2.2.2 Pendapatan Usahatani
Petani yang rasional akan memilih cabang usaha yang pendapatannya tinggi, sehingga dengan adanya perhitungan pendapatan suatu usahatani akan
membantu petani untuk menentukan cabang usaha mana yang lebih menjanjikan pendapatan tinggi. Demikian juga halnya dengan petani yang akan memilih
bentuk output yang mana menjanjikan keuntungan yang lebih baik. Total pendapatan petani dapat bersumber dari pendapatan petani dari
usahataninya dan pendapatan petani dari luar usahataninya. Hadisapoetra 1973:9 menjelaskan bahwa pendapatan petani dari usahataninya adalah sebagian dari
pendapatan kotor yang karena tenaga keluarga dan kecakapannya memimpin usahanya dan sebagian bunga dari kekayaannya sendiri yang telah dipergunakan
dalam usahataninya menjadi hak dari keluarganya. Oleh karena itu, pendapatan petani dari usahataninya juga dapat diperhitungkan dengan mengurangi
pendapatan kotor dengan biaya alat luar. Pendapatan kotor merupakan seluruh pendapatan yang diperoleh dari
semua cabang dan sumber di dalam usahatani sekali musim panen, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali.
Pendapatan kotor ini sering disebut sebagai penerimaan usahatani yang merupakan hasil perkalian dari seluruh faktor produksi yang dihasilkan dengan
harga produk. Dalam menganalisis usahatani, terdapat dua unsur data yang harus
dikumpulkan, yaitu data mengenai penerimaan usahatani dan pengeluaran- pengeluaran dalam melaksanakan usahataninya. Pengeluaran usahatani mencakup
beberapa unsur seperti pembelian sarana produksi, upah buruh tani, sewa ternak
Universitas Sumatera Utara
kerja atau traktor, sewa alat-alat, perbaikan alat, biaya pengangkutan, pembayaran angsuran pokok kredit dan bunganya, pembayaran pajak dan sumbangan wajib
lainnya, serta pengurangan nilai investasi penyusutan. Pengeluaran tersebut sering disebut sebagai pengeluaran usahatani keluarga, selain itu terdapat juga
pengeluaran seperti nilai tenaga kerja keluarga yang tidak dibayarkan serta bunga modal sendiri. Jumlah dari keduanya disebut total pengeluaran usahatani.
Berdasarkan uraian diatas usahatani, maka struktur pendapatan usahatani
j eruk dianalisis menggunakan analisis biaya dan pendapatan dengan rumus :
π = TR – TC
Dimana: π = Pendapatan petani dari usahatani
TR = Total penerimaan dari usahatani TC = Total pengeluaran pada usahatani
Pada analisis ini akan dilihat seberapa besar pendapatan usahatani dan produksi yang dihasilkan petani. Dampak peningkatan produksi dan pendapatan
usahatani akan terlihat dengan menganalisis data dari petani yang memiliki akses yang luas dalam pemasaran komoditas hortikultura ini dan petani yang akses
pemasarannya masih terbatas. Penerimaan usahatani disebut sebagai pendapatan kotor usahatani dan
selanjutnya dihitung dari jumlah produk dikalikan dengan harga per satuan atau dapat dirumuskan:
TR = Y·Py
Dimana: TR
= jumlah penerimaan
Universitas Sumatera Utara
Y
= produk Py
= harga produk per satuan Menurut Soekartawi et al, 1993:99, pendapatan kotor usahatani secara
operasional dapat dihitung. Pendapatan kotor untuk tanaman meliputi 1 nilai hasil yang dijual, 2 nilai hasil yang dikonsumsi dalam rumah tangga petani, 3
nilai hasil yang digunakan untuk bibit, 4 nilai hasil yang digunakan untuk pembayaran, dan 5 nilai hasil yang masih disimpan. Pengeluaran usahatani
meliputi seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi. Biaya dapat berwujud biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya faktor-faktor
produksi variabel yaitu faktor produksi yang terpakai proses produksi atau habis terpakai dalam jangka waktu analisis usahatani. Biaya variabel sangat
mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya faktor- faktor produksi tetap yaitu faktor produksi yang tidak habis terpakai dalam proses
produksi atau tidak habis terpakai selama jangka waktu analisis usahatani. Dalam analisis jangka panjang hampir tidak terdapat biaya tetap karena semua faktor
produksi bersifat variabel. Biaya tetap merupakan biaya penyusutan alat-alat, sedangkan yang temasuk biaya variabel antara lain biaya pupuk, pestisida, biaya
tenaga kerja harian, dan biaya bibit.
2.2.3. Efisiensi Usahatani