berisi tentang dasar-dasar pemrograman fasilitas yang direncanakan, meliputi kebutuhan ruang, besaran dan persyaratan ruang, hubungan antar ruang yang bersifat analisa.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisi konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan lingkungan kajian.

BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR

Berisi gambar-gambar desain dan foto maket hasil perancangan.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai bahan literatur dalam perencanaan ini.


(20)

LAMPIRAN

Berisi mengenai hal-hal yang menjadi tambahan dalam pengerjaan perencanaan laporan ini


(21)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK II.1. Terminologi Judul

Judul dari proyek tugas akhir ini adalah “Kuala Namu Transit Hotel”.

Pengertian Transit Hotel : Hotel yang berlokasi dekat bandara, pelabuhan, biasanya

diperuntukkan bagi masyarakat yang bermaksud untuk tinggal sementara (dalam jangka waktu pendek).

Kuala Namu merupakan sebuah bandara udara baru untuk kota Medan, Indonesia.

Lokasinya terletak di Kuala Namu, Desa Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang.

Kuala Namu Transit Hotel yaitu merupakan sebuah hotel Transit di Kawasan Bandara

Udara Internasional Kuala Namu dengan penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang.

II.2. Tinjauan Umum II.2.1. Tinjauan Hotel A. Sejarah Perhotelan

Pada dasarnya keberadaan fungsi hotel adalah sarana penunjang kegiatan berpergian yang berjarak jauh dari tempat tinggal sehingga dibutuhkan sarana akomodasi untuk tempat beristirahat berupa kamar tidur.

Menurut Drs. Oka A.A. Yoeti, sejarah perhotelan sebenarnya sudah dimulai semenjak Mariam dan Yusuf membutuhkan tempat menginap sewaktu Mariam akan melahirkan Nabi Isa, hal ini sejalan dengan peradaban manusia yang selalu memerlukan tempat untuk berlindung sementara terhadap cuaca panas dan dingin dalam melakukan kegiatan perjalanan.

Pada masa kerajaan Romawi telah dibangun rumah penginanpan yang disebut “MANSIONES” yang berlokasi sepanjang jalan raya utama dengan jarak masing-masing sekitar 40 KM. Kemudian selama abad pertengahan, peraturan keagamaan di Eropa memerintahkan agar dibangun tempat-tempat menginap di sepanjang jalan yang dilalui orang ( road side inn ).

Menurut Jusupadi Salmun SH, dalam film - film Western ( cowboy ) sekitar tahun 1800 s.d 1900, sudah terdapat hotel yang bersebelahan dengan saloon dan bar restaurant, yang berarti sejak kehidupan tahun tersebut penyediaan hotel, motel,


(22)

penginapan atau losmen telah dikenal orang sebagai sarana atau penunjang bagi para pelancong.

Hotel dengan stadard yang lebih baik pertama-tama dibuat di Inggris, kemudian Perancis, Swiss dan beberapa negar terkenal lainnya. Sebuah penginapan di New York City menurut Willam S. Gray dan Salvatore C. Linguori telah memegang peranan penting dalam kancah Revolusi Hotel di Amerika.

Sebelumnya, sebuah Flat ( Mansion ) yang bernama De Lancey pada tahun 1762 telah berubah menjadi sebuah hotel dengan nama baru yaitu Queens Head Tavern. Dalam sejarahnya gedung ini tetap dipelihara dengan baik sebagai lambang yang mencerminkan masa lalu Amerika Serikat dan kini telah menjadi sebuah restaurant yang besar dengan nama Frannces Tavern. Kemudian menyusul hotel di Covent Garden tahun 1774 yang berdampingan dengan bioskop dekat Westminsfer di kota London.

Beberapa kalangan Amerika menganggap hotel yang benar-benar hotel dengan 170 kamar didirikan di New York tahun 1794 dengan nama City Hotel.

Kemudian menyusul Boston’s Tremont House dengan 270 kamar di tahun 1829 yang tidak hanya memberikan pelayanan untuk tinggal sementara, tetapi juga menyediakan ruangan untuk converence bagi masyarakat setempat.

Sejak itu maka menyusul hotel-hotel seperti ini :

 Thn 1830-1850 - berdirinya Hotel Aster, The Palmer House da

 Thn 1865 - berdiri The St. Pancras Station and Hotel di London

 Thn 1875 – berdiri


(23)

 Thn 1880 – berdir dibangun untuk kepentingan “Business Travellers” dan merupakan “Chain Hotel” pertama di dunia.

 Thn 1894 – berdiri

menggunakan sambungan telepohone yang connecting ke dalam setiap kamarnya.

 Thn 1896 – berdiri hote

Satu hal yang dapat dicatat mengenai lokasi hotel sebelum dan sesudah tahun 1900 di Amerika dan Eropa, umumnya berlokasi tidak jauh dari station kereta api. Akan tetapi, ketika dunia telah mengenal mobil dan pesawat terbang, lokasi hotel tidak lagi tergantung pada station kereta api, karena pemenuhan aspek aksibilitas melalui alat transportasi sudah bersifat diversifikatif sekali.

Sejarah perkembangan perhotelan di Indonesia belum banyak terungkap, juga belum banyak buku yang mengungkapkan masalah ini. Indonesia telah dikenal di dunia pariwisata sejak sebelum Perang Dunia ke I, tetapi jumlah wisatawan yang berkunjung masih terbilang ribuan. Seiring dengan perkembangan kedatangan wisatawan asing ke indonesia yang lebih memerlukan sarana akomodasi pariwisata bersifat memadai, maka semasa penjajahan kolonial Belanda, mulai berkembanglah hotel-hotel di Indonesia. Dari buku PARIWISATA INDONESIA DARI MASA KE MASA tercatat hotel-hotel yang sudah hadir pada saat itu diantaranya :

 Jakarta, dibangu

 Surabaya, berdiri Hotel Sarkies dan

 Semarang, berdiri

 Malang,

 Solo,

 Yogyakarta, Grand Hotel ( sekaran

 Bandung,

 Bogor,

 Medan,

 Makasar,

Kebanyakan hotel-hotel itu sampai sekarang masih ada, ada yang menjadi Herritage, ada yang sudah direnovasi menjadi lebih baik dan ada juga yang telah diredevelopment total sehingga tidak ada lagi bentuk aslinya, seperti


(24)

dalam perkembangannya pernah menjadi Hotel Duta Indonesia, kini pertokoan Duta Merlin.

Setelah periode pemerintahan Orde Baru, pembangunan dan kehadiran hotel di Indonesia jauh dan sangat berkembang pesat. Terutama setelah masuknya beberapa chains ‘management’ hotel international yang banyak merambah ke kota-kota besar di Indonesia. Sejalan dengan berkembangnya hotel di indonesia ,waja sangat berkembang dan inovative. Akan tetapi hal ini menjadi satu tolak ukur sejarah baru untuk Hotel di Indonesia.

Secara harfiah kata hotel berasal dari kata hospitium (bahasa Latin), yang

berarti ruangan tamu yang berarti rungan tamu yang berada dalam suatu monastery yang kemudian kata hospitium di Perancis dipadukan dengan kata hospes lalu menjadi hospice. Untuk beberapa lama kata hospice tidak mengalami perubahan. Dalam perkembangan selanjutnya, setelah melalui proses pengertian dan analogi yang sangat lama untuk membedakan antara guest house dengan mansion house (sebuah rumah besar), maka rumah besar tersebut disebut hostel. Kata hostel ini terus menerus digunakan orang,lambat laun huruf ”s” pada kata hostel menghilang atau dihilangkan, menjadi hotel seperti apa yang kita kenal sekarang ini.

Pertumbuhan dan perkembangan perhotelan tidak dapat lepas dari pertumbuhan dan perkembangan pariwisata. Pertumbuhan dan perkembangan perhotelan di Indonesia dapat dibagi kepada tiga periode, yaitu masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang dan masa setelah Indonesia merdeka. Semasa penjajahan Belanda, dapat dikatakan kegiatan pariwisata hanya terbatas pada orang kulit putih saja.

