Suhu Tomat dan Suhu Lingkungan

mengakibatkan kerusakan sel-sel pada tomat sehingga penguapan H 2 0 dan gas C 2 H 4 yang berasal dari proses metabolisme dan katabolisme meningkat. Rata- rata susut bobot yang terjadi pada tomat yang dikemas dalam kotak karton yaitu 0.074 , sedangkan rata-rata susut bobot tomat yang dikemas dalam peti kayu yaitu 0.006 . Hasil analisis sidik ragam terhadap susut bobot tomat diperoleh nilai signifikansi untuk perlakuan B sebesar 0.001, sehingga perlakuan B berbeda nyata pada α = 0.01. Sedangkan signifikansi untuk perlakuan lainnya lebih besar dari 0.01 maupun 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan B jenis kemasan berpengaruh terhadap susut bobot tomat pada α = 0.01, sedangkan perlakuan lainnya tidak berpengaruh terhadap susut bobot tomat tersebut. 5 10 15 20 25 30 Sebelum Setelah Waktu transportasi Berat kg A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2 A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2 Gambar 31. Perubahan berat tomat sebelum dan setelah transportasi. Keterangan : A1 : Dengan pencelupan air 10 C A2 : Tanpa pencelupan air 10 C B1 : Kemasan kotak karton B2 : Kemasan peti kayu C1 : Disusun secara teratur C2 : Disusun secara acak

D. Suhu Tomat dan Suhu Lingkungan

Suhu tomat dan suhu lingkungan diukur sebelum transportasi, 1 jam sekali pada saat transportasi, dan setelah transportasi. Penelitian ini dilakukan pada saat sore hari hingga malam hari dengan cuaca hujan, sehingga semakin lama suhu lingkungan semakin rendah. Selama transportasi terjadi peningkatan suhu tomat dalam kemasan seiring dengan peningkatan suhu lingkungan. Oleh karena itu, suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap suhu tomat. Suhu lingkungan rendah lebih baik dibandingkan dengan suhu lingkungan tinggi, karena dengan suhu lingkungan rendah akan mengurangi proses resprasi yang terjadi pada tomat sehingga kenaikan suhu tomat tidak akan terlalu tinggi. Dengan suhu tomat tinggi, kemungkinan kerusakan tomat yang terjadi akan semakin tinggi pula. Pada Gambar 32 dapat terlihat bahwa tomat dalam kemasan kotak karton yang disusun secara acak tanpa pencelupan air 10 C mengalami peningkatan suhu yang paling cepat. Hal ini dapat disebabkan oleh akumulasi panas yang dilepaskan pada proses respirasi. Panas tersebut terjadi karena susunan tomat yang sembarang dan terlalu padat. Keadaan tersebut dapat mempercepat proses transpirasi dan respirasi, sehingga tomat akan cepat matang dan mengalami kerusakan. Selain kedaan tersebut, kondisi kotak karton juga dapat menahan sebagian panas yang berasal dari respirasi tomat karena kotak karton tersebut hanya memiliki celah sirkulasi sedikit dibandingkan dengan peti kayu. Ventilasi kemasan sebaiknya dibuat relatif tidak tertutup oleh bahan-bahan kemasan internal. Bahan-bahan kemasan internal dapat berupa bingkai, bantalan dan rak. Bahan-bahan internal tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga hanya berpengaruh kecil terhadap aliran udara yang melewati kemasan. Selain jenis kemasan, perlakuan pencelupan dan cara pengemasan juga berpengaruh terhadap suhu tomat. Dari Gambar 32 dapat terlihat bahwa tomat yang melalui perlakuan pencelupan ke dalam air 10 C, peningkatan suhu tomat yang dialami tidak terlalu cepat dibandingkan dengan tomat tanpa pencelupan ke dalam air 10 C. Perubahan iklim dan keadaan jalan daerah-daerah yang dilalui selama transportasi juga berpengaruh terhadap keadaan tomat di dalam kemasan. Akibat dari goncangan-goncangan yang terjadi selama pengangkutan, selain menyebabkan kerusakan mekanik, juga dapat mempengaruhi suhu tomat. 21,0 22,0 23,0 24,0 25,0 26,0 27,0 28,0 1 2 3 Waktu S uhu c el ci us A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2 A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2 Gambar 32. Perubahan suhu tomat dalam kemasan tiap 1 jam transportasi. Keterangan : A1 : Dengan pencelupan air 10 C A2 : Tanpa pencelupan air 10 C B1 : Kemasan kotak karton B2 : Kemasan peti kayu C1 : Disusun secara teratur C2 : Disusun secara acak Hasil analisis sidik ragam terhadap suhu tomat setelah 1 jam transportasi diperoleh nilai signifikansi untuk perlakuan A sebesar 0.005, sehingga perlakuan A berbeda nyata pada α = 0.01. Sedangkan untuk perlakuan lainnya lebih besar dari 0.01 maupun 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan A pencelupan berpengaruh terhadap suhu tomat dalam kemasan setelah 1 jam transportasi pada α = 0.01, sedangkan perlakuan lainnya tidak berpengaruh terhadap suhu tomat dalam kemasan setelah 1 jam transportasi tersebut. Hasil analisis sidik ragam suhu tomat setelah 2 jam transportasi dan setelah sampai di tujuan Karangpawitan pada menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk seluruh perlakuan lebih besar dari 0.01 maupun 0.05. Hal ini berarti seluruh perlakuan tidak berpengaruh terhadap suhu tomat dalam kemasan setelah 2 jam transportasi dan sampai di tujuan.

E. Kandungan Total Padatan Terlarut