sangat mudah sekali dapat ditemukan baik secara kasat mata ataupun melalui media massa, baik elektronik maupun cetak yang ada di sekitar kita. Fenomena ini
seolah merefleksikan bahwa Islam sebagai agama sangatlah tidak sensitif dan peka pada persoalan realitas kehidupan umat.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis tidak berpretensi mengkaji seluruh aspek pemikiran Nurcholish Madjid, namun hanya dibatasi seputar konsep
tauhidnya ―yang menurut dugaan kuat sementara penulis sarat dengan dimensi
nilai-nilai humanisme. Adapun rumusan masalah yang diajukan sebagai berikut: Sejauh manakah dimensi humanisme konsep tauhid Nurcholish Madjid ?
Demikianlah batasan dan rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini. Adapun judul yang penulis ajukan dalam skripsi ini, berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan di muka adalah
Menyibak Dimensi Humanisme Konsep Tauhid Nurcholish Madjid .
Menyibak di sini maksudnya adalah mengungkap secara lebih dalam dan teliti. Sedangkan dimensi humanisme adalah aspek dari sisi humanismenya itu
sendiri. Dan untuk pengertian humanisme di sini adalah humanisme dalam konteks keagamaan yang menyatakan bahwa manusia mempunyai hak atau
kapasitas untuk mengambil inisiatif dalam kehidupannya di dunia ini berlandaskan prinsip dasar ajaran agama yakni Surga Tuhan sebagai norma ideal
bagi kehidupan peradaban manusia, di mana pada saat yang bersamaan ia harus memiliki komitmen untuk merealisasikan norma-norma ideal tersebut dalam
praktik kehidupan nyatanya di atas muka bumi ini.
15
Adapun yang dimaksudkan dengan konsep tauhid Nurcholish Madjid adalah gagasan Nurcholish Madjid itu
sendiri tentang ide tauhidnya. Demikianlah beberapa penjabaran yang penulis lukiskan terkait dengan
maksud judul yang digunakan dalam penelitian ini.
C. Kajian Pustaka
sepanjang pengetahuan dan kajian pustaka yang penulis lakukan, terdapat beberapa karya tulis, baik berbentuk skripsi, tesis maupun karya buku utuh yang
telah mengkaji lebih dahulu terkait dengan pemikiran Nurcholish Madjid. Namun demikian, berdasarkan analisis penulis, dari seluruh kajian ilmiah tersebut, belum
ada satu pun penelitian yang mengangkat sisi humanisme dari konsep tauhidnya Nurcholish Madjid. Untuk menunjukkan asumsi tersebut, maka di sini penulis
akan menguraikannya satu persatu, namun hanya sebagian saja ―yang penulis
anggap sudah cukup mewakili beberapa karya lainnya. Pertama, adalah buku dalam bunga rampai yang ditulis oleh Sukidi dengan judul Teologi Inklusif Cak
Nur Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2001.dalam buku tersebut, Sukidi menguraikan tentang bagaimana pemikiran teologi Cak Nur berdasarkan
perspektif filsafat perennial, yang kemudian Sukidi mengistilahkan dengan “Teologi Inklusif Cak Nur”. Menurut analisis Sukidi, bangunan epistemologi
teologi inklusif Cak Nur berangkat dari asumsi bahwa al-Islam adalah sebagai sikap pasrah ke kehadirat Tuhan, di mana sikap pasrah inilah menjadi
karakteristik pokok semua agama yang benar. Di sini terlihat jelas sekali bahwa
15
The Encyclopedia of Philoshopy, ed. Paul Edwards London: Macmillan Publishing The Free Press, 1967, Vol. 3 4, p. 71.
Sukidi hanya melihat tauhid Nurcholish Madjid dari sisi inklusivitasnya saja terhadap agama-agama lain. Kedua, tulisan Mahmud Afifi, Teologi Islam Agama-
Agama: Analisa Kritis Pemikiran Nurcholish Madjid tesis, UIN Jakarta, 2003. Dalam pembahasan tesis itupun, Afifi tak jauh berbeda dengan apa yang dikaji
Sukidi. Bahkan, fokus penelitiannya pun hanya ingin melihat sejauh mana keabsahan pandangan teologi Nurcholish Madjid tentang agama-agama, dilihat
dari kacamata doktrin Islam Alquran serta relevansi dalam konteks saat ini. Terakhir, adalah Sutisna dengan judul Pluralisme dalam Pemikiran Nurcholish
Madjid Skripsi, UIN Jakarta, 2004. Tak jauh berbeda dari pembahasan sebelumnya, penelitian inipun masih berkutat pada pandangan teologi Pluralisme
Nurcholish Madjid, yang tidak ada bedanya dengan beberapa penelitian-penelitian sebelumnya.
Berdasarkan data-data tersebut, apa yang ingin dikaji penulis dalam penelitian ini tentunya sangatlah berbeda. Perbedaan itu dikarenakan penelitian ini
lebih memfokuskan pada kajian konsep tauhidnya Nurcholish Madjid ―yang
menurut dugaan kuat sementara penulis sarat sekali dengan nilai-nilai humanisme, bahkan dapat dikatakan antara tauhid di satu sisi, dengan nilai-nilai humanisme di
sisi lain merupakan satu kesatuan yang intrinsik dalam konsep tauhidnya Nurcholish Madjid. Oleh karenanya, adalah sebuah keharusan ilmiah dan
intelektual melakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut. Dan dalam konteks itu pula, masih terbuka lebar bagi penulis untuk
melakukan penelitian skripsi ini, di samping juga belum ada yang meneliti sebelumnya sebagaimana telah penulis tunjukkan di muka.
D. Metode Penelitian