g. Metode Penilaian Berdasarkan Efektifitas Metode penilaian berdasarkan efektifitas dengan menggunakan sasaran
perusahaan sebagai indikasi penilaian kinerja. Metode ini cukup rumit, karena dalam penilaian ini yang diukur adalah kontribusi personel, bukan kegiatan atau perilaku
seperti apa yang dilakukan pada metode-metode penilaian lainnya. h. Metode Penilaian Berdasarkan Peringkat
Metode penilaian Peringkat berdasarkan pembawaan yang ditampilkan oleh personil. Penilaian berdasarkan metode ini dianggab lebih baik, karena keberhasilan
pekerjaan yang dilaksanakan seorang personel sangat ditentukan oleh beberapa unsur yang bersangkutan. Oleh sebab itu dalam metode ini yang dinilai adalah unsur-unsur
kesetiaan, tanggung jawab, ketaatan, prakarsa, kerjasama, kepemimpinan dan sebagainya.
2.2.3 Kinerja Pengelola Keuangan
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan seperti standar, hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Kinerja merupakan
seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta Prawirosentono, 1999.
Perencanaan dan pengendalian anggaran keuangan harus saling berhubungan. Perencanaan anggaran keuangan adalah pandangan ke depan untuk melihat tindakan
apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan- tujuan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian anggaran adalah melihat ke belakang, menentukan apakah yang sebenarnya telah terjadi, dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan
sebelumnya. Kemudian, perbandingan ini dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran, yaitu melihat ke masa depan sekali lagi Hansen dan Mowen, 2009.
2.2.4 Prinsip Pembagian Kewenangan dalam Pengelolaan Keuangan
Prinsip pembagian kewenangan dalam pengelolaan keuangan negara dengan titik puncak pemegang kewenangan adalah Presiden dengan melibatkan dua
kelompok menteri yaitu menteri keuangan di satu pihak dan menteri teknis di pihak lain, selanjutnya diterapkan dalam lingkup kementerian lembaga dalam pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja APB. Dengan tetap mengacu pada Undang- Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 6 ayat 1 dan ayat 2a
dan b, dalam lingkup yang lebih kecil, para menteri kemudian mendelegasikan sebagian kewenangan pengelolaan keuangan negara di masing-masing kementerian
lembaga kepada para pembantunya sebagai pimpinan satuan kerja Satker. Perlu diingat bahwa dalam pelaksanaan APBN, dalam kementerian masing-masing para
menteri memiliki kewenangan layaknya Presiden dalam pengelolaan keuangan negara, dengan demikian seorang menteri selaku Pengguna Anggaran, memiliki
peran Bendahara Umum Negara BUN dan juga peran menteri teknis. Dua peran inilah yang selanjutnya dikuasakan kepada setiap Kepala Satker sebagai
pembantunya. Oleh karena itu setiap Kepala Satker sebagai penerima kuasa dari menteri selaku Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebut sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran KPA harus mendelegasikan kewenangan dibidang pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
keuangan yang diperolehnya dari menteri kepada masing-masing pejabat dibawahnya sesuai kaidah yang dianut dalam undang-undang bidang keuangan negara .
Anggaran secara formal mengomunikasikan rencana organisasi pada tiap karyawan, dengan demokian semua karyawan dapat menyadari peranannya dalam
pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Pengelolaan anggaran mengharuskan kerja sama antara berbagai area dan aktivitas dalam organisasi sehingga koordinasi sangat
dianjurkan agar anggaran sesuai dengan tujuan organisasi. Para manajer dapat melihat kebutuhan area lain dan terdorong untuk menomorduakan kepentingan
pribadinya demi kepentingan organisasi. Peranan komunikasi dan koordinasi menjadi semakin penting seiring dengan meningkatnya ukuran organisasi Hansen dan
Mowen, 2009. Setiap Satuan Kerja Satker akan terdapat pemegang peran layaknya BUN
yang diperankan oleh Pejabat Penanda Tangan SPM PPSPM yang akan melakukan pengujian verifikas, dan juga peran Menteri Teknis, yang melakukan pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen PPK. Dengan pola pembagian kewenangan sebagaimana tersebut diatas, KPA sebagai Kepala Satker,
pada hakekatnya hanya memiliki tanggung jawab dan kewenangan yang bersifat manajerial, yaitu agar berbagai program ataupun kegiatan yang berada dalam
tanggung jawabnya dan harus dilaksanakan oleh Satkernya dan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Pejabat Pembuat Komitmen PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab terhadap terjadinya pengeluaran negara. Dalam konsep pengelolaan keuangan negara
Universitas Sumatera Utara
versi lama sebelum di berlakukannya undang-undang bidang keuangan negara, kewenangan PPK dapat disetarakan dengan kewenangan otorisasi, kendati
lingkupnya lebih sempit yaitu pada umumnya terkait dengan tindakan dalam rangka pengadaan barang dan jasa. Untuk menjaga obyektifitas yang memadai dalam
pengambilan keputusan, PPK dibantu oleh pejabat pengadaan, panitia pengadaan barang dan jasa, yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan, dan juga oleh pejabat
penerima barang jasa. Untuk menjaga terselenggaranya tata kelola pemerintah yang baik good governance dalam pengelolaan keuangan negara, keputusan PPK tersebut
kemudian diuji secara subtantif oleh PPSPM. Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar PPSPM dalam
melakukan pengujian pada prinsipnya lebih bersifat administratif, pengujian tersebut meliputi hal-hal terkait dengan subtansi yang menyebabkan terjadinya pengeluaran
negara, akan tetapi pejabat PPSPM tidak pernah memiliki kewajiban untuk melakukan pengecekan, apakah kontrak yang asli tersebut tidak dipalsukan, atau
apakah berita acara penyerahan barang yang dijadikan dasar penagihan kepada negara tersebut memang didasarkan pada bukti penyerahan barang, sesuai dengan perikatan
yang telah dilakukan oleh PPSPM. Ujung dari seluruh pengujian yang dilakukan oleh PPSPM tersebut adalah terbitnya Surat Perintah Membayar SPM. Hal ini dilakukan
bilamana PPSPM meyakini bahwa pembayaran tersebut memang dapat dilakukan. Keyakinan ini perlu dimiliki oleh PPSPM, karena benteng terakhir terjadinya
pengeluaran negara di tingkat kementerian lembaga adalah PPSPM.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Pengertian dan Ruang Lingkup APBN