Pertumbuhan usaha perhotelan di Indonesia baru dikenal abad ke-19, dan hanya terbatas pada kota - kota besar dan kota yang berada didekat pelabuhan. Pada masa pendudukan Jepang, berkobarnya perang dunia ke II dan disusul dengan pendudukan Jepang di Indonesia, menyebabkan keadaan pariwisata di Indonesia semakin terlantar. Ditahun – tahun pihak Jepang akan kalah perang, menyusul setelah jatuhnya bom Nagasaki dan

Hirosyima, terjadilah inflasi di mana – mana yang mengakibatkan usaha perhotelan sama sekali mati. Pada masa setelah Indonesia merdeka, lahir surat keputusan Wakil Presiden RI (Dr. Moch. Hatta) yang dikeluarkan di Jogyakarta tentang pendirian suatu badan atau lembaga yang diberi wewenang untuk melanjutkan tugas – tugas pengusahaan hotel bekas milik Belanda. Dalam dasawarsa 1970-an, baru muncul hotel – hotel bertaraf internasional yang dimiliki oleh perusahaan swasta maupun nasional.


(25)

B. Pengertian Hotel

Terlepas dari sejarah perhotelan, secara harfiah, kata hotel dulunya berasal dari kata hospitium (bahasa latin), yang artinya ruangan tamu. Dalam jangka waktu lama kata hospitium mengalami proses perubahan pengertian yaitu menjadi hostel. Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang yang ingin mendapatkan kepuasan, kata hostel lambat laun berubah menjadi hotel seperti yang kita kenal sekarang.

Didalam Columbia Encyclopedia dijelaskan bahwa yang dimaksud hotel itu adalah House of Public Entertainment, dan dapat disimpulkan dalam istilah menjamu, dengan memberikan kesenangan/kepuasan berupa akomodasi, makanan, minuman dan lain-lainnya. Kepuasan para tamu tergantung dari pada usaha yang baik dari pihak yang menjamu/tuan rumah. Dengan demikian dapat ditetapkan bahwa ciri-ciri dari perhotelan itu adalah disediakannya:

− Kamar tidur

− Disajikannya makanan dan minuman

− Diberikannya pelayanan (service)

1. Pengertian Hotel menurut hotel Proprietors Act, 1956:

“hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan serta minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus”

2. Menurut Prof.K.Krapf:

“hotel adalah sebuah gedung/bangunan untuk menyediakan penginapan, makanan dan pelayanan yang bersangkutan dengan menginap serta makan bagi mereka yang mengadakan perjalanan”.

3. dalam surat keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No.SK.241/G/70

tahun 1970:

“Hotel adalah perusahaan yang menyediakan jasa dalam bentuk penginapan (akomodasi) serta menyajikan hidangan serta fasilitas lainnya dalam hotel untuk umum, yang memenuhi syarat-syarat comfort dan bertujuan komersil. Bentuk, susunan, tata ruang, dekorasi, peralatan, perlengkapan, sanitasi, hygiene, estetika, keamanan, dan ketentraman, secara umum dapat memberikan sasaran nyaman comfort dan khusus untuk kamar-kamar tamu dapat menjamin adanya ketenangan pribadi (privacy) untuk para tamu hotel’.


(26)

4. Menurut Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, No : KM.94/HK.103/MPTT-87 tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan Hotel : “Hotel adalah salaha satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial’.

5. Dalam Arti Sempit

Dalam arti sempit yang dimaksud dengan hotel adalah suatu kamar atau tempat dimana pengunjung dapat tidur/menginap. Hotel dalam hal ini hanya berarti penginapan saja.

6. Dalam Arti Luas

Dalam perkembangan selanjutnya, karena setiap orang menginap itu juga memerlukan yang lainnya, seperti makan dan minum walaupun hanya sekedarnya, maka lambat laun istilah hotel lebih dikenal orang bukan hanya sekedar tempat penginapan saja, tetapi telah berkembang dalam arti luas sebagai suatu tempat yang seseorang dapat tidur, beristirahat, atau menginap sementara waktu selama dalam perjalannya, juga mendapatkan makanan dan minuman dan terpenuhi kebutuhan lainnya.

C. Klasifikasi atau Penggolongan Hotel

Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan hotel ialah suatu sistem pengelompokkan hotel-hotel kedalam berbagi kelas atau tingkatan, berdasarkan ukuran penilaian tertentu.

Berdasarkan ukuran penilaian tertentu (Naimuddin : 15). Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : KM.3 / HK.001 / MKP.02 tanggal 27 Februari 2002, tentang penggolongan kelas hotel BAB III penggolongan hotel bagian kesatu jenis golongan hotel :

Pasal 3

Ayat 1 (satu) : Golongan kelas hotel terdiri atas : a. Golongan kelas hotel bintang.

b. Golongan kelas hotel melati.

Ayat 2 (dua) : Golongan kelas hotel bintang sebagaimana dimaksud dalam ayat satu, dibagi atas 5 (lima) kelas yaitu hotel bintang 1 (satu) sampai bintang 5 (lima). Ayat 3 (tiga) : Golongan kelas hotel melati sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) hanya terdiri atas satu kelas sebagai hotel melati.


(27)

Pasal 4

Ayat 1 (satu) : Penggolongan kelas hotel bintang ditetapkan setelah hotel memenuhi persyaratan dalam kriteria penggolongan kelas hotel.

Ayat 2 (dua) : Hotel yang belum memenuhi persyaratan minimal sebagai hotel bintang, digolongkan ke dalam kelas hotel melati.

Ayat 3 (tiga) : Golongan kelas hotel melati dapat ditingkatkan menjadi hotel bintang setelah memenuhi persyaratan sebagai hotel bintang sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu).

Disamping penggolongan hotel di atas, usaha perhotelan juga dapat digolongkan ke dalam kelompok – kelompok tertentu berdasarkan hal – hal sebagai berikut :

1. Plan 2. Size

3. Type of Patromage 4. Long of Guest Stay 5. Location

6. Under the Government Regulations (sesuai dengan peraturan pemerintah setempat).

Penggolongan hotel juga dapat dilakukan berdasarkan peraturan pemerintah setempat yang disahkan, dalam hal ini beberapa Negara menganut penggolongan kelas hotel berdasarkan Grade System (system tarif) dan Star System (urutan bintang).

Hotel dapat dikelompokkan kedalam berbagai kriteria menurut kebutuhannya, namun ada beberapa kriteria yang dianggap paling lazim digunakan. Berdasarkan kriteria dalam hal kondisi atau fasilitas yang tersedia dalam suatu hotel, maka klasifikasi tersebut dapat dikatakan sebagai berikut :

A. Pengelompokan Berdasarkan Standar Hotel

1. Hotel Internasional 2. Hotel Semi Internasional

3. Hotel Nasional

B. Klasifikasi Hotel Sesuai dengan Jumlah Kamar

1. Small Hotel, dengan jumlah kamar kurang dari 50 kamar 2. Medium, dengan jumlah kamar 50 s/d 100 kamar


(28)

C. Klasifikasi Hotel Sesuai dengan Jenis Tamu (Types of Guest)

Hotel ini umumnya berada didalam perkotaan ataupun didaerah yang jenis tamunya terdiri atas beberapa klasifikasi sebagai berikut :

1. Family Hotel, tamu-tamu yang menginap bersama keluarga

2. Bussines Hotel, tamu-tamu yang menginap kebanyakan bussinesman, maka dengan demikian diperlukan tata cara praktis dan cepat dalam pelayanan serta fasilitas bussines sebagai penunjang.

3. Commercial Hotel 4. Tourist Hotel 5. Official Hotel 6. Transit Hotel 7. Cure Hotel

8. Hotel Konvensi

D. Klasifikasi Hotel sesuai dengan Lama Tinggal 1. Hotel Resident

2. Hotel Transit (Komersial) 3. Hotel Daerah (Resort)

4. Motel

E. Klasifikasi Hotel berdasarkan jenis kamar

1. Menurut Sulastiono (2001, p. 25), jenis-jenis kamar hotel pada dasarnya

dibedakan atas :

a. Single room: kamar untuk satu orang yang dilengkapi dengan satu buah

tempat tidur berukuran single untuk satu orang

b. Twin room: kamar untuk dua orang yang dilengkapi dengan dua buah

tempat tidur masing-masing berukuran single.

c. Double room: kamar yang dilengkapi dengan satu buah tempat tidur

berukuran double (untuk dua orang).

d. Double-double: kamar untuk empat orang yang dilengkapi dengan dua

kamar tamu dan dengan tempat tidur berukuran double (untuk dua orang).

