30
3.10.5 Keragaman sediaan
Uji keseragaman sediaan pada penelitian ini dilakukan uji keseragaman kandungan karena bobot Allopurinol tiap tablet adalah 100 mg dan bobot satu
tablet adalah 250 mg pada F1 dan F2 serta 300 mg pada F3 sampai F7, maka bobot Allopurinol tiap tablet sama dengan 40 pada F1 dan F2 serta 33,3 pada
F3 sampai F7 dari bobot tablet. Diambil secara acak 10 tablet dari masing-masing formula tablet
Allopurinol yang dibuat lalu masing-masing digerus dan ditimbang setara 50 mg dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dilarutkan dengan lalu
dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Dipipet 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda,
dipipet 2,0 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, diukur pada panjang gelombang yang diperoleh
dihitung kadar dari masing-masing tablet dan persen simpangan baku relative RSD.
Persyaratan keseragaman sediaan dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing antara 85,0 sampai 115,0 dari yang tertera pada etiket dan
simpangan baku relatif kurang atau sama dengan 6,0 Ditjen POM, 1995. 3.10.6 Uji disolusi
3.10.6.1 Penentuan kurva serapan dan linieritas kurva kalibrasi allopurinol dalam larutan HCl 0,1 N
a. pembuatan larutan induk baku dalam HCl 0,1 N
Ditimbang 50 mg bahan baku allopurinol, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml. Ditambahkan sedikit HCl 0,1 N dikocok sampai larut, lalu
31
dicukupkan HCl 0,1 N dengan sampai garis tanda, konsentrasi teoritis adalah 500 mcg ml LIB I. Selanjutnya dipipet sebanyak 10 ml dari LIB I lalu dimasukkan
ke dalam labu tentukur 50 ml lalu dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, kemudian dikocok hingga homogen, sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi teoritis 100 mcg ml LIB II. b. pembuatan kurva serapan dalam HCl 0,1 N
Dipipet LIB II sebanyak 2 ml, lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml dan ditambahkan larutan HCl 0,1 N hingga garis tanda, kemudian dikocok
homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi teoritis 8 mcg ml. Diukur pada panjang gelombang 200 - 400 nm dan sebagai blanko digunakan HCl
0,1 N.
c. pembuatan kurva kalibrasi
Dipipet LIB II sebanyak konsentrasi 100 µgml masing-masing 1,5 ml; 2,5 ml; 3,5 ml;4,5 ml; 5,5ml, masing- masing dimasukkan ke dalam labu tentukur
50 ml, dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Dikocok homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 3,0 µgml; 5,0 µgml; 7,0 µgml;
9,0 µgml; 11,0 µgml. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum. 3.10.6.2 Pengujian disolusi tablet
Uji laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan alat dissolution tester
. Medium
: 900 ml HCl 0,1 N Alat
: tipe II metode dayung Kecepatan putaran : 75 rpm
Waktu : 45 menit
32
Toleransi Q : 75
Satu tablet dimasukkan dalam wadah disolusi yang berisi 900 ml medium disolusi dengan suhu 37
± 0,5 C. Kemudian diputar dengan kecepatan 75 rpm.
Pada waktu 45 menit, larutan adekuat dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml. Selanjutnya larutan yang telah dipipet di dalam labu
tentukur 100 ml, diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, dan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh, dan sebagai
blanko digunakan HCl 0,1 N. Lalu kadarnya dihitung dengan persamaan regresi. Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet.
Dalam waktu 45 menit Allopurinol harus larut tidak kurang dari 75 Q dari jumlah yang tertera pada etiket.Toleransi Q dan jumlah yang tertera pada
etiket yang dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kriteria penerimaan zat aktif larut dengan disolusi Tahap
Jumlah yang Diuji Kinerja penerimaan
S1 6
Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5 S2
6 Rata-rata dari 12 unit S1+S2 adalah sama
atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15
S3 12
Rata-rata dari 24 unit S1+S2+S3 adalah sama atau lebih besar dari Q, tidak lebih
dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q– 15 dan tidak satu unit pun yang lebih
kecil dari Q – 25.
Ditjen POM,1995
3.11 Analisa Data Secara Statistik
Evaluasi dari sediaan tablet Allopurinol dibandingkan secara in vitro. Sebelum dibandingkan data terlebih dahulu diolah menggunakan metode statistik
33
inerfrensi untuk diuji normalitas data. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data atau variable yang digunakan dalam penelitian. Data
yang terdistribusi normal merupakan syarat untuk pengujian statistik parametrik, sementara data yang tidak terdistribusi normal pengujian menggunakan statistic
nonparametrik. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smisnov. Hasil analisis data dilihat nilai signifikannya. Jika nilai p 0.05 maka H
diterima, yang berarti data terdistribusi normal dan begitu pula sebaliknya. Apabila data
terdistribusi normal, data dibandingkan menggunakan uji anova dengan signifikansi p 0,05. Tapi apabila data tidak terdistribusi data dibandingkan
menggunakan uji kruskal-wallis dengan signifikansi p 0,05 normal Khairunnisa, dkk., 2011. Analisis statistik dilakukan menggunakan program
SPSS 16.0.
34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Sampel
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium medanese, Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti termasuk
spesies Zea Mays L dari suku Poaceae.
4.2 Pati Jagung Alami
Berat biji jagung setelah di pipil 11,5 kg. berat pati jagung alami yang didapatkan 915,8 gram.
Rendemen =
Berat Pati Berat biji jagung segar
x 100 =
0,9158 11,5
x 100 = 7,96
4.3 Pati Jagung Gelatinasi 4.3.1 Distribusi ukuran partikel
Ukuran partikel pati jagung alami dan jagung gelatinasi diperoleh dari pengayakan dengan ayakan bertingkat yaitu mesh 20, 60 dan 100. Sehingga
didapatkan masing-masing berat dari ukuran partikel mesh 20, 60, dan 100. Hasil data ukuran partikel dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data ukuran partikel pati jagung alami dan jagung gelatinasi
Ukuran partikel Pati Jagung Alami
Pati Jagung Gelatinasi
Mesh 20 1,41
1,721 Mesh 60
39,33 72,41
Mesh 100 59,26
23,87 Total
100 100
35
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pati jagung alami lebih banyak tertahan pada ayakan mesh 100 yaitu 59,26. Sedangkan pati
jagung gelatinasi distribusi ukuran partikelnya terpusat pada ayakan mesh 60 sebanyak 72,41 yang tertinggal dalam ayakan. Pati jagung alami menunjukkan
distribusi ukuran partikel yang lebih sempit dibandingkan dengan pati jagung gelatinasi.
Gambar 4.1 Presentase ukuran partikel pati jagung gelatinasi
Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa ukuran partikel pati jagung gelatinasi mesh 60 lebih besar presentasenya dibandingkan dengan ukuran partikel dengan
mesh 20 dan mesh 100.
4.3.2 Kelarutan