1 Secara langsung, yaitu peternak menjual hasil produksi ternak sapi perah langsung kepada konsumen yang datang ke lokasi ternak sapi
perah. 2 Secara tidak langsung, yaitu peternak menjual hasil produksi melalui
penyalur yaitu pedagang, pengepul dan distributor.
2.3 Sumbangan Usaha Peternak Sapi Perah
Peran usaha peternak sapi perah selain sebagai sumber protein juga merupakan sumbangan pendapatan atau sebagai tabungan khusunya bagi
keluarga peternak karena sapi akan berproduksi sepanjang tahun, pedet jantan bisa dijual dan dijadikan sapi potong, sapi perah juga mempunyai
kemampuan merubah bahan makanan menjadi protein hewani, sedangkan pedet betina
bisa dipelihara hingga dewasa dan menghasilkan produksi susu dapat diambil oleh pengepul atau KUD terdekat bahkan dari GKSI
terdekat, selain itu usaha peternakan sapi juga ikut menyerap tenaga kerja.
2.4 Usaha Peternak Sapi Perah
Pemeliharaan usaha peternak sapi perah oleh petani dilatar belakangi beberapa kepentingan yang saling mengikat yaitu investasi,
sumber tenaga pertanian, sumber pupuk, fungsi sosial budaya, dengan urutan kepentingan dipengaruhi oleh ekosistem, sikap individual petani,
tingkat pendidikan, budaya dan kebiasaan lokal. Petenakan di Indonesia umumnya merupakan usaha keluarga dipedesaan dalam skala kecil,
sedangkan skala besar masih terbatas dan merupakn usaha sapi perah yang masih baru tubuh.
Berdasarkan pola pemeliharaannya, usaha peternakan di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu peternak rakyat, peternak
semi komersil dan peternak komersil. Saat ini peternakan sapi perah di Indonesia mayoritas diusahakan oleh peternakan rakyat. Usaha peternakan
rakyat adalah usaha peternakan sapi perah yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang tidak memerlukan ijin usaha dari instansi atau
pejabat berwenang. Peternak sapi perah komersial yaitu usaha peternak sapi perah yang penghasilanya utamanya susu, dimana dalam usaha ini
telah mengunakan teknologi baru. Sedangkan peternak sapi perah semi komersial yaitu peternak sapi perah rakyat yang memerah susu bukan
sebagai penghasil utamanya, tetapi penghasil utamanya adalah dari usaha pertanian dan cara berternak yang di lakukan masih tradisional serta sapi
yang di pelihara masih relatif http:ditjennak.deptan.go.id
, 15 Januari 2013
Suhadji dalam Hidayat, 2001: 16, merumuskan pergeseran usaha peternakan rakyat menuju industri yaitu.
a. Peternakan sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan sendiri subsitance dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak kurang dari
30 persen. b. Peternakan sebagai cabang usaha dalam pertanian campuran mix
farming dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak sebesar 30-70 persen.
c. Peternkan sebagai usaha pokok single commnodity dengan komoditi lain sebagai sampingan dan pedapatan dari usaha ternak sebesar 70-
100 persen. d. Industri peternakan yaitu mengusahakan ternak secara khusus
specialized farming denga tingkat pendapatan dari usaha ternak sebesar 100 persen.
Williamson dan Payne dalam Hidayat, 2001: 10 mengemukakan bahwa setidak
– tidaknya ada tiga tipe peternakan sapi perah di daerah tropis yaiu peternakan subsisten, peternakan spesialis dan produsen skala
besar. Sedangkan berdasarkan tingkat produksi, macam teknologi yang digunakan, banyaknya hasil yang dipasarkan, maka usaha peternakan di
Indonesia dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk yaitu. 1. Usaha yang bersifat tradisional, yang diwakili oleh petani dengan lahan
sempit yang mempunyai 1 – 2 ekor ternak, baik ternak rumania besar,
rumania kecil, bahkan ayam kampung. 2. Usaha backyard yang diwakili peternak ayam ras dan sapi perah yang
telah memakai input teknologi, seperti kandang, managemen, pakan nasional, bibit unggul dan lain
– lain. 3. Usaha komersil adalah usaha yang benar
– benar menerapkan prinsip – prinsip ekonomi antara lain tujuan untuk profit maksimum.
Dilihat dari peluang pasar, pengembangan peternak sapi perah memilik prospek yang baik khususnya untuk memenuhi permintaan pasar
domestik yang masih akan terus mengalami kenaikan seiring dengan
pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan peningkatan urbanisasi. Sedangkan perkembangan suatu komoditi ditentukan antara
lain oleh peranan dan permintaan masyarakat akan komoditi tersebut. Di Kecamatn Musuk Kabupaten Boyolali usaha peternak sapi perah
merupakan salah satu aktivitas penduduk dibidang pertanian yang dipengaruhi oleh faktor fisik maupun faktor non fisik atau faktor produksi.
Adapun yang termasuk dalam faktor fisik antara lain : 1. Lahan
Usaha peternak sapi perah sangat bergantung pada ketersediaan pakan hijauan untuk keberadaan persediaan lahan untuk penanaman rumput
mutlak diperlukan. 2. Air
Air mutlak dibutuhkan dalam usaha peternak sapi perah, air dibutuhkan untuk minum dan kebutuhan mandi bagi sapi perah. Untuk
mendapatkan 1 liter susu, seekor sapi perah membutuhkan 3,5 – 4 liter
air minum. Untuk itu keberadaan atau ketersediaan air di lingkungan sekitar lokasi peternak harus diperhatikan.
3. Iklim Ketinggian tempat dari permukaan laut merupakan salah satu faktor
pengendali iklim. Perbedaan ketinggian tempat akan berpengaruh pula terhadap unsur-unsur iklim di daerah yang bersangkutan. Kondisi
iklim merupakan faktor konstan yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap produksi ternak.
4. Lokasi Lokasi usaha peternak sapi perah tidak terlalu jauh dengan TPS
Tempat Pengumpulan Susu Koperasi dan kemudahan transportasi dan komunikasi akan memudahkan dalam memasarkan produksi susu
sapi, sebab susu sapi tidak tahan lama disimpan dan mudah rusak. Kemampuan ternak sapi perah dalam berproduksi selain
dipengaruhi oleh faktor genetik, makanan dan cara pemeliharaan juga dipengaruhi oleh faktor lokasi ketinggian tempat dan temperatur. Dalam
mempertahankan kemampuan berproduksi maka harus dipertimbangkan daerah yang sesuai untuk pengembangan ternak sapi perah, yaitu pada
daerah dataran tinggi dengan suhu yang nyaman. Sapi perah dapat berkembang dengan baik dan berproduksi optimal pada daerah dengan
ketinggian 750 m dpal sampai 1200 m dpal. Temperatur udara yang nyaman bagi ternak sapi perah adalah pada suhu antara 13
o
C - 18
o
C. Kemampuan berproduksi sapi perah jenis Fries Holland FH menurut
penelitian yang dilakukan menunjukkan perbedaan dengan adanya perbedaan ketinggian daerah penelitian. Daerah dengan ketinggian tempat
kurang dari 750 m dpal akan mempunyai produksi lebih rendah dan produksi susu akan mencapai hasil yang optimal pada daerah
pemeliharaan dengan lokasi ketinggian lebih dari 750 m dpal Siregar : 1996.
2.5 Pendapatan