Terdapat pula jenis-jenis kamar yang dibedakan menurut fasilitas yang tersedia dari satu hotel dengan hotel lainnya, hal tersebut dikarenakan harga kamar selalu dikaitkan dengan fasilitas kamar. Makin lengkap fasilitas kamarnya, makin mahal pula harganya. Contoh jenis


(29)

kamar menurut fasilitas adalah standard room, superior room, moderate, suite room, executve suite room, dan penthouse.

Menurut Kasavana (1998), hotel berdasarkan jumlah kamarnya dibagi menjadi empat kategori yaitu kurang dari 150 kamar, 150 hingga 299 kamar, 300 hingga 600 kamar, lebih dari 600 kamar.

F. Klasifikasi Hotel Berdasarkan Target Market Jenis hotel berdasarkan target market antara lain : a. Commercial Hotels

Ditujukan kepada orang yang pekerjaannya berhubungan dengan berpergian, seperti bisnis manajer, kelompok meeting dan seminar. Tipe hotel komersial merupakan tipe hotel terbesar dan fungsi utamanya adalah untuk melayani klien bisnis.

b. Airport hotels

Airport hotel atau hotel bandara terkenal karena kedekatannya dengan pusat perjalanan terbesar. Airport hotel merupakan hotel yang memiliki ukuran pelayanan yang luas. Airport hotel ditujukan untuk klien bisnis, penumpang pesawat dengan penerbangan malam atau pembatalan penerbangan dan pegawai perusahaan penerbangan. Hotel memiliki limousine dan van yang banyak dimanfaatkan untuk mengantar dan menjemput tamu antara hotel dan bandara. Beberapa airport hotel menyediakan fasilitas ruang pertemuan bagi tamu yang datang dengan pesawat terbang dan hendak melakukan sebuah pertemuan.

Menurut Sugiarto (1996), “Airport hotel adalah hotel yang terletak ssatu kompleks bangunan dengan lapangan udara atau berada disekitar Bandar udara. Target market dari jenis tamu hotel ini adalah para usahawan aau penumpang pesawat yang mengalami penundaan penerbangan, juga para kru pesawat” (p.27).

c. Suite Hotel

Hotel ini ditujukan untuk keluarga yang berlibur dan seseorang yang ingin menikmati kenyamanan saat berpergian jauh dari rumah. Hotel ini dimanfaatkan pula oleh para professional, seperti akuntan, pengacara, para executive karena salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh kamar suite hotel, yaitu disetiap kamar hotel terdapat ruang tamu dan kamar mandi yang terpisah dengan kamar memberikan kenyamanan bagi para professional ini dalam bekerja.


(30)

d. Extended Stay Hotels

Hotel ini didirikan untuk menyediakan layanan bagi tamu yang datang dengan tujuan untuk tinggal selama lima hari atau waktu yang lebih lama. Tamu yang menginap di extended stay hotel biasanya tidak terlalu membutuhkan layanan dari hotel. Tidak seperti tipe hotel lainnya, tariff kamar ditentukan dari lamanya tamu tinggal dihotel tersebut. Jenis hotel ini memiliki kesamaan dengan suite hotel, hotel ini menyediakan kebutuhan dapur dalam kamar dimana suite hotel tidak menyediakan.

e. Residential Hotels

Ditujukan pada tamu yang ingin tinggal dihotel dalam jangka waktu yang panjang dengan melakukan kontrak tinggal terlabih dahulu. Kamar akomodasi dengan kamar mandi dan ruang tamu terpisah, tipe kamarnya seperti kamar suite. Jenis akomodasi ini disediakan untuk orang yang berada dipinggiran kota, bersifat permanen atau jangka panjang.

f. Leisure market (resort hotel)

Hotel ini ditujukan untuk orang yang berpergian, rekreasi, olahraga atau untuk hiburan. Hotel ini bersifat musiman, pada saat high season aktivitas hotel tinggi dan sebaliknya.

g. Bed and Breakfaast Hotels

Sebuah hotel yang terdiri dari 20-30 kamar. Hotel ini memberikan penawaran kamar dan makan pagi. Pemilik hotel biasanya tinggal didalam hotel tersebut dan bertanggung jawab pada penyediaan makan pagi tamu. h. Casino Hotels

Sebuah hotel yang fungsi utamanya adalah sebagai pendamping dari sebuah kasino. Layanan didalam kamar, makanan dan minuman bukanlah merupakan tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Tamu yang ingin mencari kesenangan dan melakukan perjalanan berlibur untuk menggunakan fasilitas kasino menginap dihotel ini.

i. Conference Centers

Conference centers di-design untuk kelompok meeting dan hampir keseluruhan pelayanan hotel ini menawarkan akomodasi bermalam selama meeting diadakan. Hotel ini menekankan pada penyediaan layanan dan peralatan yang dibutuhkan untuk kelancaran jalannya meeting.


(31)

Menawarkan ± 2000 kamar. Fasilitas hotel ini di-design untuk mengakomodasi rapat besar.

G. Klasifikasi Hotel Sesuai dengan Bintang

Pelayanan hotel ditentukan dalam 5 (lima) golongan kelas berdasarkan kelengkapan dan kondisi bangunan, peralatan, pengelolaan, serta mutu pelayanan sesuai dengan persyaratan penggolongan hotel sebagaimana yang ditetapkan dalam lampiran Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi tentang Ketentuan Usaha dan Penggolongan Hotel.

1. Hotel bintang satu (*)

 Jumlah kamar standar minimum 15 kamar

 Kamar mandi didalam

 Luas kamar standar minimum 20 m²

2. Hotel bintang dua (**)

 Jumlah kamar standar minimum 20 kamar

 Jumlah kamar suite, minimum 1 kamar

 Kamar mandi didalam

 Luas kamar standar minimum 22 m²

 Luas kamar suite minimum 44 m²

3. Hotel bintang tiga (***)

 Jumlah kamar standar minimum 30 kamar

 Jumlah kamar suite minimum 2 kamar

 Kamar mandi didalam

 Luas kamar standar minimum 24 m²

 Luas kamar standar minimum 48 m²

4. Hotel bintang empat (****)

 Jumlah kamar standar minimum 50 kamar

 Jumlah kamar suite minimum 3 kamar

 Kamar mandi didalam

 Luas kamar standar minimum 24 m²

 Luas kamar suite minimum 48 m²

5. Hotel bintang lima (*****)

Memiliki 3 tingkatan yaitu Palm, Bronze, dan Diamond

 Jumlah kamar standar minimum 100 kamar


(32)

 Kamar mandi didalam

 Luas kamar standar minimum 26 m²

 Luas kamar suite minimum 52 m²

H. Klasifikasi Hotel sesuai dengan Tipe Harga Kamar atau Plan

Yang dimaksud dengan plan adalah suatu sisem yang dipergunakan dihotel dalam menetukan pentarifan yang ada hubungannya dengan penyediaaan atau penjualan makanan.

1. European Plan 2. American Plan 3. Continental Plan 4. Bermuda Plan

I. Klasifikasi Hotel Berdasarkan Tarif Kamar 1. Economy Hotel

2. First Class Hotel 3. Deluxe Hotel

J. Klasifikasi Hotel Berdasarkan Lama Operasi Hotel a. Season Hotel

b. Arround The Year Operation Hotel K. Klasifikasi Hotel Berdasarkan Lokasi Hotel

1. City Hotel 2. Resident Hotel 3. Ressort Hotel 4. Motel

5. Beach Hotel 6. Mountain Hotel 7. Airport Hotel 8. Guest Faccilities

Berdasarkan keterangan diatas maka disimpulkan bahwa hotel pada proyek ini termasuk kedalam klasifikasi:

1. Hotel berdasarkan standar merupakan hotel semi Internasional

2. Hotel berdasarkan jumlah kamar merupakan hotel dengan jumlah kamar

large (100 keatas).

