Hasil Kesepakatan Mediasi Antara Pemko Medan dan P2BLM

Penyelenggaraan ini mengadakan deklarasi menyepakati bahwasanya sesuai dengan Perda Kota Medan nomor 5 tahun 1988 tentang bangunan bersejarah dan nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya mendesak Pemko Medan membatalkan rencana perubahan dan peruntukan cagar budaya Lapangan Merdeka, mentaati peraturan daerah dan undang-undang tentang cagar budaya, dan berlaku jujur dan adil sesuai dengan UUD 1945.

4.9 Hasil Kesepakatan Mediasi Antara Pemko Medan dan P2BLM

Mediasi ini merupakan hal yang terakhir sampai penelitian ini disusun. Pada hari Kamis, tanggal 22 Januari 2015, bertempat di Kantor Walikota Medan, Jalan, Kapten Maulana Lubis No. 2 Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, telah dilaksanakan pertemuan mediasi permasalahan revitalisasi tempat usaha pedagang buku Lapangan Merdeka Medan, dengan Mediator Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM yaitu, Nur Kholis Anggota Komnas HAM sesuai dengan Surat Penugasan Ketua KOMNAS HAM Nomor 002SP-TUAI2015 tertanggal 16 Januari 2015. Adapun beberapa hal-hal penting model penyelesaian yang disepakati dalam pertemuan mediasi ini adalah sebagai berikut : 1. Para pihak sepakat bahwa 180 seratus delapan puluh pedagang tetap memiliki hak sebagaimana yang telah diputuskan dalam proses-proses sebelumnya. Seluruh pembagian 180 seratus delapan puluh kios ini dilakukan melalui pengundian oleh Pemko Medan dan disaksikan oleh pedagang. Universitas Sumatera Utara 2. Para pihak sepakat bahwa terkait penambahan 40 empat puluh pedagang kios tempel dan 24 dua puluh empat pedagang agen, akaan diakomodir dengan tahap-tahap sebagai berikut : a. Terkait dengan penambahan kios, akan diupayakan dengan menggunakan anggaran APBDP TA 2015 dan jika tidak memungkinkan, maka akan dianggarkan di RAPBD TA 2016 b. Untuk pembangunan tambahan kios, Pemko Medan dapat menggunakan konsultan profesional dengan permintaan mendesain di tempat yang sama untuk dilakukan penambahan. c. Terkait rencana pemindahan akan dilaksanakan secepatnya, sesuai dengan rencana semula, yaitu 180 seratus delapan puluh yang telah terdaftar di Pemko Medan, akan menempati tempat 180 kios yang sudah disediakan. d. Bangunan berupa 3 tiga kantin yang telah selesai dibangun akan dialihfungsikan menjadi kios bagi pedagang sebanyak 9 sembilan kios. Untuk 9 sembilan kios ini, pembangunannya akan diserahkan kepada P2BLM melalui pengundian dan disaksikan oleh Pemko Medan. e. Sisa anggota P2BLM sebanyak 55 lima puluh lima pedagang, ditempatkan di sisi utara dan selatan bangunan utama dekat tangga yang akan dibangun sebagaimana disebutkan di poin 2A dalam kesepakatan ini. Untuk 55 lima puluh lima kios ini, pembagiannya akan diserahkan kepada P2BLM melalui pengundian yang akan disaksikan oleh Pemko Medan. Universitas Sumatera Utara 3. Para pihak sepakat bahwa setelah adanya kesepakatan ini, tidak memungkinkan lagi untuk penambahan jumlah pedagang yang dapat diakomodir Pemko Medan, terkait dengan keterbatasan lokasi. 4. Para pihak sepakat bahwa keterbatasan lokasi tersebut dikarenakan di kawasan tersebut merupakan ruang terbuka hijau yang pemanfaatannya sangat terbatas. 5. Para pihak sepakat bahwa setelah adanya kesepakatan ini, seluruh pedagang akan melakukan konsolidasi dan rekonsiliasi, baik yang tergabung dalam ASPEBLAM dan P2BLM, dengan tetap melakukan koordinasi dengan Komnas HAM dan Pemko Medan. 