daripada larutan basa. Karena itu perendaman dalam larutan basa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghidrolisis kolagen.
Kisaran temperatur yang digunakan untuk ekstraksi adalah 50-100
o
C atau lebih rendah. Nilai pH ekstraksi dapat berbeda untuk setiap metode. Selanjutnya
disebutkan bahwa untuk menghilangkan zat-zat lain yang tidak larut dan dapat
mengurangi kemurnian gelatin, perlu
dilakukan penyaringan
Hinterwaldner, 1977. Pada proses pembuatan gelatin tulang ikan kakap merah Hadi, 2005
menggunakan perendaman HCl dengan konsentrasi 4, 5, 6 dengan suhu ekstraksi 80, 85, 90
o
C. Proses terbaik pembuatan gelatin tulang kakap merah menggunakan HCl 4 dengan suhu ekstraksi 80
o
C dan suhu pengovenan 55
o
C.
2.5 Mutu Gelatin
Bahan baku tulang ikan menentukan mutu kualitas gelatin. Kesegaran bahan baku menentukan dan mempengaruhi kualitas ossein dan gelatin. Semakin
segar bahan baku maka kualitas gelatin akan semakin baik Hinterwaldner, 1977. Mutu gelatin sangat ditentukan oleh sifat fisik, kimia dan fungsional yang
menjadikan gelatin sebagai karakter yang unik Sifat-sifat fisik gelatin menurut Budavari 1996 antara lain:
1. Tidak berwarna atau agak berwarna kuning transparan,
2. Rapuh
3. Tidak berbau
4. Tidak memiliki rasa
5. Berbentuk lembaran, serpihan atau tepung
6. Larut dalam air panas, gliserol dan asam asetat
7. Tidak larut dalam pelarut organik.
Menurut Poppe 1992 gelatin memiliki titik leleh di bawah 37
o
C, ini berarti gelatin dapat meleleh di dalam mulut dan mudah sekali larut. pH gelatin
terbentuk dalam larutan netral disebut titik isoelektrik. Titik isoelektrik protein gelatin berkisar antara 4,8 - 9,4, dimana gelatin yang diproses secara asam
memiliki titik isoelektrik yang lebih tinggi dibanding proses secara basa.
Kadar abu gelatin bervariasi berdasarkan jenis bahan baku dan metode pengolahannya. Gelatin komersial memiliki kekuatan gel yang cukup bervariasi
yaitu 75 – 300 bloom Tourtellote, 1980. Gelatin dari ikan berbeda dengan gelatin dari sapi atau babi yaitu titik lelehnya rendah, suhu pembentuk gelnya
rendah dan viskositasnya tinggi Leunberger, 1991. Gelatin yang diperoleh secara basa memiliki hidroksiprolin lebih tinggi
dan memiliki tirosin yang rendah dibanding gelatin dengan proses asam. Komposisi asam amino gelatin yang diperoleh dari kolagen ikan dan
Elasmobranchi lebih beragam dibandingkan gelatin dari sumber lainnya. Kadar
prolin dan hidroksiprolin gelatin ikan lebih rendah dari mamalia dan lebih rendah lagi pada ikan air dingin Eastoe dan Leach, 1977.
2.6 Manfaat Gelatin
Gelatin adalah protein yang mempunyai nilai gizi rendah karena pada gelatin tidak terkandung seluruh asam amino esensial pembentuk protein secara
lengkap. Gelatin merupakan suatu protein yang tidak mengandung asam amino triptofan oleh karena itu penggunaan gelatin lebih disukai karena sifat fisik
kimianya bukan karena nilai gizinya. Kegunaan gelatin terutama untuk mengubah cairan menjadi padatan yang
elastis atau mengubah bentuk sol menjadi gel. Reaksi pada pembentukan gel ini bersifat reversible
kerena bila gel dipanaskan akan terbentuk sol dan bila didinginkan akan terbentuk gel lagi. Keadaan tersebut membedakan gelatin
dengan gel dari pektin, alginat, albumin telur, dan protein susu yang gelnya irreversible
Johns, 1977. penggunaan gelatin sudah meluas meliputi produk pangan dan non
pangan. Sebagian besar dari total produksi gelatin diaplikasikan pada industri
makanan dalam bentuk edible gelatin. Dalam pembuatan bakery, gelatin digunakan sebagai bahan penstabil dan pengisi. Pemanfaatan gelatin dalam
produk non pangan ialah industri farmasi, teknik dan kosmetik. Pada bidang farmasi, gelatin digunakan dalam pembuatan kapsul, berperan sebagai agen
pengikat untuk tablet dan pastilles, penyamar rasa pada pil, pengganti serum, mikroenkapsulasi vitamin, dan penstabil emulsi. Dalam industri teknik
gelatin
digunakan dalam bahan pembuatan lem, kertas, cat yang berperan sebagai pengikat, dan
penstabil emulsi. Dalam industri kosmetika digunakan dalam lipstik, shampo
dan sabun. Gelatin dapat digunakan sebagai penstabil stabilizer, pembentuk gel
geling agent, pengikat binder, pengental thickner, pengemulsi emulsifier, perekat adhesive, dan pembungkus makanan yang bersifat dapat dimakan
edible coating Jones, 1977. Gelatin sebagai pembentuk gel karena mempunyai sineresis yang rendah
dan mempunyai kekuatan gel antara 220 atau 225 gr bloom Jones, 1977, sehingga dapat digunakan dalam pembuatan produk jelly. Sebagai pengemulsi
gelatin bisa diaplikasikan ke dalam sirup lemon, susu, mentega, margarine, pasta ,
dan mayonnaise. Gelatin sebagai penstabil dapat digunakan dalam pembuatan es krim dan yoghurt. Sebagai bahan pengikat, gelatin dapat digunakan dalam
produk-produk daging Jones, 1977.
Tabel 4. Aplikasi gelatin terhadap produk pangan dan non pangan berdasarkan sifat fisik-kimia
Produk fungsi Kekuatan gel
Bloom Type Viskositas Dosis
Gelatin gums • Gelling agent
• Tekstur • Elastisitas
180-260 AB Low-High 6-10
Wine gum • Gelling agent
• Tekstur • Elastisitas
100-180 AB Low-Medium
2-6
Chewable sweet
• Chewability 100-150 AB
Medium-High 0.5-3
Marsmallows • Stabilisasi
• Gelling Agent 200-260 AB
Medium-High 2-5
Nugget • Chewability
100-150 AB Medium-High
2-5 Coating
• Film Forming 120-150 AB High
0,2-1 Youghurt
• pengental • Gelling agent
• Tekstur 200-250 AB
Medium-High 0,2-1
Eskrim • Tekstur
• Stabilisasi 100-200 AB
Low-Medium 0,2-1
Kapsul • Kapsul keras
• Kapsul lunak 150-280
125-200 AB
Low-Medium Tablet
Pasta gigi Kosmetik
20-300 AB
Sumber : http:www.gelatin.co.zagltn1.htmlGel-str dan www. Koshercom.org
Ket : A = Gelatin dengan Proses Asam
B = Gelatin dengan Proses Basa
3. METODOLOGI