3. Hotel berdasarkan jenis tamu merupakan hotel transit. 4. Hotel berdasarkan lama tinggal merupakan hotel transit.


(33)

5. Hotel berdasarkan target market merupakan airport hortel.

6. Hotel sesuai dengan bintang merupakan hotel bintang empat (****) 7. Hotel berdasarkan lokasi hotel merupakan airport hotel

D. Persyaratan Pokok Usaha Perhotelan

Terdapat empat unsur yang menjadi persyaratan pokok usaha perhotelan : 1. Sarana fisik dan fasilitas

Fasilitas yang tersedia didalam suatu hotel diantaranya adalah : a. Tempat yang cukup luas untuk parkir kendaraan tamu.

b. Berbagai jenis kamar dengan fasilitas ruang tidur yang lengkap, kamar

mandi dan tersedia televisi, video dan lain-lain. c. Telepon, telex, bussines center, dsb.

d. Lobby, adalah ruangan yang dipergunakan oleh tamu untuk melakukan

aktivitas sementara pada waktu kedatangan dan/ataupun keberangkatan, atau sambil menunggu/relax.

e. Tersedia restoran (coffee shop, Grill Room, Restoran Indonesia, dll), bar, ruangan pertemuan, pelayanan makanan/minuman ke kamar.

f. Penyewaan ruang kantor dan ruang pertokoan.

g. Fasilitas olahraga dan rekreasi.

h. Fasilitas dobi untuk para tamu yang memerlukan.

i. Ruang pertokoan untuk keperluan hotel seperti ruang kantor depan hotel,

kantor tata graha, dsb.

2. Mutu dari produk pelayanan

Hotel sebagai suatu usaha industri pelayanan jasa menghasilkan, menyediakan, dan melayani tamu dalam bentuk barang dan jasa. Dari segi wujudnya, produk industri hotel yang dihasilkannya terdiri dari 2 bagian, yaitu :

a. Produk Nyata, yang dimaksud adalah produk hotel secara jelas dan nyata

diterima dan dapat dilihat, yang untuk memperolehnya tidak harus membayar, antara lain :

 Kamar tamu

 Makanan dan minuman

 Ruang pertemuan

 Sarana olahraga dan rekreasi

 Hiburan


(34)

 Fasilitas-fasilitas lain

b. Produk Tidak Nyata, yang dimaksud adalah produk hotel yang tidak secara

nyata diterima dalam wujud benda, akan tetapi sangat berpengaruh terhadap nilai atau mutu daripada tanggible product, misalnya suasana lingkungan, ketenangan, ketentraman, kehangatan, keramahtamahan, jaminan kesehatan dan lain-lain.

3. Sikap dan tingkah laku pelaksana (personalia dan karyawan)

Usaha hotel juga dapat disebut sebagai usaha pelayanan yang dilakukan oleh manusia. Oleh karenanya terdapat beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh bekerja sebagai karyawan hotel :

a. Mampu melayani tamu dengan perasaan yang tulus

b. Mempunyai pengetahuan, keterampilan dan perilaku sesuia dengan jabatan

pekerjaannya.

c. Mempunyai rasa ikut memiliki dan tanggungjawab terhadap pekerjaannya,

serta memiliki kepribadian yang baik dan benar.

d. Harus menyadari bahwa untuk pengembangan karir bekerja di hotel sangat

tergantung dari banyak sedikitmya tamu yang menggunakan jasa pelayanan hotel tersebut, maka karyawan harus mampu berkomunikasi dengan tamu serta memiliki relationship yang baik dan benar.

4. Manajemen sebagai Decision Maker terhadap harga

Tujuan utama perhotelan adalah untuk memperoleh keuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan tersebut usaha perhotelan memerlukan kelompok pengelola dengan memanfaatkan atau menggunakan ilmu keterampilan manajemen khusus. Untuk mencapai tujuan utamanya dan terlaksananya penyediaan dan pelayanan produk-produk hotel maka diperlukan suatu kerjasama serta pembagian fungsi dan tugas sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing.

E. Jenis – Jenis Akomodasi

Akomodasi dalam pengertian dasar adalah, suatu ruangan/kamar atau tempat dimana pengunjung dapat tidur/menginap. Dalam perkembangan selanjutnya, karena setiap orang yang menginap itu juga memerlukan fasilitas lain seperti makan dan minum, walaupun sekedarnya lambat laun istilah akomodasi dikenal orang bukan hanya sekedar tempat menginap, namun telah berkembang dalam arti luas yaitu sebagai tempat dimana seseorang dapat beristirahat atau


(35)

menginap untuk sementara waktu, serta mendapatkan makan dan minum, juga terpenuhi kebutuhan lainnya. Sarana penginapan (akomodasi) bagi orang – orang yang sedang melakukan perjalanan baik dengan atau tanpa pelayanan makan dan minum, terdiri dari berbagai jenis akomodasi, yaitu :

1. Rooming House

Merupakan bangunan atau bagian dari suatu bangunan tanpa perlengkapan dan peralatan yang disewakan untuk jangka pendek kepada lebih dari dua orang yang bukan anggota keluarga pemilik bangunan tersebut.

2. Lodging House

Yaitu rumah yang menyediakan tempat menginap untuk satu malam atau tidak lebih dari satu minggu dalam satu kali menginap.

3. Boarding House

Suatu bangunan atau sebagian bangunan yang menyediakan tempat menginap untuk waktu pendek serta disediakan makan dan minum.

4. Apartment House

Akomodasi yang disewakan untuk ditempati sebagai rumah atau tempat tinggal oleh dua, tiga atau empat keluarga secara terpisah.

5. Inn

Suatu tempat yang menyediakan penginapan, makan dan minum serta pelayanan umum lainnya, yamg disewakan kepada orang – orang yang singgah untuk sementara waktu dengan jangka menginap yang terbatas.

6. Homestay

Yaitu jenis akomodasi yang berasal dari rumah – rumah rakyat yang telah disediakan fasilitas dan sarananya, sehingga memenuhi syarat kesehatan yang disewakan kepada wisatawan.

7. Guest House

Suatu jenis akomodasi yang dimiliki oleh perusahaan yang diperuntukkan bagi tamu yang menginap, serta mendapatkan makan dan minum.

8. Logement (losmen)

Sejenis akomodasi yang mengggunakan sebagian atau seluruh bangunannya untuk disewakan, yang menyediakan penginapan tanpa makan dan minum bagi orang yang datang untuk beristirahat sementara waktu.


(36)

Sejenis akomodasi yang dibangun dan dimiliki oleh suatu instansi yang disediakan untuk tempat tinggal bagi karyawannya.

10. Wisma

Jenis akomodasi yang dibangun dan dimiliki suatu instansi yang diperuntukkan sebagai tempat peristirahatan bagi para pegawainya yang dilengkapi dengan peralatan makan dan minum.

11. Floating Hotel

Merupakan sejenis akomodasi hotel yang berada di atas kapal – kapal pesiar, disebut juga dengan istilah hotel terapung. Jenis akomodasi lain yang akan dibahas secara khusus dalam tugas akhir ini adalah hotel, yaitu salah satu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunannya yang menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, serta fasilitas lain yang diperlukan, yang diperuntukkan untuk umum dan dikelola secara komersial.

II.3. Lokasi Proyek

Kriteria Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi site didasarkan atas kriteria, sebagai berikut:

1. Berdasarkan kelayakan ekonomi, yaitu kelayakan yang dinilai secara

ekonomis dan financial akan memberikan keuntungan bagi pengembangan wilayah dan perkembangan hotel baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Lingkungan site berada di lokasi yang strategis, yaitu dekat dengan bandara udara, pelabuhan, maupun terminal.

3. Lokasi site diperuntukkan untuk kegiatan komersil.

4. Berdasarkan kelayakan lingkungan, yaitu suatu kelayakan yang dinilai dari besarnya dampak yang akan ditimbulkan termasuk pada masyarakat disekitar kawasan Kuala Namu akibat dari pembangunan hotel tersebut.

Usulan Lokasi Proyek

• Lokasi Proyek : Kuala Namu, Desa Beringin, Kecamatan Beringin,

Kabupaten Deli Serdang

• Batas Lahan :

− Utara : Perkebunan Kelapa sawit


(37)

− Timur : Bandara Internasional Kuala Namu − Barat : Perkebunan kelapa sawit

• Luas Lahan : 18.125,88 m² ( 1,8 Ha)

Berdasarkan kriteria pemilihan lokasi tersebut, maka dipilih kawasan Kuala Namu sebagai lokasi site, karena memenuhi kriteria antara lain :

1. Lingkungan site berada di lokasi yang strategis, yaitu berada dalam

kawasan Bandara Udara Internasional Kuala Namu.

