Mutu Bahan Penelitian Tingkat Kerusakan Mekanis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Mutu Bahan Penelitian

Tomat yang digunakan sebagai bahan penelitian dipanen pada tahap peralihan merah turning. Penentuan keseragaman dilakukan secara visual. Hasil pengukuran terhadap sifat fisik dan sifat kimia tomat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sifat fisik dan kimia tomat sebelum transportasi. Parameter Satuan Kisaran Rataan Bobot gram 101.7 – 156.1 128.9 Volume mm 3 110 – 150 130 Kekerasan mmdtkgr 0.03 – 0.05 0.04 PH 3 – 3.5 3.3 Total padatan terlarut Brix 2 – 4 3 Suhu C 23– 24 23.5 Sumber : Hasil pengolahan data. Hasil pengukuran pada Tabel 3 menunjukkan adanya keragaman pada sifat fisik dan sifat kimia tomat. Meskipun didapat dari satu kebun dan waktu panen yang sama. dapat memungkinkan adanya keragaman sifat fisik dan sifat kimia tomat. Keragaman hasil panen tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan fisiologis tanaman.

B. Tingkat Kerusakan Mekanis

Pengukuran tingkat kerusakan mekanis dilakukan setelah transportasi. Keadaan jalan pada daerah-daerah yang dilalui mempengaruhi keadaan tomat dalam kemasan. Kondisi jalan buruk akan mengakibatkan terjadinya goncangan-goncangan pada kendaraan. Goncangan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya benturan dalam kemasan. Benturan tersebut dapat berupa benturan tomat dengan tomat dan benturan tomat dengan dinding kemasan. Kerusakan tersebut berupa kerusakan memar, pecah, dan luka. Kerusakan memar yaitu kerusakan yang ditandai dengan terbentuknya bagian yang berwarna agak berbeda dan lunak pada permukaan kulit buah. Kerusakan luka atau pecah ditandai dengan adanya bagian tomat yang terbelah. Kerusakan pecah jika bagian tomat yang terbelah lebih dari 20 . Data hasil pengukuran kerusakan mekanis tomat pada tiap kemasan setelah transportasi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai persentase rata-rata tingkat kerusakan mekanis setelah transportasi. Jenis Kerusakan Perlakuan Memar Pecah Luka Total Jumlah tomat dalam kemasan buah A1B1C1 1.523 0.000 0.000 1.523 111 A1B1C2 1.587 0.000 0.000 1.587 158 A1B2C1 0.671 0.367 0.000 1.038 324 A1B2C2 0.330 0.154 0.000 1.484 324 A2B1C1 1.618 0.413 0.435 2.466 115 A2B1C2 1.721 0.000 0.000 1.721 114 A2B2C1 0.288 0.000 0.367 0.655 324 A2B2C2 0.569 0.309 0.309 1.187 324 Keterangan : A1 : Dengan pencelupan air 10 C A2 : Tanpa pencelupan air 10 C B1 : Kemasan kotak karton B2 : Kemasan peti kayu C1 : Disusun secara teratur C2 : Disusun secara acak Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase tingkat kerusakan mekanis tomat yang tinggi rata-rata terjadi pada kemasan yang menggunakan kotak karton. Hal tersebut terjadi karena kotak karton tidak cukup kuat untuk menahan tekanan dan beban dari arah luar misalnya beban dari tomat yang dikemas dengan kotak karton yang ditumpuk diatas tomat sampel dan mengakibatkan tomat menjadi rusak. Rata-rata kerusakan mekanik tomat yang dikemas dengan kotak karton yaitu 1.816 , sedangkan rata-rata kerusakan mekanik tomat yang dikemas dengan peti kayu yaitu 1.091 . Kerusakan mekanis tomat yang terjadi pada transportasi dapat mengakibatkan perubahan warna, bau, rasa yang tidak diinginkan, dan pembusukan yang cepat. Hasil analisis sidik ragam terhadap kerusakan mekanik kategori memar pada Lampiran 6 diperoleh nilai signifikansi untuk perlakuan B sebesar 0.002, sehingga perlakuan B berbeda nyata pada α = 0.01. Sedangkan signifikansi untuk perlakuan lainnya lebih besar dari 0.01 maupun 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan B jenis kemasan berpengaruh terhadap kerusakan tomat kategori memar pada α = 0.01, sedangkan untuk perlakuan yang lainnya tidak berpengaruh terhadap kerusakan tomat kategori memar . Hasil analisis ragam terhadap kerusakan mekanis kategori pecah diperoleh nilai signifikansi untuk seluruh perlakuan lebih besar dari 0.01 maupun 0.05. Hal tersebut berarti seluruh perlakuan tidak berpengaruh terhadap kerusakan tomat kategori pecah. Gambar 30 . Tomat yang rusak setelah pengangkutan. Hasil analisis sidik ragam terhadap kerusakan mekanik kategori luka diperoleh nilai signifikansi untuk perlakuan A sebesar 0.035, sehingga perlakuan A berbeda nyata pada α = 0.05. Sedangkan untuk perlakuan lainnya lebih besar dari 0.01 maupun 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan A pencelupan berpengaruh terhadap kerusakan tomat kategori luka pada α = 0.05, sedangkan perlakuan lainnya tidak berpengaruh terhadap kerusakan tomat kategori luka tersebut. Jumlah kerusakan yang terjadi pada tomat yaitu kerusakan memar, sedangkan kerusakan pecah dan luka hanya sedikit. Kerusakan memar tersebut banyak terjadi pada kemasan kotak karton. Hal ini terjadi karena kotak karton yang digunakan yaitu kotak karton bekas sehingga daya tahan terhadap tekanan sudah berkurang. Keadaan kotak karton dapat mempengaruhi keadaan tomat yang ada di dalam kotak karton tersebut.

C. Susut Bobot