Humanisme: Asal-usul dan Pengertian

1 28

BAB III HUMANISME SEBUAH DESKRIPSI UMUM

A. Humanisme: Asal-usul dan Pengertian

Humanisme merupakan paham kemanusiaan yang menempatkan manusia sebagai pusat kesadaran. Paham ini diambil dari mitologi Yunani Kuno, yaitu ketika Bromotheus, dewa yang jatuh hati dan merasa kasihan dengan nasib manusia, hingga ia mencuri obor kebijakan pengetahuan dari para dewa untuk diberikan kepada umat manusia sebagai suluh, karena itu, tradisi humanisme hampir selalu bercorak melawan segala sesuatu yang berbau samawi langit. Demikian pula awal Renaissance Barat diikuti oleh gerakan humanisme yang sangat kreatif terhadap dogmatisme agama Kristen. Namun, istilah humanisme baru dipakai pada Abad ke 19 oleh aliran Eksistensialisme di Jerman. Sebelum Abad ke 19 atau sekitar Abad ke 14 humanisme tela menjadi gerakan filsafat yang lahir di Italia dan kemudian berkembang ke seluruh pelosok Eropa. 32 Beberapa yang melatarbelakangi lahirnya humanisme dari adanya rasa kemanusiaan dan penegasan bahwa manusia adalah makhluk yang diberi kebebasan memilih serta memandang yang terbaik oleh Tuhan, untuk itu terlihat kurang jelas bila pengertian tentang humanisme belum dikemukakan. Adanya banyak pengertian mengenai humanisme membuat penulis merasa perlu menjabarkan beberapa pengertian yang berbeda. Dalam kamus bahasa 32 Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta, Kanisius, 1989 h. 42. Inggris Humanisme humanism memiliki arti perikemanusiaan. 33 Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia humanisme berarti suatu doktrin yang menekan kepentingan-kepentingan kemanusiaan dan ideal. 34 Humanisme juga memberikan angggapan bahwa individu yang rasional sebagai nilai yang paling tinggi, sebagai sumber nilai terakhir, serta memberikan pengabdian kepada pemupukan untuk perkembangan kratif dan perkembangan moral individu secara rasional, tanpa mengacu pada konsep-konsep mengenai hal-hal yang di luar kacamata inderawi. 35 Adapun dalam Encyclopedia of Britanica, bahwa humanisme berarti adanya pemujaan terhadap kemanusiaan. Ini terlihat pada budaya kesusastraan dan penghidupan kembali sastra klasik yang menekankan terhadap individu dan semangat kritis serta menitikberatkan pada karakteristik dari Renaissance yang sekuler. Bisa juga berarti paham kemanusiaan, atau sebuah doktrin, tingkah laku, atau jalan hidup yang memusatkan diri pada nilai-nilai dan manusia. Pengertian ini dapat dilacak pada paham filsafat yang menampik supernaturalisme dan menekankan pada kebebasan seseorang yang bernilai dalam kapasitas untuk meralisasikan diri dengan akal sehat. 36 Pengertian humanisme berlanjut pada perjalanan sejarah yang sedikit memiliki peran dalam memunculkan pengertian tentang humanisme. Sebut saja aliran Eksistensialisme, lokomotif dan imam dalam aliran ini ada pada Jean-Paul Sartre. Ia ‘melicinkan jalan’ dalam pengertian humanisme ini melalui beberapa 33 John M. Echols dan Hasan Shadiliy, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta, Gramedia, 2003 cet. Xxv, h. 306. 34 Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmuah Populer, Surabaya, Arkola, 1994, h. 234. 35 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta, Gramedia, 2002, cet. III, h. 295. 36 Encyclopedia of Britanica 2003 Ultimate Reference Suite CD-Rom, Inggris, 2003, dictionary 2, h. 1. diskusi yang dia ikuti, kendatipun tak langsung terfokus pada masalah humanisme sebagai pembahasan karena ia lebih dikenal sebagai eksistensialis, namun pembahasan tentang humanisme tak terhindarkan sebagai bahasan kedirian manusia. Diskursus ini kemudian disusul oleh aliran Strukturalisme, dan seterusnya. 37 Melihat dari beberapa keterangan tentang pengertian humanisme, sedikit punya pemahaman bahwa pengertian tentang humanisme sangatlah beragam, dan yang pasti tempat bersemainya wacana humanisme ada dalam filsafat, pengertian humanisme dimaknai secara beragam disebabkan karena tak terdapat pemaknaan yang tunggal terhadap kata ini. K. Bertens dalam bukunya menuliskan pengertian tentang humanisme yang sebelumnya A. Lalande telah memaknai itu. Bertens mengatakan bahwa humanisme sebagai gerakan para “humanis” pada zaman Renaissance; teori pengenalan filsuf Inggris F. Schiller; pandangan etis yang melihat perspektif manusia saja; dan pendapat yang menyoroti manusia menurut aspek yang lebih tinggi. 38 Dengan demikian terlihat bahwa manusia makhluk yang bisa menentukan masa depannya sendiri tanpa harus bergantung pada sesuatu di luar dirinya, inilah salah satu paham yang melahirkan humanisme dengan melewati proses dialektika politik, budaya, agama, sosial dan lainnya. Berbagai pengertian dan pemahaman tentang humanisme berada dalam pemaknaan yang beragam sesuai dengan konteks dan perjalanan pemahaman hidup manusia, mungkin terlihat dari beberapa pemahaman tentang humanisme di 37 K. Bertens, Panorama Filsafat Barat, Jakarta, Gramedia Pustaka, 1987, h. 32-36. 38 K. Bertens, Panorama Filsafat Barat, h. 30. atas lebih pada penekanan ide-ide kemanusiaan yang menjunjung tinggi nilai persaudaraan kemanusiaan, kreatifitas untuk menciptakan prestasi kemanusiaan, penghormatan terhadap nilai-nilai dan hak azasi manusia

B. Perkembangan Makna Humanisme