2. Lokasi site memang diperuntukkan untuk kegiatan komersil. 3. Aksesibilitas

Lokasi site mudah dicapai dari pusat kota Medan, karena sudah adanya fasilitas jalan raya, dan adanya pembangunan jalan tol nantinya yang akan menjadi alternative utama bagi pencapaian ke kawasan site. Selain pembangunan jalan tol Medan ke Kuala Namu, juga akan dibangun jalur rel kereta api sebagai salah satu akses jalan menuju kawasan Kuala Namu


(38)

Gbr 2.2. Site kawasan Bandara Udara Kuala Namu Sumber : olah data primer


(39)

Gbr 2.3. Site Kawasan di Bandara Udara Kuala Namu Sumber : Angkasa Pura II

Berdasarkan keterangan diatas maka dipilih zona E sebagai site kawasan dengan luas site 18.125,88 m².

Alasan pemilihan Lokasi:

1. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan jalan menuju bandara. 2. Sebelah utara berbatasan dengan site komersil lainnya.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan menuju bandara

4. Sebelah Barat berbatasan dengan site komersil lainnya.

5. Site yang berjarak dekat dengan terminal penumpang bandara, kira-kira 1.5 km.

II.4. Deskripsi Kondisi Existing Lokasi

Perancangan Kuala Namu Transit Hotel merupakan suatu kelengkapan sarana akomodasi, dalam hal ini hotel transit, yang mampu menunjang aktivitas dan keberadaan bandara bandara Kuala Namu serta pemenuhan kebutuhan para wisatawan yang mengalami transit penerbangan (wisatawan mancanegara, wisatawan domestik, dan pengusaha serta awak pesawat).

Secara umum dapat dijabarkan tinjauan umum proyek Kuala Namu Transit Hotel sebagai berikut:

 Judul Proyek : Kuala Namu Transit Hotel


(40)

 Pemilik Proyek : PT. Angkasa Pura II

 Lokasi Tapak : Kawasan Bandara Udara Kuala Namu, Deli Serdang

 Batas-batas Site

 Utara : site komersil lainnya

 Selatan : jalan menuju bandara

 Barat : site komersil lainnya

 Timur : jalan menuju bandara

 Luas Lahan : ± 1,8 Ha ( ± 18.000 m² )

 Kontur : relative datar

 Bangunan Existing : tidak ada

 Potensi Lokasi :

 Terletak jauh dari kebisingan kota  Berada pada kawasan bandara udara  Transportasi lancar dan baik

 Luas site mendukung + 1,8 Ha

II.5. Tinjauan Fungsi

a. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Deskripsi pengguna dan kegiatan adalah gambaran tentang penggunaan juga kegiatan-kegiatan yang akan dapat dilakukan didalam bangunan nanti.

Tabel 2.1. Deskripsi Pengguna dan kegiatan

No. Nama Ruang Kebutuhan Ruang Kegiatan

1 Hall/ Lobby Lobby Menunggu, mendaftar

Informasi informasi, mendaftar

Ruang Tunggu Menunggu, duduk, mengobrol

Lobby Lift Menunggu lift

Ruang Kontrol Kontrol keamanan,

pengawasan

Toilet Sanitasi

2 Kamar hotel

standard

Kamar tidur (2 orang) Menginap, istirahat, makan,

minum

Kamar mandi (1 orang) Mandi, buang air

3 Kamar hotel deluxe Kamar tidur (2 orang) Menginap, istirahat, makan,


(41)

Kamar tidur (2 orang) Menginap, istirahat, makan, minum

Kamar mandi(1 orang) Mandi, buang air

4 K. hotel suite Kamar tidur (2 orang) Menginap, istirahat, makan,

minum

Kamar mandi (1 orang) Mandi, buang air

5 Function Rooms Function Room Ruang Pameran/ tempat

memamerkan produk

Ruang persiapan Tempat latihan

Pantry Menyiapkan konsumsi

Gudang Tempat menyimpan barang

Toilet Kegiatan sanitasi

6 Meeting Rooms Meeting Rooms Mengadakan rapat/ konferensi

Gudang Tempat menyimpan barang

Toilet Kegiatan sanitasi

7 Kantor Pengelola

Ruang General Manager Bekerja, rapat, koordinasi

Ruang Staff Bekerja, rapat, koordinasi

Ruang Rapat Rapat, koordinasi, review

Ruang Tunggu/ Tamu Menunggu, mengobrol

Toilet Kegiatan sanitasi

8 Ruang M/E R. Genset Penyimpanan genset

R. Chiller Pengaturan AC

R. Pompa Pengaturan pompa air

R. AHU Pengaturan listrik

R. Kontrol Mengontrol segala jenis M/E

R.istirahat karyawan Karyawan beristirahat

9 Toko Buku Etalase, display, gudang,

kasir.

Membeli buku

10 Travel Agent Receptionist, ruang tunggu,

kasir

Membeli tiket pesawat

11 Toko Souvenir Etalase, display, gudang,

kasir.

Membeli cinderamata

12 Toko Roti Etalase, display, dapur,

gudang, kasir.

Membeli roti

13 Drug Store Etalase, display, gudang,

kasir.

Membeli obat

14 Tukang Pangkas Etalase, r. tunggu, r.

pangkas, kasir.

Memotong rambut

15 Salon Etalase, r. tunggu, r. rias,

gudang, kasir.


(42)

16 Mini market Etalase, display,gudang, kasir

Membeli segala jenis perlengkapan

17 Restoran R, makan, dapur, gudang,

ruang penerima, kasir, toilet, wastafel.

Makan, minum

18 Fitness Center Gymnasium Arena olahraga

Ruang Alat Menyimpan alat fitness

Ruang Aerobik Aerobic/ senam

Ruang Ganti/ Locker ♀/♂ Ganti pakaian

Toilet ♀/♂ Kegiatan sanitasi

Shower ♀/♂ Mandi/ bersih-bersih

Kasir Membayar

19 SPA dan Sauna Ruang Sauna ♀/♂ Rileks/ perawatan tubuh

SPA dan Whirpool ♀/♂ Rileks/ perawatan tubuh

Toilet/ Shower ♀/♂ Kegiatan sanitasi

20

Musholla

Ruang Sholat Melaksanakan sholat

Toilet ♀/♂ Berwudhu/ sanitasi

Gudang Menyimpan barang

25 Servis/ Tata Graha Laundry Washer Mencuci pakaian

Laundry Dryier Mengeringkan pakaian

Ruang istirahat, dapur, gudang, toilet, ruang makan.

Istirahat pegawai

26 Parkir Mobil Memarkir mobil

Sepeda motor Memarkir sepeda motor

Bus Memarkir bus

b. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Deskripsi persyaratan dan kriteria ruang adalah gambaran tentang persyaratan lain yang akan mempengaruhi desain dan ruang Kuala Namu Transit Hotel ini yaitu;

Kriteria klasifikasi Hotel berdasarkan bintang 4:

Hotel bintang 4


(43)

Umum

Unsur dekorasi tercermin pada lobby, restoran, kamar tidur dan Function room.

a) Bedroom

• Mempunyai minimum 50 kamar standar dengan luasan 24 m2/ kamar • Mempunyai minimum 2 kamar suite dengan luasan 48 m2/ kamar • Tinggi minimum 2.6 m tiap lantai

• Dilengkapi dengan pengatur suhu kamar di dalam kamar

b) Dining room

Mempunyai minimum 2 buah dinning room, salah satunya dengan spesialisasi masakan (Japanese/ Chinese/ European food).

c) Bar

• Apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi AC dengan suhu 24ºC • Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1m

d) Ruang fungsional

• Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dari lobby dengan kapasitas minimum 2,5 kali jumlah kamar

• Dilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan lobby • Terdapat pre function room

e) Lobby

• Mempunyai luasan minimum 100 m2

• Terdapat 2 toilet umum untuk pria dan 3 toilet umum untuk wanita dan

perlengkapannya

f) Drug store

• Minimum terdapat drugstore, bank, money changer, biro perjalanan, air line agent, souvenir shop, perkantoran, butik dan salon

• Tersedia poliklinik • Tersedia paramedis

g) Sarana rekreasi dan olah raga

• Minimum 1 buah dengan pilihan : tennis, bowling, golf, fitness, sauna, billiard, jogging. • Sarana rekreasi untuk hotel di pantai dapat dipilih dari alternatif berperahu,

menyelam, selancar, atau ski air

• Diskotik / night club kedap suara dengan AC / Toilet


(44)

h) Utilitas penunjang

• Transportasi vertikal mekanis.

