Pengertian Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian 1. Pengertian pertanian

Pertanian adalah suatu proses produksi khas yang didasarkan atas pertumbuhan tanaman dan hewan, para petani mengatur dan menggiatkan perumbuhan tanaman dan hewan tersebut. Kegiatan produksi dalam setiap kegiatan usaha tani merupakan kegiatan usaha business dimana biaya dan penerimaan merupakan aspek penting. Dari defenisi ekonomi pertanian diatas maka analisis perusahaan- perusahaan pengolahan hasil pertanian, perdagangan internasional atas hasil-hasil pertanian, kebijaksanaan pertanian, hukum-hukum dan hak-hak pertanahan termasuk bidang-bidang yang harus dipelajari oleh ekonomi pertanian.

2.1.2 Pengertian Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian merupakan proses dinamis yang pada gilirannya akan membawa dampak perubahan sosial ekonomi bagi masyarakat yang hidup dan tinggal di wilayah pedesaan, karena sebagian besar dari mereka menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Iqbal dan sudaryanto Dalam Haryono,2008 mendefinisikan pembangunan pertanian sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan petani semata, tetapi sekaligus juga di maksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan improvement, pertumbuhan growth dan perubahan change Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya Universitas Sumatera Utara meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia : 1 potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, 2 pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar, 3 besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan 4 menjadi basis pertumbuhan di pedesaan Potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Pembangunan di sektor pertanian juga rentan terhadap perubahan dan dampak-dampak lingkungan yang telah terjadi, seperti hujan asam acid deposition akibat pencemaran udara, serta penurunan kualitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Beberapa kendala dan masalah lain yang dihadapi adalah: 1 rendahnya kesejahteraan dan relatif tingginya tingkat kemiskinan petani dan nelayan; 2 lahan pertanian yang semakin menyempit; 3 terbatasnya akses ke sumberdaya produktif, terutama akses terhadap sumber permodalan yang diiringi dengan rendahnya kualitas SDM; 4 penguasaan teknologi masih rendah; 5 belum optimalnya pengelolaan sumberdaya , 6 terjadinya penurunan hasil hutan alam sementara hasil hutan tanaman dan hasil non kayu belum dimanfaatkan secara optimal, serta 7 lemahnya infrastruktur fisik dan non fisik di sektor pertanian pada khususnya dan pedesaan pada umumnya. Dalam literatur klasik pembangunan pertanian karya Arthur Mosher yang berjudul “ Getting Agriculture Moving” dijelaskan secara sederhana dan jelas tentang syarat pokok dan syarat pelancar dalam pembangunan pertanian. Syarat pokok pembangunan pertanian meliputi : 1 adanya pasar untuk hasil-hasil usaha Universitas Sumatera Utara tani, 2 teknologi yang selalu senantiasa berkembang, 3 tersedianya bahan- bahan dan alat-alat produksi secara lokal, 4 adanya perangsang produksi bagi petani, dan 5 tersedainya alat transportasi yang lancer dan kotinyu. Adapun syarat pelancar pembangunan pertanian meliputi : 1 Pendidikan pembangunan 2 Kredit produksi 3 Kegiatan gotong royong petani 4 Perbaikan dan perluasan tanah pertanian dan, 5 Perencanaan nasional pembangunan pertanian. Beberap Negara berkembang, termasuk Indonesia, mengikuti literatur klasik karya Arthur Mosher dalam langkah kebijakan pembangunan pertanian. Tetapi, kondisi pembangunan pertanian saat ini dalam sejarah perekonomian Indonesia sejak Pelita I hingga akhir pemerintahan Orde Reformasi, pentingnya pembangunan pertanian seringkali didengung dengungkan, namun dalam kenyataannya tetap saja pemberdayaan petani kurang diperhatikan. Kondisi pertanian saat ini diuraikan sebagai berikut: 1. Pendapatan petani masih rendah baik secara nominal maupun secara relatif dibandingkan dengan sektor lain. 2. Pembangunan pertanian yang ada kurang terkait dengan pembangunan pedesaan. 3. Kurang mampu bersaing di pasaran, sehingga membanjirnya impor khususnya komoditas hortikultura. 4. Lemahnya peran lembaga penelitian, sehingga temuan atau inovasi benih bibit unggul sangat terbatas. Universitas Sumatera Utara 5. Terdapat senjang produktivitas dan mutu yang cukup besar sehingga daya saing produk pertanian Indonesia masih mempunyai peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan. 6. Kurang memperhatikan aspek keunggulan komparatif yang dimiliki wilayah. Pembangunan agribisnis yang ada masih belum didasarkan kepada kawasan unggulan. 7. Usaha pertanian yang ada didominasi oleh cirri-ciri : a skala kecil, b modal terbatas, c teknologi sederhana, d sangat dipengaruhi musim, e wilayah pasarnya lokal , f umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian pengangguran tersembunyi, g akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, h Pasar komoditi pertanian sifatnya monooligopsoni sehingga terjadi eksploitasi harga pada petani. 8. Pendekatan parsial yang yang bertumpu pada peningkatan produktifitas usahatani yang tidak terkait dengan agroindustri. Hal ini menunjukkan fondasi dasar agribisnis belum terbentuk dengan kokoh sehingga system dan usaha agribisnis belum berkembang seperti yang diharapkan, yang terjadi kegiatan agribisnis masih bertumpu pada kegiatan usahatani. 