BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada saat krisis ekonomi yang
terjadi tahun 1997, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh dalam
menghadapi krisis tersebut. Peranan UMKM, terutama sejak krisis ekonomi dapat dipandang sebagai katup pengaman dalam proses pemulihan ekonomi nasional,
baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun penyerapan tenaga kerja. Suryadharma Ali 2008 menyatakan bahwa UMKM merupakan
benteng pertahanan ekonomi nasional sehingga bila sektor tersebut diabaikan sama artinya tidak menjaga benteng pertahanan Indonesia.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peranan serta kelembagaan UMKM dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan
tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan Masyarakat secara menyeluruh, sinergis dan berkesinambungan. Untuk
mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah mengesahkan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Undang-undang ini disusun dengan
maksud untuk memberdayakan usaha mikro kecil dan menengah. Walaupun usaha mikro kecil menengah telah menunjukkan peranannya
dalam perekonomian nasional namun masih menghadapi berbagai hambatan dan
1
Universitas Sumatera Utara
kendala. Pada dasarnya hambatan dan kendala yang dihadapi para pelaku UMKM dalam meningkatkan kemampuan usaha sangat kompleks dan meliputi berbagai
aspek yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan antara lain: kurangnya permodalan baik jumlah maupun sumbernya, kurangnya kemampuan manajerial
dan keterampilan beroperasi serta tidak adanya bentuk formil dari perusahaan, lemahnya organisasi dan terbatasnya pemasaran. Disamping itu terdapat juga
persaingan yang kurang sehat dan desakan ekonomi sehingga mengakibatkan ruang lingkup usaha menjadi terbatas. Beragamnya hambatan dan kendala yang
dihadapi UMKM, tampaknya masalah permodalan masih merupakan salah satu faktor kritis bagi UMKM, baik untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun
modal investasi dalam pengembangan usaha. Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi UMKM, Bapak Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono meluncurkan kredit bagi UMKM dan Koperasi dengan pola penjaminan pada tanggal 5 November 2007 di lantai 21 gedung kantor pusat BRI
dengan nama Kredit Usaha Rakyat KUR. KUR dapat diakses oleh UMKM dan koperasi yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable atau
berkembang pesat. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan.
KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan
terhadap resiko KUR sebesar 70 sementara sisanya sebesar 30 ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan untuk meningkatkan akses
UMKM pada sumber pembiayaan. Dengan adanya KUR, para pelaku UMKM
Universitas Sumatera Utara
dapat meminjam modal hanya dengan jaminan kelayakan usaha dan diharapkan kepada pelaku UMKM tersebut dapat mengembangkan usahanya. Tahap awal
program, KUR ini disediakan hanya terbatas oleh bank-bank yang ditunjuk oleh pemerintah saja, yaitu : Bank Rakyat Indonesia BRI, Bank Negara Indonesia
BNI, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Tabungan Negara dan Bank Bukopin. Penyaluran pola penjaminan difokuskan pada lima sektor usaha, yaitu
pertanian, perikanan dan kelautan, koperasi, kehutanan, serta perindustrian dan perdagangan. KUR ini ditujukan untuk membantu ekonomi usaha rakyat kecil
dengan cara memberi pinjaman untuk usaha yang didirikannya. Atas diajukannya permohonan peminjaman kredit tersebut, tentu saja harus mengikuti berbagai
prosedur yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, pemohon harus mengetahui hak dan kewajiban yang akan timbul dari masing-masing pihak yaitu
debitur dan kreditur dengan adanya perjanjian KUR, mengingat segala sesuatu dapat saja timbul menjadi suatu permasalahan apabila tidak ada pengetahuan yang
cukup tentang KUR. Kredit yang diberikan oleh pemerintah melalui program KUR ini,
diharapkan sesuai dengan kemampuan UMKM khususnya bagi usaha mikro dan kecil UMK. Pelaksanaan dari KUR ini diharapkan dapat menjadi solusi dari
permasalahan yang dihadapi oleh UMK dalam mendapatkan tambahan modal usaha yang mereka butuhkan dengan kredit yang terjangkau dan prosedur yang
sederhana. Dengan tambahan modal yang didapatkan oleh UMK, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan serta mengembangkan usaha yang dimiliknya.
Universitas Sumatera Utara
Kota Bukittinggi merupakan daerah yang potensial untuk penyaluran KUR, karena sebagian besar usaha produktif di Bukittinggi terdiri dari Usaha Mikro dan
Kecil. Dengan keikutsertaan Bank Nagari sebagai Bank Pelaksana KUR diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan sektor riil dan
program-program pengentasan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran dan perluasan lapangan pekerjaan serta peningkatan taraf hidup masyarakat.
Tabel 1.1 Jumlah Peminjam KUR Bank Nagari Tahun 2011-2013 Jenis KUR
2011 2012
2013 KUR Mikro
313 orang 449 orang
614 orang
KUR Ritel 165 orang
432 orang 583 orang
Sumber : Data diolah dari hasil penelitian, 2014
Pada saat ini sudah 1.197 pedagang UMK yang mendapatkan dana KUR dari Bank Nagari Cabang Bukittinggi, tercatat ± 51 persen di antaranya dari
kalangan pengusaha mikro pedagang kaki lima, pedagang asongan, warung di rumah tangga serta pedagang kecil lainnya dengan besaran KUR Rp 20 juta ke
bawah tanpa agunan. Sementara lebih dar 48 persen lagi terdiri dari pengusahakecil ke atas yang beraktifitas di berbagai toko di Pasar Simpang Aur,
Pasar Bawah dan Pasar Atas, dengan besaran kredit beragunan yang dikucurkan Rp 20 juta ke atas
. http:padangekspres.co.id?news=beritaid=13745 diakses pada tanggal 12 November 2013 pukul 21.05 WIB.
Melihat keberadaan sektor UMK yang dikelola oleh pengusaha golongan ekonomi lemah pengusaha kecil dan permasalahan yang dihadapi pengusaha
terutama tentang keterbatasan dana keterbatasan modal, serta melihat potensi
Universitas Sumatera Utara
besar yang dimiliki pengusaha yang layak untuk dikembangkan, maka atas dasar
pemaparan tersebut penulis menetapkan judul “Pengaruh Kredit Usaha Rakyat KUR Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil UMK di Kota
Bukittinggi Studi pada PT. Bank Nagari Cabang Bukittinggi”. 1.2 Perumusan Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar – benar terjadi. Jadi untuk mengarahkan penelitian dan
memperlancar data dan fakta ke dalam bentuk penulisan ilmiah, maka perlu perumusan masalah dengan jelas, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan
kajian dan pedoman arah penelitian. Setiap penelitian dimulai dengan perumusan masalah, yaitu yang memberikan gambaran adanya sesuatu yang perlu
diselesaikan. Masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, anatar apa yang direncanakan dengan
kenyataan, adanya pengaduan dan kompetisi Sugiyono, 2005: 32. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi perumusan
masalah penelitian ini adalah “Seberapa Besar Pengaruh Kredit Usaha Rakyat KUR Terhadap Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil UMK di Kota
Bukittinggi?”. 1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui
sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya
Universitas Sumatera Utara
bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan itu sendiri. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat KUR pada Bank Nagari.
2. Untuk mengetahui hambatan dalam pengembangan Usaha Mikro dan Kecil UMK di Kota Bukittinggi.
3. Untuk melihat pengaruh Kredit Usaha Rakyat KUR terhadap pengembangan Usaha Mikro Kecil UMK di Kota Bukittinggi.
1.4 Manfaat Penelitian