Latar Belakang Pengaruh Penambahan Pupuk Hayati (Biofertilizer) Dari Bakteri Rhizobium sp. Yang Diinokulasikan Ke Dalam Dolomit Sebagai Carrier Terhadap Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Telah banyak pupuk-pupuk mikroba yang diproduksi oleh dan untuk kepentingan negaranya masing-masing seperti Rhizoteeka oleh India, Nodosit oleh Belgia, Rhizonit oleh Hungaria, N-germ oleh Prancis, Nitrogerm dan Mycobedds oleh Australia, Nodulud oleh Austria, Radicin Impfsfoff oleh Jerman, dan Mycho Rhiz oleh Amerika Serikat. Kesemua jenis pupuk ini menggunakan Rhizobium sebagai bakteri penangkap N 2 udara. Ekspor pupuk mikroba antar negara sulit dilakukan karena daya simpan membutuhkan temperatur rendah sehingga diperlukan tempat penyimpanan yang khusus. Di samping itu masa kadaluarsa pupuk mikroba ini relatif singkat yaitu sekitar 6 bulan. Oleh karena itu masing-masing negara khususnya negara-negara maju di dunia memproduksi sendiri pupuk mikroba yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan negara itu sendiri Dubey, 2006 Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khairina 2007 menggunakan serbuk gergaji sebagai media pembawa, diperoleh jumlah sel bakteri sebesar 10 6 -10 7 selgram carrier. Penggunaan serbuk gergaji ini tidak memenuhi standar sebagai media pembawa untuk pupuk hayati. Serbuk gergaji bersifat higroskopis yang dapat menyebabkan kadar A w menurun sehingga persyaratan hidup untuk bakteri tidak terpenuhi. Menurut Rao, media pembawa memenuhi standar sebagai pupuk hayati apabila jumlah sel bakteri yang hidup sebesar 10 8 -10 9 selgram carrier. Universitas Sumatera Utara Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Arsyad 2009 menggunakan dolomit sebagai media pembawa. Penggunaan dolomit ini memenuhi standar untuk digunakan sebagai pupuk hayati, karena dolomit lebih stabil untuk mempertahankan kadar air dibandingkan dengan serbuk gergaji. Pada penelitian tersebut pupuk hayati yang dibuat, diaplikasikan ke dalam tanaman kacang hijau dan diambil kesimpulan bahwa tanaman yang diberi pupuk hayati lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan tanaman kontrol. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan diameter batang, tinggi tanaman dan lebar daun tanaman kacang hijau yang diberi pupuk hayati lebih baik pertumbuhannya dibandingkan dengan tanaman kacang hijau kontrol. Kedua penelitian di atas hanya sebatas analisis jumlah sel mikroba Rhizobium dan pengujian efektivitas pupuk mikroba hanya dilihat berdasarkan penambahan lebar daun, tinggi batang, dan diameter batang tetapi tidak sampai kepada efektivitas dalam memproduksi hasil tanaman buah. Pemilihan putrid malu Mimosa pudica L sebagai sumber bakteri Rhizobium karena putri malu mudah didapatkan dan bintil akarnya pun mengandung Rhizobium yang cukup banyak. Melihat fakta yang ada ini, maka kami tertarik melakukan penelitian dalam memanfaatkan mikroorganisme khususnya bakteri Rhizobium yang mampu mengikat nitrogen bebas di udara untuk digunakan sebagai pupuk tanaman. Dimana pupuk ini diharapkan mampu meningkatkan produksi tanaman dan mengurangi dampak pencemaran lingkungan seperti peningkatan konsentrasi nitrat dalam air minum dan eutrofikasi perairan. Penelitian jangka panjang dalam fiksasi nitrogen secara biologis ialah mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berlaku sekarang untuk tanaman panen, dengan jalan meningkatkan efisiensi dan memperbanyak jenis organisme yang memfiksasi nitrogen itu. Sekitar 40 juta ton pupuk nitrogen dibuat tiap tahun, hampir semuanya dengan proses Haber-Bosch. Dengan proses ini gas nitrogen dan hidrogen dialirkan melewati katalisator pada suhu dan tekanan tinggi, sehingga terbentuk ammonia. Jadi proses ini banyak menggunakan energi Marx, 1991. Universitas Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah