jumlah produk yang dihasilkan semakin besar yang akan berdampak pada pendapatan yang semakin besar pula.
2.3.4.4. Curahan Kerja
Peningkatan jumlah produksi dalam suatu lahan, selain bibit, pupuk, dan pestisida diperlukan sejumlah tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada bisa berasal
dari dalam dan luar keuarga. Tanpa orang bekerja tidak dapat dicapai produksi yang baik. Faktor tenaga kerja disini dapat dilihat dari jumlah curahan kerja.
Dalam usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam
keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenisnya didasarkan atas spesialis pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam
bekerja yang dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha yang
dilakukan, semakin besar skala usaha maka penggunaan tenaga kerja cenderung semakin meningkat.
Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan “Hari Kerja Pria”
atau HKP. Namun, tidak selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah
tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi.
2.3.4.5. Kualitas Tenaga Kerja
Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan segala jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Menurut Hernanto 1991, kerja
Universitas Sumatera Utara
manusia tersebut dipengaruhi oleh a umur, b tingkat pendidikan, c pengalaman, d faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usahatani, dan e
keterampilan.
2.3.4.6. Keterampilan skill
Untuk memperoleh hasil tani yang baik, petani berusaha mempunyai keahlian dalam produksi pertaniannya, keahlian ini yang disebut dengan skill yang
merupakan syarat mutlak dari peningkatan hasil pertanian yang diinginkan, menurut Soemitro Djoyohadikusumo pengertian pembangu
nan ekonomi adalah suatu usaha untuk memperbesar pendapatan perkapita dan menaikkan produktivitas perkapita dengan jalan menambah
peralatan modal dan keterampilan agar satu sama lainnya menambah pendapatan yang lebih besar dan produktivitas yang lebih tinggi.
Dari pengertian tersebut menjelaskan bahwa keterampilan dan modal mempunyai peranan yang sejalan dalam pembangunan ekonomi. Dahulu, masa
pertanian di mana keterampilan kurang mendapat perhatian atau disebut dengan petani tradisional, petani memproduksi hasil-hasil pertanian dengan
mengkesampingkan aspek keahlian dan pengetahuan, sehingga hasil pertanian mereka tidak berkembang dengan baik. Oleh karena itu, keterampilan sangat
penting dalam proses produksi, sebab di Indonesia sendiri keterampilan kurang ditekankan dan tenaga kerja sektor pertanian masih didominasi oleh tenaga kerja
yang mengolah pertanian berdasarkan pengalaman turun-temurun.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hukum Hasil Lebih Yang semakin Berkurang