Kandungan Total Padatan Terlarut

21,0 22,0 23,0 24,0 25,0 26,0 27,0 28,0 1 2 3 Waktu S uhu c el ci us A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2 A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2 Gambar 32. Perubahan suhu tomat dalam kemasan tiap 1 jam transportasi. Keterangan : A1 : Dengan pencelupan air 10 C A2 : Tanpa pencelupan air 10 C B1 : Kemasan kotak karton B2 : Kemasan peti kayu C1 : Disusun secara teratur C2 : Disusun secara acak Hasil analisis sidik ragam terhadap suhu tomat setelah 1 jam transportasi diperoleh nilai signifikansi untuk perlakuan A sebesar 0.005, sehingga perlakuan A berbeda nyata pada α = 0.01. Sedangkan untuk perlakuan lainnya lebih besar dari 0.01 maupun 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan A pencelupan berpengaruh terhadap suhu tomat dalam kemasan setelah 1 jam transportasi pada α = 0.01, sedangkan perlakuan lainnya tidak berpengaruh terhadap suhu tomat dalam kemasan setelah 1 jam transportasi tersebut. Hasil analisis sidik ragam suhu tomat setelah 2 jam transportasi dan setelah sampai di tujuan Karangpawitan pada menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk seluruh perlakuan lebih besar dari 0.01 maupun 0.05. Hal ini berarti seluruh perlakuan tidak berpengaruh terhadap suhu tomat dalam kemasan setelah 2 jam transportasi dan sampai di tujuan.

E. Kandungan Total Padatan Terlarut

Menurut Sjaifullah 1996, kandungan total padatan terlarut dapat menunjukkan derajat kematangan. Kadar gula meningkat sejalan dengan proses pematangan. Kandungan total padatan terlarut TPT pada suatu bahan menunjukkan kandungan gula yang terdapat pada bahan tersebut. Gambar 33. Perubahan kandungan TPT tomat sebelum dan setelah transportasi. Keterangan : A1 : Dengan pencelupan air 10 C A2 : Tanpa pencelupan air 10 C B1 : Kemasan kotak karton B2 : Kemasan peti kayu C1 : Disusun secara teratur C2 : Disusun secara acak Peningkatan kandungan total padatan terlarut dipengaruhi oleh peningkatan laju respirasi. Pada saat respirasi, terjadi pemecahan oksidatif dari bahan-bahan yang kompleks, seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Laju respirasi tomat dipengaruhi oleh kondisi tomat itu sendiri cacat atau sempurna dan kondisi lingkungannya. Keadaan tomat yang cacat dapat mempercepat laju respirasi tomat tersebut, sehingga akan mempengaruhi penampakan luar dan dalam tomat. Gambar 33 menunjukkan terjadi peningkatan kandungan total padatan terlarut hampir diseluruh jenis perlakuan. Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan laju respirasi dimana laju respirasi meningkat pada saat proses pematangan menjelang proses pemasakan, kemudian laju respirasi menurun kembali. Proses respirasi menyebabkan penurunan kandungan pati tomat dan terbentuknya gula sederhana seperti sukrosa, glukosa, dan fruktosa. 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Sebelum Setelah Waktu transportasi Kan du n g an t o tal p ad at an t erl ar u t Brix Sebelum transportasi A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2 A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2 Peningkatan kandungan total padatan terlarut yang paling tinggi terjadi pada tomat dengan perlakuan A2B1C2 dengan peningkatan 25 dari nilai kandungan total padatan terlarut sebelumnya. Hasil analisis sidik ragam terhadap kandungan total padatan terlarut tomat diperoleh nilai signifikansi untuk seluruh perlakuan lebih besar dari 0.01 maupun 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh perlakuan tidak berpengaruh terhadap kandungan total padatan terlarut.

F. pH