6. Para pihak sepakat bahwa terhadap seluruh kios yang disediakan oleh Pemko Medan tidak diperbolehkan mengalihfungsikan peruntukan, hanya untuk kios buku sebanyak 244 dua ratus empat puluh empat kios dan kantin sebanyak 3 tiga. 7. Para pihak sepakat bahwa kios-kios yang sudah didapatkan tidak dapat diperjualbelikan dan atau disewakan kepada pihak lain. 8. Para pihak sepakat bahwa 55 lima puluh lima pedagang yang belum mendapatkan kios dapat menggunakan ruang yang tersedia di sisi utara dan selatan bangunan utama dekat tangga yang akan dibangun dengan menggunakan meja portable, dengan tetap menjaga estetika kerapihan dan keindahan. 9. Para pihak sepakat bahwa penyerahan kios akan dilaksanakan oleh Pemko Medan kepada pedagang buku dengan didahului pembuatan perjanjian pengelolaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Perda Kota Medan. Universitas Sumatera Utara 10. Para pihak sepakat bahwa para pedagang ikut serta dan atau bagian dari melestarikan cagar budaya dan sejarah Kota Medan. 11. Para pihak sepakat bahwa kesepakatan para pihak ini menjadi hukum bagi pihak yang bersepakat dan tidak tuntutan hukum di kemudian hari. Pada saat mediasi, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan sempat menolak untuk menandatangani perjanjian dengan pedagang buku dengan alasan bahwa sekretaris daerah Kota Medan sudah cukup untuk mewakili. Penolakan tersebut membuat Komnas HAM mendesak agar Kepala Dinas Perkim mau menandatangani perjanjian itu. Hal itu berdasarkan pernyataan Fadli Syahputra yang turut hadir dalam pertemuan tersebut : “Pada saat itu Pak Gunawan gak mau tanda tangan, katanya kan udah cukuplah Pak Sekda yang wakili kan jabatannya lebih tinggi. Tapi, pertama langsung disinggung sama Komnas Ham bahwa pedagang ini sebenarnya rindunya ama Bapak Gunawan, untuk meredakan suasana sambil bercanda, makanya tanda tangan ajalah sebagai ajakan halus yang pertama, masih juga gak mau, Lalu orang Komnas HAM bilang bapak harus tanda tangan karena kan Dinas Perkim yang turut membangun jadi ya harus tanda tangan”. Wawancara, Februari 2015 Kesepakatan mediasi ini kembali merubah perjanjian awal yaitu, yang hanya membangun 180 kios bertambah menjadi 244 kios. Dinas Perkim menyesalkan kesepakatan ini, akan ada efek sosial ekonomi dari penambahan kios revitalisasi. Kecemburuan sosial, perbedaan omset, dan menyatak pihak mediator yaitu, Komnas HAM tidak memperhatikan bahwasanya kios itu sudah dipindahtangankan atau diperjual belikan. Kios di Jl. Pegadaian bukan merupakan pemilik asli dari perjanjian tahun 2003. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan Pak Mukhyar : Universitas Sumatera Utara “Ini kan macam Belanda minta tanah udah dibangun nambah lagi, ini kalo minta retribusi marah mereka. Dia Komnas Ham itu gak mikir apa dampaknya, dia mengakui hak aja kewajiban orang ini apa akhirnya ini kan nanti perang lagi yang disalahkan Pemko Medan. Sebenarnya kan gini Komnas Ham seharusnya nengok ini udah dipindahtangankan belum siapa yang bermain disini kita udah tau, siapa yang bermain disini, kalo kelen pergi ke pegadaian itu coba kelen tanya siapa yang punya kios gak satu orang lagi, ada 3 kios 1orang pemiliknya dijualnya dibangun lagi di tempat lain. Seharusnya Komnas Ham liat itu udah saya bagi datanya itu harusnya satu orang satu. Tidak dipantau komnas HAM masalah begini ada yang dua