Peningkatan kandungan total padatan terlarut yang paling tinggi terjadi pada tomat dengan perlakuan A2B1C2 dengan peningkatan 25 dari nilai
kandungan total padatan terlarut sebelumnya. Hasil analisis sidik ragam terhadap kandungan total padatan terlarut
tomat diperoleh nilai signifikansi untuk seluruh perlakuan lebih besar dari 0.01 maupun 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh perlakuan tidak
berpengaruh terhadap kandungan total padatan terlarut.
F. pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus. Semakin kecil nilai pH tomat, maka derajat keasaman tomat tersebut semakin
besar. Dari Gambar 34 dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai pH tomat dari sebelum transportasi sampai setelah transportasi. Selama transportasi,
tomat mengalami peningkatan kematangan sehingga rasa dari tomat semakin manis pH naik.
Nilai pH tomat rata-rata sebelum transportasi adalah 3.47, namun setelah transportasi nilai pH tomat rata-rata meningkat menjadi 4. Peningkatan
tersebut terjadi hampir pada semua kemasan, namun ada tiga kemasan dengan nilai pH tomat 3.75 yaitu tomat dengan kemasan kotak karton disusun secara
acak dengan pencelupan air 10 C A1B1C2, tomat dengan kemasan peti
kayu disusun secara teratur dengan pencelupan air 10 C A1B2C1, dan tomat
dengan kemasan kotak karton disusun secara acak tanpa pencelupan air 10 C
A2B1C1. Hasil analisis sidik ragam terhadap pH tomat diperoleh nilai signifikansi
untuk seluruh perlakuan lebih besar dari 0.01 maupun 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh perlakuan tidak berpengaruh terhadap pH tomat.
Gambar 34. Perubahan pH tomat sebelum dan setelah transportasi.
Keterangan : A1 : Dengan pencelupan air 10
C A2 : Tanpa pencelupan air 10
C B1 : Kemasan kotak karton
B2 : Kemasan peti kayu C1 : Disusun secara teratur
C2 : Disusun secara acak
G. Kekerasan
Menurut Sjaifullah 1996, buah yang matang dan siap dikonsumsi relatif lebih lunak daripada buah yang masih mentah. Buah yang baik
mempunyai kekerasan yang merata. Pengukuran kekerasan tomat dilakukan sebelum dan setelah transportasi. Perubahan kekerasan tomat diukur pada
bagian atas, bawah, kiri, dan kanan dengan menggunakan penetrometer. Grafik perubahan kekerasan tomat dapat dilihat pada Gambar 35. Rata-
rata kekerasan tomat sebelum transportasi adalah 0.030 mmdetikgram. Setelah transportasi, tomat yang dicelup ke dalam air dengan suhu 10
C memiliki nilai rata-rata kekerasan 0.035 mmdetikgram, sedangkan tomat
tanpa pencelupan air 10 C memiliki nilai rata-rata kekerasan 0.04
mmdetikgram. Hal ini terjadi karena perlakuan prapendinginan dapat menurunkan suhu tomat sehingga proses perusakan misalnya kerusakan tomat
yang dapat menyebabkan tomat tersebut menjadi lunak dapat segera dihambat.
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
4,5
Sebelum Setelah Waktu transportasi
p H
to mat
Sebelum transportasi A1B1C1
A1B1C2 A1B2C1
A1B2C2 A2B1C1
A2B1C2 A2B2C1
A2B2C2
Gambar 35. Perubahan kekerasan tomat sebelum dan setelah transportasi.
Keterangan : A1 : Dengan pencelupan air 10
C A2 : Tanpa pencelupan air 10
C B1 : Kemasan kotak karton
B2 : Kemasan peti kayu C1 : Disusun secara teratur
C2 : Disusun secara acak
Hasil analisis sidik ragam terhadap kekerasan tomat diperoleh nilai signifikansi untuk seluruh perlakuan lebih besar dari 0.01 maupun 0.05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh perlakuan tidak berpengaruh terhadap kekerasan tomat.
H. Uji Organoleptik