38
1,5 1,6
1,7 1,8
1,9 2
2,1
F1 F2
F3 F4
F5 F6
F7
W ak
tu al
ir d
eti k
Formula
F7 : Formula tablet dengan konsentrasi pati jagung gelatinasi 17
4.4.1 Uji waktu alir
Berdasarkan Tabel 4.3 dan gambar 4.3 waktu alir granul dengan bahan pengikat pati jagung gelatinasi dari formula F2 sampai dengan formula F7 terjadi
penurunan, mulai dari F2 = 1,88 detik - F7 = 1,70 detik. Pada formula pembanding pati jagung alami mempunyai waktu alir paling tinggi yaitu 2,01
detik. Walaupun terjadi variasi waktu alir dari formula tersebut tetapi tetap masih berada dalam batas penerimaan. Granul dalam bentuk bulat dan permukaan halus
akan lebih mudah untuk mengalir Cartensen, 1977. Konsentrasi pati jagung gelatinasi yang semakin besar, maka makin cepat
waktu alirnya. Hal ini disebabkan karena pati jagung gelatinasi yang digunakan sebagai pengikat mampu membentuk granul, sehingga massanya semakin mudah
mengalir yang menyebabkan waktu alir semakin cepat.
Gambar 4.3 Diagram hasil uji waktu alir massa granul
4.4.2 Sudut diam
Tabel 4.3 dan gambar 4.4
menjelaskan bahwa penurunan sudut diam dari formula F1-formula F7 yaitu : 35,25 - 28,36. Pada formula pati alami F1
menunjukkan sudut diam yang paling tinggi yaitu 35,25. Menurut Cartensen, 1977, granul yang memiliki sifat free flowing mempunyai sudut diam yang lebih kecil dari
39
10 20
30 40
F1 F2
F3 F4
F5 F6
F7
Sudut D
iam °
Formula
40. Partikel dengan bentuk yang lebih spheris memberikan sudut diam yang lebih rendah Lachman, dkk., 1989.
Hasil uji sudut diam memperlihatkan bahwa dengan penambahan konsentrasi pati jagung gelatinasi akan memperkecil sudut diam. Hal ini disebabkan semakin
banyak pati yang berbentuk granul akan mempunyai daya alir yang baik.
Hal ini menunjukkan bahwa pati jagung gelatinasi sebagai bahan pengikat memiliki
efisiensi yang lebih tinggi dari pada menggunakan pati jagung alami, karena granul tablet yang terbuat dari pati jagung gelatinasi sebagai memiliki ukuran
partikel yang lebih besar dibandingkan pati jagung alami. Semakin kecil ukuran partikel maka sudut diam yang terbentuk semakin besar Voigt, 1994.
Gambar 4.4 Diagram hasil uji sudut diam massa granul
4.4.3 Indeks tap