nama. Bedoa ajalah semoga mereka gak berantam sesama pedagang. Mereka kemaren ada yang minta dibawah difasilitasi okelah tempat parkir sepeda motor pun jadi. Nanti ada perbedaan omset yang jualan dibawah dan diatas gak laku turun ke bawah semua itu pikiran sempit saya, jadi ada intel ngomong ama saya betu itu kemungkinan itu. Kita lah sebagai manusia mana mau direpotin nengok ke atas. Harga sama dibawah pasti lebih banyak. Gak ada fungsi lagi diatas dibangun. Pedagang lama dapat kios pedagang baru ini mau diapakan kan bisa timbul kecemburuan. Dapat kios dia pedagang lama iri, saya aja puluhan tahun bedagang baru sekarang dapat kios, dia baru muncul udah dapat kios. Ini yang ditakutkan dampak sosial”. Wawancara, Januari 2015 Akan ada pembangunan tahap ke II untuk penambahan kios. Seluruh pedagang yang tergabung dalam ASPEBLAM dan P2BLM mendapatkan kios seluruhnya, jadi total kios adalah 244 kios. P2BLM mendapatkan 125 kios sesuai dengan daftar anggota dan ini merupakan hasil dari pedagang buku yang ikut berjuang mendapatkan revitalisasi. Kesepakatan ini menandakan wujud keberhasilan perlawanan pedagang buku P2BLM terhadap Pemko Medan. Sebagai bentuk rasa syukur dan mempererat konsolidasi sesama pedagang buku bekas, maka dilaksanakan kegiatan bakar ikan di sekretariat Kontras Sumut pada tanggal 07 Februari 2015. Kegiatan ini sebagai apa yang disebut sebagai fase capaian keluaran outcome stage. Hal ini dikarenakan dilakukan pelestarian capaian dan gerakan perlawanan dikatakan berhasil untuk menikmati hasil perjuangan. Universitas Sumatera Utara Gerakan perlawanan pedagang buku sesuai dengan apa yang dikatakan Alisjahbana dimana memiliki ciri-ciri gerakan sektor informal yaitu, daerah pergerakannya mencakup seluruh Kota Medan, melakukan konsolidasi anatar sesama pedagang buku bekas yang terikat dalam organisasi P2BLM, berumur panjang sulit bagi Pemko Medan untuk menghilangkan mereka dan strategi melakukan loby dengan otoritas pemegang kebijakan yaitu Pemko Medan. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap gerakan perlawanan pedagang buku bekas sisi timur Lapangan Merdeka, peneliti menyimpulkan bahwa gerakan perlawanan ditandai dengan adanya fase pragerakan ketika pedagang mulai diintimidasi, ditekan secara struktur oleh Pemko Medan dan pengurus Aspeblam. Model relokasi pedagang buku yang menerapkan budaya top-down serta penggusuran secara paksa sebagai pendekatan represif yang ditempuh Pemko Medan sebagai awal pembentukan gerakan berkumpulnya orang-orang senasib dan membentuk organisasi Perstuan Pedagang Buku Bekas Lapangan Merdeka P2BLM. Fase membangun kesadaran dilakukan oleh tokoh pedagang buku dan Kontras. Organisasi pedagang diberikan pemahaman dan kesadaran agar berani melakukan perlawanan. Sosialisasi dan diskusi yang dilakukan untuk mengetahui strategi gerakan perlawanan yang akan digunakan pedagang buku. Membenahi organisasi menjadi organisasi perjuangan dan formal disebut sebagai fase membangun gerakan movement building stage. Pada fase ini Kontras sebagai pihak yang mengadvokasi pedagang buku memilih strategi perlawanan secara terang-terangan dan perlawanan secara sembunyi. Perlawanan terbuka pedagang buku dilakukan dengan penolakan relokasi yang disertai dengan beberapa alasan, demonstrasi sebagai aktualisasi kekecewaan pedagang dan menerobos masuk Gedung DPRD Kota Medan. Hal ini bertujuan Universitas Sumatera Utara