Rhizobium merupakan kelompok bakteri berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman. Bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini
menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar. Bintil akar berfungsi mengambil nitrogen di atmosfer dan menyalurkannya sebagai unsur hara yang
diperlukan tanaman. Pigmen merah leghemoglobin yang berperan dalam mengambil N di atmosfer. Pigmen ini dijumpai dalam bintil akar antara bakteroid dan selubung
membran yang mengelilinginya. Jumlah leghemoglobin di dalam bintil akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi. Korelasinya positif,
semakin banyak jumlah pigmen, semakin besar nitrogen yang diikat. Rhizobium mampu menghasilkan hormon pertumbuhan berupa IAA dan giberellin yang dapat
memacu pertumbuhan rambut akar, percabangan akar yang memperluas jangkauan akar. Akhirnya, tanaman berpeluang besar menyerap hara lebih banyak yang dapat
meningkatkan produktivitas tanaman. http:sebarus.multiply.comjournalitem4RHIZOBIUM_BINTIL_AKAR.
Legum berbintil menyumbang cukup banyak dalam hal jumlah nitrogen terfiksasi ke dalam biosfer. Misalnya, semanggi Trifolium sp. memfiksasi sekitar 130
kgha dan cowpea Vigna sp. sekitar 62–128 kgha. Tumbuhan legume diklasifikasikan menjadi 3 subfamili besar dari famili Leguminoseae-Ceasalpinoideae,
Mimosoideae dan Papilionoideae. Terdapat sekitar 700 genus dan 14.000 spesies tumbuhan legume dan di antaranya 500 genus dan sekitar 10.000 spesies termasuk
subfamili Papilionoideae. Tidak semua legume memiliki bintil dalam sistem perakarannya dan diketahui pula bahwa beberapa bentuk pohon tidak memiliki bintil
akar sama sekali. Hampir 10-12 Legumminoseae telah diperiksa hingga saat ini mengenai bintil akarnya; dari jumlah itu diketahui bahwa 10 dari Mimosoideae,
65 dari Ceasalpinoideae dan 6 dari Papilionoideae tidak memiliki bintil akar Rao, 1994.
2.6.2. Klasifikasi Rhizobium
Beijerinck merupakan orang pertama yang memisahkan dan mengkultur suatu mikroorganisme dari bintil legume tahun 1888. Dinamakannya mikroorganisme
tersebut Bacillus radicicola yang saat ini di dalam Manual Bergey mengenai
Universitas Sumatera Utara
Bakteriologi Determinatif ditempatkan di bawah genus Rhizobium. Genus Rhizobium pernah dimasukkan dalam Manual Bergey mengenai Bakteriologi Determinatif ke
dalam bermacam-macam famili seperti Azetobacteriaceae, Mycobacteriaceae, Myxobacteriaceae dan Pseudomonadaceae.
Spesiasi Rhizobium berdasarkan konsep Linnaeus terbukti sulit sekali dan karenanya, pengelompokan inokulasi-silang berdasarkan studi klasik oleh Fred,
Baldwin dan McCoy-lah yang umumunya diikuti. Prinsip pengelompokan inokulasi- silang didasarkan pada kemampuan suatu isolat Rhizobium untuk membentuk bintil
pada genus-genus yang terbatas dari spesies legume yang satu sama lain berkerabat. Semua Rhizobium yang dapat membentuk bintil dalam perakaran tipe legume tertentu
secara kolektif dimasukkan dalam satu spesies. Berdasarkan pola ini, umumnya dikenal tujuh spesies Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kelompok inokulasi silang Rhizobium Rhizobium sp.
Kelompok Inokulasi Silang Tipe Legum
R. leguminosarum Kelompok ercis
Pisum, Vicia, Lens R. phaseoli
Kelompok kacang Phaseolus
R. trifolii Kelompok semanggi
Trifolium R. meliloti
Kelompok alfalfa Melilotus, Medicago,
Trigonella R. lupine
Kelompok lupine Lupinus, Orinthopus
R. japonicum Kelompok kedelai
Glycine R. sp.
Kelompok cowpea Vigna, Arachis
Rao, 1994
2.6.3. Teknik Kultivasi dan Perbanyakan RhizobiumBradyrhizobium
Rhizobium pada umumnya dipelihara dengan menumbuhkannya dalam medium padat Yeast Extract Mannitol Agar YEMA. Untuk menjaga kemampuan fisiologisnya agar
tidak mengalami penurunan, maka Rhizobium harus diremajakan disub-kultur secara berkala. Kultur yang dipelihara inilah yang digunakan sebagai “kultur induk” yang
digunakan sebagai inokulum untuk perbanyakan Rhizobium yang akan diformulasi sebagai pupuk hayati. Komposisi medium YEMA yang umum digunakan untuk
pemeliharaan Rhizobium adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Komposisi Medium YEMA Sumber: Rao, 1982 Komponen
Beratvolume
K
2
HPO
4
0,5 g MgSO
4
0,2 g NaCl
0,1 g Mannitol
10,0 g Yeast extract
1,0 g Akuades
1000 ml Agar
20 g Mannitol dapat diganti dengan sukrosa atau glukosa
Selain medium dengan komposisi seperti di atas, beberapa peneliti atau produsen inokulan Rhizobium menggunakan medium dengan komposisi yang
bervariasi.
Perbanyakan Rhizobium dilakukan dengan menumbuhkan bakteri dalam medium cair dalam skala volume yang disesuaikan dengan kapasitas produksi
inokulan. Perbanyakan dilakukan dengan menggunakan fermentor besar dengan ragam alat pengaturan, misalnya pH, oksigen terlarut, suhu, dan penggojok. Selain itu,
perbanyakan juga dapat dilakukan dengan menggunakan fermentor yang lebih sederhana yaitu menggunakan tabung Erlenmeyer meskipun tanpa peralatan
pengaturan khusus.
Kultur cair Rhizobium yang sudah dibuat selanjutnya dicampur dengan bahan pembawa. Beberapa bahan pembawa yang dapat digunakan untuk formulasi inokulan
rhizobia antara lain gambut, lignite, arang, vermiculite, zeolite dan lain-lain. Di antara beberapa bahan pembawa itu, gambut adalah bahan pembawa yang paling banyak
digunakan untuk produksi inokulan rhizobia karena berkarakteristik ideal Yuwono, 2006.
2.7. Kacang Hijau