E. Gambaran Umum Pegawai
Jumlah keseluruhan pegawai di PT. Asuransi Parolamas Cabang Medan adalah berjumlah 8 delapan pegawai tetap. Penilaian untuk masing-masing
pegawai di perusahaan ini yaitu, di nilai dari pekerjaannya, hasil pekerjaan, perilaku, dedikasi, serta daftar hadir. Selain itu untuk seorang marketing
pencapaian target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan, termasuk dalam penilaian pegawai oleh perusahaan ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
A. Ketentuan
1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak Penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri. Pajak Penghasilan Pasal 21 dipotong, disetor dan dilaporkan oleh Pemotong
Pajak, yaitu pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dipotong dan disetorkan secara benar oleh pemberi kerja atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
sehubungan dengan pekerjaan dari satu pemberi kerja merupakan pelunasan pajak yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, sehingga pada
akhir tahun pajak terhadap pegawai atau orang pribadi tersebut tidak diwajibkan untuk menyampaikan SPT Tahunan.
Bagi pegawai atau orang pribadi yang memperoleh penghasilan lain selain penghasilan yang pajaknya telah dibayar atau dipotong dan bersifat final,
pada akhir tahun pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh dan atas Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dipotong oleh pemberi kerja
dapat dijadikan sebagai kredit pajak atas Pajak Penghasilan yang terutang pada akhir tahun pajak.
Universitas Sumatera Utara
2. Dasar Hukum Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 16PMK.032010 tanggal 06 Maret
2001 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang manfaat, Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan
Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus. c.
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 250PMK.032008 tanggal 31 Desember 2008 tentang besarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang
dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pegawai Tetap dan Pensiunan. d.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor :184PMK.032007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak,
Penetuan tempat pembayaran pajak dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan
pembayaran pajak. e.
Per-57PJ2009 tentang perubahan Direktoran Jenderal Pajak Nomor: Per- 31PJ2009 tentang pedoman teknis tata cara pemotongan, penyetoran dan
pelaporan PPh Pasal 21 danatau PPh Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.
f. Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor: 252PMK.032008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas
Universitas Sumatera Utara
Penghasilan sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
B. Subjek dan Objek
1. Subjek Pajak
Subjek pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh undang-undang untuk dikenakan pajak. Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak.
Yang menjadi subjek pajak PPh Pasal 21 adalah setiap orang, tidak memandang mereka itu warga negara atau bukan, keturunan atau pribumi,
laki-laki atau perempuan yang bertempat tinggal di Indonesia atau bertempat tinggal di luar Indonesia yang memungkinkan dapat menerima
atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.
a. Penerima Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21
− Pegawai, adalah setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan berdasarkan suatu perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis
maupun tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik negara dan badan usaha milik
daerah. Pegawai dapat dibedakan menjadi dua yaitu Pegawai tetap dan Pegawai lepas. Pegawai tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada
pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan
anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut
Universitas Sumatera Utara
mengelola kegiatan perusahaan secara langsung,. Sedangkan Pegawai lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang
hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja.
− Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
− Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
− Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikitsertaanya dalam suatu kegiatan.
b. Yang tidak termasuk Penerima Penghasilan
Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah :
− Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia, dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di indonesia, Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal
balik. − Pejabat perwakilan organisasi Internasional yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, dengan syarat, bukan warga negara Indonesia, dan
Universitas Sumatera Utara
tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
2. Objek Pajak
Objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk menghitung pajak terutang. Yang menjadi objek Pajak PPh Pasal 21
adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkuatn, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
Dasar Pengenaan dan Pemotongan Pajak
Yang menjadi dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 adalah : a.
Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi : 1.
Pegawai tetap. 2.
Penerima pensiun berkala. 3.
Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima selama 1 bulan kalender
telah melebihi jumlah PTKP sebulan Rp. 1.320.000 untuk wajib pajak sendiri.
4. Bukan pegawai yang menerima imbalan yang bersifat
berkesinambungan. b. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp. 150.000 sehari bagian penghasilan
yang tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 sehari, yang berlaku bagi
Universitas Sumatera Utara
pegawai tidak tetap yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang
diterima dalam 1 bulan kalender belum melebihi Rp. 1.320.000 jumlah PTKP sebeluan untuk diri Wajib Pajak sendiri.
c. 50 dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagibukan pegawai yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan.
d. Jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi penerima penghasilan selain
yang disebutkan diatas. a. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur. 2.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya..
3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenisnya. 4.
Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang
dibayarkan secara bulanan. 5.
Imbalan kepada bukan pegawai, anatara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sehubungan denagn pekerjaan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiahpenghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama
apapun.
b. Penghasilan yang bukan merupakan objek pemotongan PPh Pasal 21
− Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa. − Penerimaan dalam bentuk natura danatau kenikmatan dalam bentuk
apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah. Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang
ditanggung oleh Pemerintah, merupakan penerimaan dalam bentuk kenikmatan.
− Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan
hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja. − Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang siftnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
sepanjang tidak ada hubungan dengan, usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan.
− Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu berdasarkan Pasal 4 ayat 3 huruf I UU PPh PMK-246PMK.032008, sebagai berikut :
a. Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan
di dalam negeri pada tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
b. Komponen beasiswa terdiri dari biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah tuition fee, biaya ujian, biaya penelitian yang
berkaitan dengan bidang studi yang diambil, biaya untuk pembelian buku, danatau biaya hidup yang wajar sesuai dengan
daerah lokasi tempat belajar. c. Ketentuan ini tidak berlaku apabila penerima beasiswa mempunyai
hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi atau pengurus dari Wajib Pajak Pemberi beasiswa.
c. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Yang bertindak sebagai Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 yang selanjutnya disingkat “Pemotong Pajak” adalah :
− Pemberi kerja terdiri dari orang pribadi dan badan, termasuk bentuk usaha tetap, badan atau organisasi internasional yang tidak
dikecualikan sebagai Pemotong Pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, baik merupakan induk maupun cabang, perwakilan atau
Universitas Sumatera Utara
unit dan pembayaran lain dengan nama apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai
atau bukan pegawai. − Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan pada Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga- lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar RI di luar negeri yang
membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan. − Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja
Jamsostek, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
− Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
kegiatan dan jasa, termasuk jasa tenaga ahli dengan status Wajib Pajak dalam negeri yang melakukan pekerjaan bebas.
− Yayasan termasuk yayasan yang bergerak di bidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan, lembaga,
kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, dan organisasi dalam bentuk apapun dalam segala kegiatan sebagai pembayar gaji, upah,
honoraium, atau imbalan dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.
Universitas Sumatera Utara
− Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayarkan honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan,
dan pemagangan. Tidak termasuk sebagai Pemotong Pajak yang wajib melakukan
pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak PPh Pasal 21 adalah : 1.
Kantor perwakilan negara asing. 2.
Organisasi-organisasi Internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Akan tetapi jika organisasi Internasioanal tersebut tidak
memenuhi ketentuan, organisasi tersebut merupakan pemberi kerja yang berkewajiban melakukan pemotongan pajak.
3. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam
rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
C. Hak dan Kewajiban PPh Pasal 21 1. Hak-hak Pemotong Pajak PPh Pasal 21 adalah :
a. Pemotong Pajak berhak untuk mengajukan permohonan memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan pasal 21.
Pengajuan permohonan dilakukan secara tertulis disertai Surat Pernyataan mengenai penghitungan sementara pajak terutang dalam
satu Tahun Pajak dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang. Pengajuan permohonan dilakukan selambat-lambatnya
tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemotong Pajak berhak untuk memperhitungkan kelebihan setoran PPh pasal 21 dalam satu bulan takwim dengan PPh pasal 21 yang
terutang pada bulan berikutnya dalam tahun takwim yang bersangkutan.
c. Pemotong Pajak berhak untuk memperhitungkan kelebihan setoran pada SPT Tahunan dengan PPh pasal 21 yang terutang untuk bulan
pada waktu dilakuakan penghitungan tahunan, dan jika masih ada sisa kelebihan, maka diperhitungkan untuk bulan-bulan lainnya dalam
tahun berikutnya. d. Pemotong Pajak berhak untuk membetulkan sendiri SPT atas kemauan
sendiri dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu dua tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan pemeriksaan.
e. Pemotong Pajak berhak untuk mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Nihil Kurang
Bayar. f. Pemotong Pajak berhak mengajukan permohonan banding secara
tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas kepada badan peradilan pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Permohonan banding ini
Universitas Sumatera Utara
diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas, dan dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan
diterima, dilampiri dengan salinan surat keputusan tersebut.
2. Kewajiban Pemotong Pajak PPh Pasal 21 adalah :
a. Pemotong Pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
b. Pemotong Pajak wajib mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya pada
Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat. c. Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetor PPh
pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan takwim. Penyetoran Pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak SSP ke bank
persepsi atau Kantor Pos dan Giro, selambat-lambatnya pada tanggal 10 bulan takwim berikutnya.
d. Pemotong Pajak wajib melaporkan penyetoran PPh pasal 21 sekalipun nihil dengan menggunakan Surat Pemberitahuan SPT Masa ke
Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat, selambat-lambatnya pada tanggal 20 bulan takwim berikutnya.
e. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh pasal21 baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak
kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima THT, penerima pesangon, dan penerima
dana pensiun iuran.