• Ketersediaan air bersih minimum 700 liter/ orang/ hari. • Dilengkapi dengan instalasi air panas/ dingin.

• Dilengkapi dengan telepon lokal dan interlokal, PABX

• Dilengkapi dengan sentral video, musik, teleks, radio, carcall.

i) Business center

Di business center ini tersedia beberapa staf yang dapat membantu dengan bertindak sebagai co-secretary para tamu yang ingin berkomunikasi dengan kantor pusatnya maupun relasi bisnisnya. Selain itu, ada pula fasilitas lain seperti faksimili, teleks, mecanograf. Para tamu dapat memanfaatkan pelayanan dengan akses internet melalui kamarnya untuk reservasi dan promosi usahanya, di samping juga dapat melakukan telekonferensi.

j) Restoran

Subbagian restoran di hotel yang besar dapat dibagi menjadi:

Main dining room atau ruang makan utama yang menyediakan makanan Peraneis atau

internasional.

Coffee shop, restoran yang menyediakan dan menyajikan makan pagi dengan menu

dan jenis pelayanannya lebih sederhana atau biasa disebut ready on plate.

• Restoran yang spesilik seperti grill-room, pizzarea, japanesse, oriental.

Room service: restoran yang melayani dan menyediakan hidangan makanan dan minuman kepada tamu hotel yang enggan keluar kamar. Atas dasar pesanan tamu, makanan dan minuman diantar langsung ke kamar tamu.

II.6. Studi Banding Fungsi Sejenis

1. Sheraton Amsterdam Airport Hotel

Sheraton Amsterdam Airport Hotel and Conference Centre merupakan hotel bintang 4

yang memiliki akses

langsung ke Schipol bandara internasional dan


(45)

hanya 20 menit dari pusat kota amsterdam. Sheraton Amsterdam Airport Hotel menawarkan restoran, bar dan sebuah bar hotel. Anda dapat menggunakan Fitness Centre Sheraton & Kesehatan gratis. Yang menawarkan peralatan up-to-date dan mesin Technogym kebugaran yang akan membantu Anda tetap fit selama perjalanan Anda.

Hotel Sheraton memiliki teknologi lounge yang nyaman di mana Anda dapat menggunakan internet dan bahkan mencetak boarding pass gratis. Hal ini merupakan suatu retret hangat dan sosial yang terbuka lebar untuk dunia. Dengan ruang tamu modern elegan, fungsional, dan kedap suara menyediakan kabel dan akses internet nirkabel, fasilitas unik, dan kenyamanan yang luar biasa. Nikmati Sheraton Sweet Sleeper Bed, dengan kasur yang empuk, selimut hangat, selimut nyaman, dan banyak hipo-alergis dan ke bawah bantal. Dengan pilihan kamar deluxe atau Deluxe Club, Anda dijamin akan tetap nyaman dan santai.

Fasilitas Umum

Parkir, Restaurant, boleh membawa masuk hewan peliharaan, Bar, 24 jam Front Desk, Newspapers, Non Smoking Rooms, Rooms/Facilities for Disabled Guests, Lift, Express Check In/Check-Out, Safety Deposit Box, Valet Parking, ruang kedap suara, pemanas ruangan, Luggage Storage, semua ruangan Publik maupun Privat bebas rokok.

Activitas

Sauna, Fitness Centre, Massage, Turkish/Steam Bath

Services

Room Service, Meeting/Banquet Facilities, Business Centre, Babysitting/Child Services, Laundry, Dry Cleaning, VIP Room Facilities, Breakfast in the Room, Ironing Service, Bridal Suite, Internet Services, Currency Exchange, Bicycle Rental, Shoe Shine, Car Rental, Tour Desk, Fax/Photocopying, Wi-Fi/Wireless LAN, Packed Lunches.

Lokasi

Dekat dengan Shopping Centre, dekat dengan Jalan Tol, dekat dengan bandara, dekat dengan stasiun kereta api.


(46)

Gambar 2.4. Novotel Suvarnbhumi Airport Hotel Sumber : Internet

Hotel ultra-modern terletak hanya 200 meter dari terminal utama bandara, berjalan kaki hanya tiga menit yang dihubungkan dengan terowongan bawah tanah ber-AC. Sebuah rel kerata api langsung sedang dibangun yang akan menghubungkan hotel dengan pusat kota Bangkok dan kabupaten pusat bisnis, yang dimulai pada awal 2008.

Novotel memiliki 612 kamar di dua bangunan lima lantai berbentuk persegi, meliputi 10,5 hektar, dengan luas area atrium terbuka di pusat masing-masing struktur. Kedua bangunan juga bergabung dengan yang lain dengan atrium kaca besar yang dirancang sebagai lobi hotel. Dengan lobi seluas 2.800 meter². Novotel Suvarnabhumi Airport Hotel menawarkan lobi hotel terbesar di dunia.

Dengan desain yang unik yang memungkinkan kontrol lingkungan yang lebih besar dan memasukkan area atrium luar untuk berenang dan rekreasi.

Novotel Suvarnabhumi Airport Hotel bertujuan menciptakan ruang makan premium bandara dengan empat restoran dan sebuah bar. Dengan Merek Novotel akan menawarkan outlet-outlet makanan dengan masakan yang inovatif setiap harinya, The Square, melayani berbagai masakan Barat dan Asia yang populer dengan dapur terbuka, menampilkan masakan dunia dengan promosi makanan special setiap bulan. Otentik masakan Thailand ditawarkan di Sala Thai Pavilion, sementara para tamu dapat menikmati pilihan masakan Kanton di Gold Desa atau Sushi Restoran Cina dan Jepang Kinsen Teppanyaki di restoran. Atrium hotel Terrace Lobby Lounge menambahkan tempat sempurna untuk bersantai dan rileks.


(47)

Fasilitas rekreasi termasuk kolam renang 25 meter dikelilingi oleh taman-taman tropis, pusat kebugaran, fasilitas spa yang luas, salon kecantikan, shopping arcade, Dolfi Kid's Corner and babysitting service.

Novotel Suvarnabhumi Airport Hotel menawarkan tempat untuk pertemuan dengan luas lebih dari 2.400 meter² tanpa kolom, ballroom dengan kapasitas kurang lebih sampai 800 orang dan 6 ruang pertemuan tambahan. Hal ini merupakan tempat yang baik untuk para delegasi menghadiri acara-acara di Konvensi BITEC terdekat dan Exhibition Centre.

Hotel ini bergabung dengan jaringan yang luas lebih dari 60 hotel Accor bandara di 18 negara, termasuk 20 di bawah merek Novotel. Hotel Ini termasuk hotel yang ada di beberapa bandara udara tersibuk di dunia di kota-kota seperti Paris, London, Frankfurt, Chicago dan Sydney.

Novotel Suvarnabhumi Airport Hotel adalah hotel airport terbesar kedua di Asia tahun ini setelah pembukaan Novotel Citygate dekat Bandara Internasional Hong Kong pada bulan April. Yang ketiga, Pullman Guangzhou Baiyun Airport, yang dijadwalkan akan dibuka pada bulan November tahun ini.

Menurut Accor Asia Pacific Managing Director Michael Issenberg, Novotel Suvarnabhumi Airport menetapkan standar baru untuk hotel bintang empat di Bangkok, dan akan memberikan kontribusi signifikan bagi industri pariwisata Thailand.