9. Pangsa pasar ekspor produk pertanian Indonesia masih kecil dan sementara kapasitas dan potensi yang dimilikinya lebih besar. 10. Kegiatan agroindustri masih belum berkembang. Produk – produk perkebunan semenjak zaman Belanda masih berorentasi pada ekspor komoditas primer mentah. Universitas Sumatera Utara 11. Terjadinya degradasi kualitas sumberdaya pertanian akibat pemanfaatan yang tidak mengikuti pola-pola pemanfaatan yang berkelanjutan . 12. Masih lemahnya kelembagaan usaha dan kelembagaan petani. Usaha agribisnis skala rumahtangga, skala kecil dan agribisnis skala besar belum terikat dalam kerjasama yang saling membutuhkan , saling memperkuat dan saling menguntungkan. Yang terjadi adalah penguasaan pasar oleh kelompok usaha yang kuat sehingga terjadi distribusi margin keuntungan yang timpang skewed yang merugikan petani. 13. Lemahnya peran lembaga penyuluhan sebagai lembaga transfer teknologi kepada petani, setelah era otonomi daerah. 14. Kurangnya pemerintah memberdayakan stakeholder seperti perguruan tinggi, LSM, dalam pembangunan pertanian. 15. Lemahnya dukungan kebijakan makro ekonomi baik fiscal maupun moneter seperti kemudahan kredit bagi petani, pembangunan irigasi maupun pasar, dll Menurut suhendra Dalam Haryono, 2008 di banyak Negara, sektor pertanian yang berhasil merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Para perancang pembangunan pada awal pemerintahan Indonesia pada awal masa orde baru menyadari benar hal tersebut, sehingga pembangunan jangka panjang dirancang secara bertahap. Dari defenisi diatas dapat di uraikan pula Pembangunan pada suatu daerah dilakukan dengan mengusahakan agar senantiasa tercipta perubahan-perubahan Universitas Sumatera Utara sosial, dalam arti kata masyarakat di ajak maju, sehingga makin pandai, makin terampil,makin bergairah dan makin bersemangat bekerja. Sasaran pembangunan sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara adalah tingkat pertumbuhan rata-rata mencapai 3.6tahun dalam kurun waktu 2006- 2009. Untuk mencapai target tersebut sasaran per subsektor harus ditetapkan. Maka dipandang perlu adanya grand strategi pembangunan pertanian melalui pemberdayaan petani kecil. Melalui konsepsi tersebut, maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran :1 mensejahterkan petani, 2 menyediakan pangan, 3 sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah, 4 merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri,5 menghasilkan devisa, 6 menyediakan lapangan pekerjaan, 7 peningkatan pendapatan nasional, dan 8 tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya. Untuk mengerakkan perubahan-perubahan demi meningkatkan kemajuan dalam usahatani dalam rangka pembangunan pertanian, maka perlu diterapkan berupa syarat-syarat pokok yang mutlak harus dilakukan antara lain: 1. Pasaran untuk hasil-hasil usahatani Hasil-hasil usahatani dapat dijual apabila ada permintaan dijual apabila ada permintaan maka yang harus dilakukan agar terjaminnya pasaran usahatani diperlukan peran pemerintah dalam patokan mutu, pengarahan harga, penyaluran hasil usahatani, dan informasi sehingga terbentuk suatu stimulus dalam rangka meningkatkan produksi petani. Universitas Sumatera Utara 2. Teknologi yang senantiasa berubah Usaha untuk meningkatkan produksi dapat dari dua segi yaitu kesatuan luas serta mutunya dan untuk melaksanakan diperlukan adanya perubahan- perubahan cara salah-satunya adalah teknologi yang cenderung berubah. Dalam pelaksanaan penerapan teknologi khususnya teknologi pangan menurut bentuk fisiknya dibedakan atas: a. teknologi hayati kimia b. teknologi mekanis yang termasuk kedalam teknologi hayati kimiawi adalah benih unggul, pupuk buatan, pestisida serta segala jenis sarana produksi modern yang didasarkan pada proses ilmu-ilmu hayat dan ilmu kimia sedangkan dalam pengertiam teknologi mekanis dapat dikelompokkan segenap alat dan mesin pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi pertanian. Umumnya teknologi hayati kimia diterapkan untuk meningkatkan produktivitas sumber daya alam proses produksi pangan, teknologi ini sangat cocok pada sumber daya alam terbatas dan teknologi mekanis umumnya dipakai di daerah-daerah yang tenaga kerja terbatas akan tetapi sumber daya alam tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. 3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal Bahan baku input dalam proses produksi sangat penting karena kombinasi yang digunakan turut menentukan produktivitas hasil pertanian. Disamping itu ketersediaan alat-alat produksi memegang peranan penting dalam proses produksi sehingga keterlibatan masyarakat dalam penyediaan bahan-bahan dan alat-alat secara langsung dapat memberdayakan daerah setempat. Universitas Sumatera Utara 4. Perangsang produksi bagi petani Tujuan pembangunan pertanian bukan sekedar meningkatkan produksi saja juga meningkatkan gairah dan kesejahteraan petani. Karena sifat perangsang dapat diciptakan dalam bebagai bentuk seperti penghargaan, penurunan harga sarana produksi, perbaikan sistem tata niaga, dan perbaikan pelayanan sarana produksi maka sifat perangsang ini harus dilakukan. 5. Pengangkutan Sebagai syarat lagi adalah pengangkutan yang efisien dan murah, dalam hal ini diperlukan jaringan pengangkutan yang digunakan untuk membawa hasil usahatani ke konsumen di kota besar dan kecil serta meningkatkan lalu lintas. 2.2. Usahatani 2.2.1 Pengertian Usahatani