Universitas Sumatera Utara
f. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh pasal 21 tahunan kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan,
dengan menggunakan formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu 2 bulan setelah tahun takwim berakhir. Apabila
pegawai tetap tersebut berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwim, maka bukti pemotongan diberikan selambat-lambatnya 1
bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.
g. Dalam waktu 2 bulan setelah tahun takwim berakhir, Pemotong Pajak wajib menghitung kembali jumlah PPh pasal 21 yang terutang oleh
pegawai tetap dan penerima pensiun bulanan sesuai tarif. h. Pemotong Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan
SPT Tahunan PPh pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemotong Pajak terdaftar atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
SPT Tahunan PPh pasal 21tersebut harus disampaikan selambat- lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya. Apabila
Pemotong Pajak adalah badan, maka SPT Tahunan PPh pasal 21 ditandatangani oleh pengurus atau direksi. Apabila SPT Tahunan PPh
pasal 21 ditandatangani dan diisi oleh orang selain Pemotong Pajak terdaftar, maka SPT tersebut harus dilampiri Surat Kuasa Khusus.
i. Pemotong Pajak wajib melampiri SPT Tahunan PPh pasal 21 dengan lampiran-lampiran yang ditentukan dalam Petunjuk Pengisian SPT
Tahunan PPh pasal 21 untuk tahun pajak yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
j. Pemotong Pajak wajib menyetor kekurangan PPh pasal 21 yang terutang apabila jumlah PPh pasal 21 yang terutang dalam suatu tahun
takwim lebih besar dari pada PPh pasal 21 yang telah disetor. Penyetoran tersebut harus dilakukan sebelum penyampaian SPT
Tahunan PPh pasal 21 selambat-lambatnya pada tanggal 25 Maret tahun takwim berikutnya.
D. Tarif Pajak dan Penerapannya
Tarif pajak yang berlaku beserata penerapannya menurut ketentuan dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah :
1. Tarif Pasal 17 Ayat 1 huruf a Undang-Undang PPh diterapkan atas
Penghasilan Kena Pajak dari : a. Pegawai Tetap
b. Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan. c. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang dibayarkan secara
bulanan. Tarif Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-
Undang PPh bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut :
a. Penghasilan Kena Pajak s.d Rp. 50.000.000 = 5 .
b. Penghasilan Kena Pajak Rp. 50.000.000 s.d Rp. 250.000.000 = 15.
c. Penghasilan Kena Pajak Rp. 250.000.000 s.d Rp. 500.000.000
= 25. d.
Penghasilan Kena Pajak Rp. 500.000.000 = 30.
Universitas Sumatera Utara
Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa pajak, kecuali masa pajak terakhir, tarif ditetapkan atas perkiraan penghasilan
yang akan diperoleh selama 1 tahun, dengan ketentuan sebagai berikut : a.
Perkiraan atas penghasilan yang bersifat teratur adalah jumlah penghasilan teratur dalam 1 bulan dikalikan 12.
b. Dalam hal terdapat tambahan penghasilan yang bersifat tidak teratur,
maka perkiraan penghasilan yang akan diperoleh selama 1 tahun adalah sebesar jumlah pada huruf a di atas ditambah dengan jumlah
penghasilan yang bersifat tidak teratur. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk setiap masa pajak adalah :
a. Atas penghasilan yang bersifat teratur adalah sebesar Pajak
Penghasilan terutang atas jumlah penghasilan dibagi 12. b.
Atas penghasilan yang bersifat tidak teratur adalah sebesar selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang atas jumlah penghasilan teratur
ditambah penghasilan tidak teratur dengan Pajak Penghasilan yang terutang atas jumlah penghasilan teratur.
Dalam hal pegawai tetap mempunyai kewajiban pajak subjektif terhitung sejak awal tahun kelender dan mulai bekerja setelah bulan Januari,
termasuk pegawai yang sebelumnya bekerja pada pemberi kerja pada pemberi kerja lain, banyaknya bulan yang menjadi faktor mengali pada adalah jumlah
bulan tersisa dalam tahun kalender sejak yang bersangkutan mulai nekerja. Besarnya PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk masa pajak terakhir
adalah selisih antara Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan
Universitas Sumatera Utara
kena pajak selama 1 tahun pajak atau bagian tahun pajak dengan PPh Pasal 21 yang telah dipotong pada masa-masa sebelumnya dalam tahun pajak yang
bersangkutan. Dalam hal pegawai tetap kewajiban pajak subjektifnya hanya meliputi
bagian tahun pajak, perhitungan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bagian tahun pajak tersebut dihitung berdasarkan penghasilan kena pajak yang
disetahunkan, sebanding dengan jumlah bulan dalam bagian tahun pajak yang bersangkutan.
Dalam hal pegawai tetap berhenti bekerja sebelum bulan Desember dan jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong dalam tahun kelender yang
bersangkutan lebih besar dari PPh Pasal 21 yang terhutang untuk 1 tahun pajak, maka kelebihan PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut
dikembalikan kepada pegawai tetap yang bersangkutan bersamaan dengan pemberian bukti pemotongan PPh Pasal 21, paling lambat akhir bulan
berikutnya setelah berhenti bekerja.
E. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan 21