"Novotel Suvarnabhumi Airport akan menjadi tambahan gaya ke Bandara Internasional Bangkok yang baru dan pembukaannya mencerminkan semakin pentingnya Bangkok sebagai titik masuk utama ke negara dan Asia Tenggara secara keseluruhan, dengan hotel menyediakan dasar yang ideal untuk mengunjungi bisnis, waktu luang atau transit wisatawan, serta menjadi tempat baru yang besar untuk konferensi dan acara. "

3. Holiday Inn Prague Airport

Holiday Inn Prague Airport (sebelum Hotel Transit) terletak hanya 300m dari ruang keberangkatan Terminal Satu, sehingga jelas sangat dekat dengan Terminal Bandara, memberikan pilihan yang baik bagi penumpang transit. telepon Hotel juga tersedia di Terminal 2 (sehingga Anda dapat menghubungi hotel langsung dari


(48)

bandara). Karena peraturan di bandara, jendela adalah unopenable, yang membuat kamar benar-benar tenang. Sebuah bus shuttle gratis non-stop akan membawa Anda langsung ke hotel. Hotel ini menerima semua kartu kredit utama.

Gambar 2.6. Holiday Inn Prague Airport Sumber : Internet

Holiday Inn Prague Airport merupakan sebuah hotel modern bintang 4 di Praha Bandar Udara Internasional, terletak 300 meter dari Terminal 1. Dengan tinggi 7 lantai, ruangan full AC dengan akses untuk penyandang cacat. Hotel transit ini menawarkan 70 double room dan dua lima kamar luxury suites dengan total kapasitas 160 tempat tidur. Anda juga dapat menikmati restoran dan bar yang modern, termasuk sebuah taman musim panas, yang menawarkan berbagai macam masakan internasional dan Ceko. Dengan posisinya yang unik merupakan pilihan ideal untuk keperluan bisnis dan pengunjung rekreasi. Meskipun sebagian besar tamu pelancong bisnis dan penumpang transit, semakin banyak orang merasa sangat nyaman untuk tinggal di hotel bermutu baik di bandara untuk harga yang wajar saat mengunjungi Praha.

II.7. Kesimpulan Studi Banding

Dari studi banding diatas dapat diambil kesimpulan dari masing-masing hotel tersebut:

Tabel 2.2. Perbandingan Fasilitas Hotel


(49)

Lokasi

1 Sheraton

Amsterdam Airport Hotel - Kamar deluxe - Restoran - Bar - Fitness center - Bussines center - Babby sitting - Dapat mencetak boarding pass gratis

- Boleh

membawa

masuk hewan peliharaan

- Dekat dengan

bandara - Dekat jalan tol

- Dekat stasiun

kereta api

- Tidak ada

shopping arcade ataupun supermarket

- Tidak ada

fasilitas rekreasi - Tidak tersedia angkutan khusus hotel ke bandara ataupun sebaliknya

2 Novotel

Suvarnabhumi Airport Hotel, Bangkok

- 612 kamar

- Restoran - Bar - Fasilitas rekreasi - Pusat kebugaran - Spa - Salon kecantikan - Shopping arcade - Babysittin g service - Ruang pertemuan - Exhibition

- Lobby terbesar

didunia

- Antara hotel

dengan terminal utama bandara dihubungkan dengan terowongan bawah tanah ber-AC - Tersedia fasilitas rekreasi berupa kolam renang yang dikelilingi oleh -


(50)

centre taman-taman tropis

3 Holiday Inn

Prague Hotel, di Praha

- 70 double

room, 25 kamar luxury suites

- Restoran

- Bar

- Taman

musim panas untuk pertemuan

- Dekat dengan

bandara udara

- Bus shuttle

gratis non-stop membawa

langsung ke hotel

- Ruangan full

AC dengan akses

penyandang cacat

- Tidak

adanya fasilitas-fasilitas penunjang seperti fitness

centre, spa, & pusat kebugaran


(51)

BAB III

ELABORASI TEMA III.1. Pengertian Arsitektur Ekologi

Pengertian Arsitektur Ekologi adalah penerjemahan arti atau makna dari kata Arsitektur Ekologi itu sendiri.

Arsitektur Ekologi berasal dari kata “Arsitektur” , dan “Ekologi”, yang memiliki pengertian sebagai berikut :

a. Arsitektur

Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab2

Arsitektur adalah

.

Menurut Le Corbusier Arsitektur adalah pengaturan massa yang dilakukan dengan tepat, penuh pemahaman dan magnifisen. Massa- massa itu disatukan dan ditonjolkan dalam suatu penyinaran cahaya, kubus, kerucut, silinder, piramid, yang merupakan bentuk- bentuk primer yang kegunaannya jelas.

Sedangkan menurut Louis I.Khan Arsitektur adalah pemikiran- pemikiran yang matang dalam pembentukan ruang. Pembaharuan arsitektur secara menerus disebabkan adanya perubahan konsep ruang.

yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yait hingga ke level mikro yait merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut (id.wikipedia.org/wiki).

b. Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914)3

2

Encyclopedia Britannica, www.tripod.com 3

Hutagalung RA. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta. Hlm: 20-27.

Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.


(52)

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

c. Arsitektur Ekologi

Arsitektur Ekologi merupakan penggabungan arsitektur dan ekologi, yaitu konsep yang juga mempertimbangkan keberadaan dan kelestarian alam, disamping konsep-konsep bangunan itu sendiri.

III.2. Interpretasi Tema

Beberapa Interpretasi tema dan pemahaman akan arsitektur ekologi dikembangkan oleh beberapa teori dan kritik sebagai berikut:

1. Ecological Design oleh Sym Van der Ryn (1996) a. Solutions grow from place

Ecological design begins with the intimate knowledge of a particular place. Therefore, it is small-scale and direct, responsive to both local conditions and local people. If we are sensitive to the nuances of place, we can inhabit without destroying.

b. Ecological accounting informs design

Trace the environmental impacts of existing on proposed designs. Use this information to determine the most ecologically sound design possibility. c. Design with nature

By working with living processes, we respect the needs of all species while meeting our own. Engaging in processes that regenerate rather than deplate, we become more alive.

d. Everyone is a designer

Listen to every choice in the design process. No one is participant only or designer only: everyone is a participant-designer. Honor the special knowledge that each person brings. As people work together to heal their places, they also heal themselves.


(53)

e. Make nature visible

De-nature environments ignore our need and our potential of learning. Making natural cycles and processes visible brings the designed environment back to life. Effective design helps inform us of our place within nature.

2. Ecological Design oleh Ken Yeang (1995)

Ecological design is a design process in which the designer comprehensively minimizes the anticipated adverse effects that the product of that design process has upon the earth’s ecosystems and resources, and simultaneously gives the priority to the continued elimination and minimization of these adverse effects.

a. Hemat Energi

… lowering of costs as a result of decreasing energy consumption in the operation of the building …

… reduction of the overall energy consumption of the building by the use of passive (non-mechanical) structural devices …

b. Humanisme

… enhance its users’ sense of well being while enabling them to be aware of and to experience the external climate of the place …

c. Estetika natural dan kebebasan ekspresi

… socio-economic and political conditions may change almost recognizably over a period of, as my visual taste and aesthetic sensibility, climate remains more or less unchanged in its cyclical course …

… provides us eith a set of theoretical principles for shaping buildings which must eventually allow for a permissiveness in poetic interpretation by design …

… created a layered building-façade. They also soften the impact of the flat and hard faces of the built systems on its external environmental and provide semi-enclosed and in between shaded areas at the upper parts of the buildings …

… this environmental factor could also provide new opportunities for sculpting design features …


(54)

… the starting premise is that vegetation is an important indigenous aspect of place and should therefore be an important regionalist design factor, besides being acologically vitas …

… vegetation needs to be introduced into the built environment in far greater abundance that is currently common …

e. Pengudaraan natural

… the creation of variable deep air zones at the facades of buildings, either as transitional spaces, or as residual spaces. These can be in the form of large open-to-the sky naturally ventilated atriums with overhead louvred-coverings, or recessed balconies, or large skycourts …

f. Tanggap orientasi matahari

… explorations into the layering of the external wall from the inside to the outside environment, interfaced through transitional spaces, led to air concern for a variable wall design. There followed a series of studies on the external wall as a varied skin that changes its sectional profile depending on its solar orientation …

3. Green Architecture oleh Brenda dan Robert Vale (1991) a. Conversing energy

A building should be constructed so as to minimize the need for fossil fuels to run it …

b. Working with climate

Buildings should be designed to work with climate and natural energy sources …

c. Minimizing new resources

A building should be designed so as to minimize the use of new resources and the end of its useful life, to form the resources for other architecture …

d. Respect for users

A green architecture recognizes the importance of all the people involved with it …

e. Respect for site

A building will ‘touch-this-earth-lightly’ … f. Holism


(55)

All the green principles need to be embodied in a holistic approach to the built environment.

4. Kriteria arah pembangunan ekologis menurut Heinz Frick ( 1999)

a. menghemat energy

memanfaatkan sumber daya alam terbarui yang terdapat disekitar kawasan perencanaan untuk system bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun untuk utilitas bangunan ( sumber energy, penyediaan air )

b. kesehatan penghuni

bangunan yang sehat artinya yang tidak memberi dampak negatiif bagi kesehatan manusia dalam proses, pengoperasian/purna huni, maupun saat pembingkaran. Didalamnya juga termasuk lokasi yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat, dan suasana yang sehat.

c. Psikospiritual

Bangunan yang nyaman bagi kondisi thermal, audial, maupun visual dalam cara-cara alamiah. Untuk itu bangunan harus tanggap terhadap masalah dan potensi iklim dan konteks lingkungan setempat sehingga menghasilkan system bangunan yang alamiah dan hemat energy.

d. Fungsi, pembentukan, dan kesenian

Bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi dengan baik dengan memperhatikan kekhasan aktivitas manusia pemakainya serta potensi lingkungan sekitarnya dalam membentuk citra bangunan.

Selain itu, menurut Heinz Frick, pola perencanaan Eko-Arsitektur yang

holistis selalu memanfaatkan peredaran alam sebagai berikut :

Penyesuaian terhadap lingkungan alam setempat

 Menghemat sumber energy alam yang tidak dapat diperbaharui dan

menghemat penghuni energy

Memelihara sumber lingkungan (udara, tanah, air)

Memelihara dan memperbaiki peredaran alam

 Mengurangi ketergantungan kepada system pusat energy (listrik, air) dan

limbah (air limbah dan sampah)

 Penghuni ikut serta secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan

pemeliharaan perumahan


(56)

Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhannya sehari-hari

Penggunaan teknologi sederhana

 Intensitas energy baik yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang

digunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin

 Kulit (dinding pada atap) sebuah gedung harus sesuai dengan tugasnya harus

melindungi dirinya dari sinar panas, angin dan hujan. Bangunan sebaiknya diarahkan berorientasi ke timur-barat dengan bagian utara-selatan menerima cahaya alami tanpa kesilauan

 Dinding bangunan harus memberikan perlindungan terhadap panas, daya serap

panas dan tebalnya dinding harus sesuai dengan kebutuhan iklim ruang dalamnya

 Bangunan yang memperhatikan penyagaran udara secara alami bisa

menghemat energy

 Bangunan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan

penyegaran secara alami yang memanfaatkan angin sepoi-sepoi untuk membuat ruang menjadi sejuk

 Semua gedung harus bisa mengadakan regenerasi dari segala bahan bangunan,

bahan limbah, dan mudah dipelihara

Alam sebagai pola perencanaan Arsitektur Ekologi dapat disimpulkan

dengan persyaratan sebagai berikut:

 Penyesuaian pada lingkungan alam setempat

Dampak positif terhadap lingkungan yang dapat dicapai semakin besar, semakin banyak tuntutan ekologis pada tempat tertentu yang dapat diperoleh

 Menghemat sumber energy alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit

penggunaan energy

Energy yang dapat diperbaharui berhubungan dengan teknologi baru kurang membebani lingkungan alam jika dibandingkan dengan sumber energy yang terbatas. Penggunaan energy surya, angin, arus air sungai, atau ombak laut dapat diintegrasikan dalam proyek Eco-Technology

 Memelihara sumber lingkungan (udara, tanah,air)

Setiap kegiatan manusia dapat dicegah agar tidak merusak sebagian dari lingkungannya dan mencemari udara (gas buangan, asap, kebisingan), tanah (jalan raya dan gedung mengganti lahan rumput), dan air (pencemaran udara


(57)

mengakibatkan air hujan asap, perembesan air kotor mencemari sumber air minum)

 Memelihara dan memperbaiki peredaran alam

Karena semua ekosistem dapat dimengerti sebagai peredaran alam, harus diperhatikan agar kegiatan manusia tidak hanya merusaknya. Semua kegiatan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga rantai bahannya dapat berfungsi sebagai peredaran.

III.3. Patokan Hunian yang Sehat dan Ekologis

Patokan yang dapat digunakan dalam membangun hunian yang ekologis adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan kawasan penghijauan diantara kawasan pembangunan sebagai

paru-paru hijau

2. Memilih tapak bangunan yang sebebas mungkin dari gangguan/ radiasi geobiologis

dan meminimalkan medan elektromagnetik buatan.

3. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bagunan alamiah.

4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bengunan.

5. Menghindari kelembaban tanah naik kedalam konstruksi bangunan dan memajukan

system bangunan kering

6. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu

mengalirkan uap air.

7. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan anatara masa pakai

bahan bangunan dan struktur bangunan,

8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan harmonikal.

9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah

lingkungan dan membutuhkan energy sesedikit mungkin (mengutamakan energy terbarukan).

10.Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung dapat dimanfaatkan oleh


(58)

Tabel 3.1. Penilaian hunian yang sehat4 Pengaruh kualitas/kriteria

sebagai berikut :

Indikator Pengaruhnya

terhadap penghuni Penilaian terhadap kualitas Kenyamanan termal

Gerak udara Kemampuan

konstruksi untuk bernapas

Ukuran lubang penghawaan

< 0.35% luas lantai

Tinggi lubang penghawaan

<1.90 m diatas lantai

System penyegaran udara pertukaran udara

Kecepatan angin bergerak > 10 kali/jam

Suhu udara Banyaknya jendela

mati

Orientasi jendela terhadap matahari

Konstruksi dinding Menanggulangi

panas

Konstruksi atap Penghawaan ruang

atap

Kebisingan Menanggulan

gi bising dari luar

Kebisingan dari luar Konstruksi dan

massa Menanggulan gi bising teknis Kebisingan dari instalasi teknis

AC, instalasi air

Menanggulan gi bising dalam gedung Kebisingan dari tetangga Dilatasi yang menghindari hubungan langsung

Kualitas udara Emisi lalu CO2, NO2, partikel

4


(59)

lintas asap Emisi bahan

bangunan

Formaldehid,asbes, radon

Penyegaran udara

Kemampuan untuk menukar udara

>10 kali/jam

Kemungkinan mempengaruh i gerak udara

Jendela sebesar 5% luas lantai dapat dibuka

Cahaya dan pemandangan

Cahaya alam Beberapa jam/hari

dibutuhkan cahaya buatan

Sinar matahari

Pemandangan Orientasi jendela

Keamanan Kualitas air Air minum Beberapa jam/hari

Listrik Semua titik listrik

dibumikan (3 kawat)

Tangga Keamanan tangga Semua anak

tangga sama tinggi dan lebar

Lantai Ambang pintu, bahu

lantai

Dapat mudah diidentifikasi

Kelembapan Dinding Kelembapan tanah

naik

Bahaya tumbuh cendawan kelabu


(1)

(2)

(3)

(4)

VI.22. Perspektif Interior

LOBBY HOTEL DELUXE ROOM


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, (1995), Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Badan Pusat Statistik Medan (2008) Medan Dalam Angka.

De Chiara.Joseph,and John Calender.1981.Time Saver Standart for Building Types.Mcgraw Hill Book Company.New York.

Brenda & Vale R. Green Architecture – Design For Sustainable Future. Thames & Hudson. London. 1991.

The Cycle of Material from : The Ecology of Building Materials. Bjirn Berge.pdf. Ch.1 (6) Sistem Bangunan Tinggi.

Poerwadaminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.

Majalah I-Arch. Twentieth Issue 2008. Pemanfaatan Potensi Alami Dalam Bangunan dan Landmark Kawasan Bandung Barat.

jiunkpe/s1/hotl/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-33404098-12091-airport_hotel-chapter2.pdf

Tugas akhir_Danang P Setiawan_Pdf

/jiunkpe/s1/jdkv/2005/jiunkpe-ns-s1-2005-42401096-7837-gajahmada_graha-chapter1.pdf