2.2.7 Kinerja Pengelolaan Keuangan APBN
Berbagai penelitian yang berhubungan dengan kinerja banyak dilakukan. Hal ini sebagai konsekuensi dari permintaan masyarakat tentang transparasi dan
akuntabilitas organisasi sektor publik yang menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Beberapa penelitian dilakukan oleh Setyawan 2002, Netty
2003, Leiwakabessy 2006, Heruwati 2007 dan Verbeeten 2008 mengkaji aspek kinerja diberbagai daerah dan dengan berbagai alat ukur yang digunakan.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kinerja di suatu unit sudah sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Setyawan 2002 melakukan
penelitian tentang pengukuran kinerja anggaran keuangan daerah Pemerintah Kota Malang dilihat dari perspektif akuntabilitas tahun 1997-2001. Penelitian ini
menggunakan analisis rasio keuangan yang terdiri dari rasio kemandirian, efektivitas dan efisiensi, aktivitas dan pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan kinerja
Pemerintah Kota Malang belum baik karena dari sisi rasio pertumbuhan pendapatannya justru menurun.
Netty 2003, dalam penelitiannya mengenai Evaluasi Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan tahun 2001, untuk melihat program,
kegiatan maupun kebijakan. Hasil pengukuran atas kinerja Dipenda Kabupaten Bengkulu Selatan adalah baik dari sisi program, kegiatan maupun kebijaksanaan.
Heruwati 2007, melakukan penelitian tentang kinerja Pemda Grobogan yang dilihat dari pendapatan daerah terhadap APBD tahun 2004-2006. Pengukuran kinerja di sini
menggunakan metode analisa rasio terhadap APBD. Hasilnya menunjukkan Pemda
Universitas Sumatera Utara
Grobogan dari tahun ke tahun kinerjanya semakin baik dengan semakin meningkatnya prosentase tingkat capaiannya.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya lebih menyoroti tentang penyusunan anggaran dan kinerja yang dicapai oleh suatu Satuan Kerja
Perangkat Daerah SKPD ataupun pemerintah daerah, namun belum melihat pengaruh faktor individu, psikologis dan faktor organisasi terhadap kinerja pengelola
keuangan. Dengan pertimbangan penelitian tentang partisipasi dalam penganggaran daerah yang telah banyak dilakukan pada perguruan tinggi dan perusahaan swasta,
sedangkan pengelolaan keuangan APBN relatif sedikit dilakukan. Kinerja pengelola anggaran keuangan yang dimaksud disini adalah, KKP
Kantor Kesehatan Pelabuhan. Di Provinsi Aceh terdapat Tiga Kantor Kesehatan Pelabuhan yaitu KKP Lhokseumawe,KKP Sabang dan KKP Banda Aceh, terletak di
Ibukota Provinsi Aceh yaitu Banda Aceh dan KKP Sabang yang terletak di perbatasan Indonesia sebelah barat. KKP atau Kantor Kesehatan Pelabuhan,
merupakan Unit Pelaksana Teknis UPT Direktorat Jenderal PP PL Kementerian Kesehatan Republik Indonesia merupakan sebuah Instansi yang mengawasi dan
mengendalikan masukan penyakit-penyakit yang terbawa dari luar wilayah Indonesia melalui transportasi laut dan udara. Semakin banyak arus transportasi semakin besar
kemungkinan masuknya bibit penyakit tersebut, dengan demikian sangat dibutuhkan kinerja petugas-petugas yang berkompeten dibidangnya, karena kinerja adalah
sesuatu yang dapat dikerjakan seseorang sesuai dalam bidang tugas dan fungsinya yang dipengaruhi oleh faktor individu, psikologis dan Organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 630MenkesSKXl11985 dan Permenkes No.356 MENKESPERIV2008. tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan. Aspek akuntabilitas kinerja bagi keperluan eksternal organisasi, menjadikan laporan akuntabilitas kinerja pemerintah sebagai sarana
pertanggung jawaban atas capaian kinerja tugas pokok dan fungsi Kantor Kesehatan Pelabuhan. Dalam Sistim Akutansi Instansi, sistem dan alur Pelaporan Pertangung
jawaban keuangan ketiga KKP merupakan satu kesatuan, Kantor Kesehatan Banda Aceh merupakan SAKPA Wilayah yang di tunjuk sebagai koordinator wilayah yang
membawahi Satuan Kerja atau KKP lainnya yaitu : KKP Sabang, dan KKP Lhokseumawe.
2.3. Telaah Penelitian Sebelumnya
Muryati 2001 melakukan penelitian terhadap perguruan tinggi swasta yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa partisipasi yang
diberikan oleh manajer berinteraksi dengan sistem penganggaran, sistem pelaporan dan analisis berpengaruh signifikan pada efektifitas dan efisiensi anggaran pada
perguruan tinggi. Riharjo 2001 melakukan penelitian pada organisasi sektor publik
menemukan bahwa interaksi antara penganggaran partisipatif dan struktur desentralisasi organisasi secara signifikan mempengaruhi kinerja manajerial.
Haryanti dan Nasir 2002 melakukan penelitian terhadap kepala bagian dalam perusahaan manufaktur yang berlokasi di Indonesia yang menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang positif antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial pada tingkat signifikansi 5. Penelitian-penelitian sebelumnya lebih
menyoroti pengaruh partisipasi penganggaran terhadap kinerja manajerial. Penelitian Supomo 1998 menunjukkan partisipasi penyusunan anggaran
tidak mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian Poerwati 2002 yang menunjukkan
bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja manajerial. Dan menurutnya kemungkinan harus ada variabel lain
yang dipertimbangkan dalam hubungan antara partisipasi dengan kinerja. Minaria telah meneliti hubungan faktor individu, organisasi dan psikologis
dengan kinerja pegawai di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan BPFK Medan Tahun 2004. Tema penelitian terbilang sama dengan berfokus pada kinerja pegawai
berdasarkan kaitannya dengan faktor-faktor kinerja dari Gibson. Penekanan tema oleh Minaria adalah masalah hubungan korelasi antara faktor-faktor independen yaitu
individu, psikologis dan organisasi dengan factor dependen yaitu aspek kinerja pegawai. Pendekatan yang dibuat Minaria tidak jauh berbeda dengan penelitian ini,
hanya saja dilakukan pada kinerja pengelola keuangan secara keseluruhan, tidak hanya membatasi pada penganggaran saja.
2.4. Landasan Teori