Tindakan Diskriminasi Penghancuran Kios Terhadap Pedagang Buku

2 Anggota menganggap pengurus tidak bertanggung jawab atas ganti rugi terhadap penghancuran 20 kios awal yang diperuntukkan untuk pondasi awal sky bridge. 3 Anggota pedagang buku ingin tetap berjualan di sisi timur Lapangan Merdeka Kondisi ini di pertegas dengan pernyataan Ibu Isdawati yang mengatakan kecewa terhadap pengurus ASPEBLAM dan tidak ada tanggung jawab dari pengurus untuk mengakomodir suara anggota pedagang buku. Berikut kutipan pernyataan beliau : “Pengurus selalu mengambil keputusan sendiri, tidak ada kompromi dengan anggota. Pengurus semacam punya ambisi dan membodohi anggota yang lainnya. Seharusnya setiap dia ketemu dengan siapapun kalo mengambil suatu keputusan dan lain-lain mereka tidak berhak mengambil keputusan sendiri harus melalui keputusan anggota kalau sudah keputusan anggota kan berarti keputusan yang akurat ketidakcocokan pemikiran. Karena kita kan organisasi, itu yang membuat kita pecah, karena sebenarnya yang anggota mau bagaimana organisasi ini berjalan dengan prosedur yang ada tanpa ada embel-embel dan maksud tertentu. Karena ada keganjalan-keganjalan dalam organisasi itu maka kami memisahkan diri. Karena kita positif kalau kita lihat pengurus keluar jalur kita lebih bagus membangun organisasi yang baru dari hati ke hati bukan dari ambisi. Tidak ada kecocokan pengurus dan anggota lainnya. Dibentuknya P2BLM itu adalah wadah yang betul-betul menjalankan wadah organisasi itu yang sebenarnya. ” Wawancara, 17 Januari 2015.

4.5 Tindakan Diskriminasi Penghancuran Kios Terhadap Pedagang Buku

Pada hari Kamis, tanggal 19 September 2013 telah terjadi peristiwa pengrusakan dan pengancaman intimidasi yang diduga dilakukan oleh Supriadi dan kawan-kawan yang mengaku di suruh Pemko Medan. Oknum yang mengklaim di suruh oleh Pemko Medan ini membawa martil, cangkul dan Universitas Sumatera Utara sejumlah alat berat lainnya. Pada hari itu pedagang buku seperti biasa sedang membuka aktifitas transaksi jual beli buku di sisi timur Lapangan Merdeka. Saat pedagang buku memulai usaha mereka, terdapat sekelompok orang yang bernama Supriadi dengan membawa cangkul, martil dan alat berat lainnya masuk ke lokasi kios pedagang buku. Pedagang pada saat itu mengira bahwa mereka adalah pekerja proyek bangunan sky bridge yang lokasinya bersebelahan dengan kios pedagang buku. Sekitar pukul 11.36 wib, tiba-tiba Supriadi menyuruh kawan-kawan merusak salah satu kios pedagang buku, dimana peristiwa pengrusakan tersebut membuat para pedagang terkejut dan panik lalu beramai-ramai mendatangi salah satu kios yang dirusak tersebut, sehingga sejumlah orang yang diperintah oleh Supriadi tersebut berhenti menghancuri kios. Para pedagang menanyakan kenapa kalian supriadi dan kawan-kawan merusak kios, lantas di jawab para perusak tersebut bahwa mereka melakukan pengrusakan karena disuruh oleh Supriadi dan mereka juga menyampaikan bahwa Supriadi sebagai kordinator lapangan yang memberi perintah untuk menghancurkan kios. Para pedagang yang tergabung dalam Persatuan Pedagang Lapangan Merdeka P2BLM menemui Supriadi yang juga berada di tempat kejadian perkara dan mengatakan kenapa danatau apa dasar kalian untuk merusak kios pedagang buku, lalu dijawab Supriadi atas dasar perintah Pemko, lalu kembali di tanya salah seorang pedagang kalau memang benar ini atas dasar suruhan Pemko mana bukti surat perintah tugas untuk menghancurkan kios ini, Supriadi tidak bisa menjawab. Para pedagang kemudian meminta kepada Supriadi dan kawan – kawan supaya menghentikan pengrusakan. Universitas Sumatera Utara Sekitar pukul 12.10 wib, Supriadi dan kawan-kawan selanjutnya mengambil posisi mundur dan mengehentikan aksi penghancuran kios milik Yuan Pasaribu, begitupun dikarenakan sikap yang sangat tidak manusiawi melakukan pengrusakan yang dilakukan para perusak menimbulkan perasaan yang sama dari para pedagang untuk mempertahan hak untuk mencari kehidupannya, dan selanjutnya para pedagang tetap mengawasi serta berjaga untuk menghindari aksi pengrusakan susulan. Sekitar Pukul 14.17 wib, Supriadi dan kawan - kawan kembali melakukan penghancuran salah satu kios, hingga membuat para pedagang secara spontan mendatangi dan menghadang lalu meminta kepada Supriadi dan kawan-kawan agar supaya menghentikan pengrusakan, lalu salah seorang suruhan Supriadi memerintahkan kepada kawan-kawanya untuk masuk ke dalam proyek yang bersebelahan dengan kios para pedagang buku bekas Lapangan Merdeka Medan. Terjadi bentrok dengan aksi saling dorong antara pedagang buku dengan oknum yang mengaku dari Pemko Medan. Kejadian tersebut beradasarkan pernyataan Fadli Syahputra : “Pada saat itu pihak Kontraktor pernah melakukan memanggil orang bayaran untuk menghancurkan atau mengahantam kami pedagang P2BLM. Itu dengan turunya sekian ratus orang yang di fasilitasi sama pihak Kontraktor dengan menggunakan jasa tukang batu untuk memasuki lahan dan menghancurkan kios. Itu sempat terjadi kontak dengan pedagang. Kami mennyikapinya secara spontanitas aja. Cara masuk orang itu pun tidak diketahui sama pedagang. Orang itu gak sekalian datang banyak, satu- satu, ya kita pikir mereka itu pekerja yang udah diambil lahan ama pengembang itu 17,5 meter. P2BLM ini tidak mau memulai, walaupun pun sudah dicurigai, tapi dibilang waktu itu ama ketua kita belum ada tindakan jangan pernah membuat tindakan. Kita sabar, lalu tiba-tiba banyak berani mereka hancurkan kios, udah ada satu itu yang dipukul mereka kek, martil, linggis, godam, ketauan sama Universitas Sumatera Utara pedagang ya ributlah. Menjerit pedagang, kumpul semua pedagang, bentrok belum sempat puku-pukulan cuman tolak-tolakan aja, gak lama itu datang pihak kepolisian medan barat di tengahi sama mereka yang sedikit beratnya ke kontraktor”. Wawancara, Januari 2015 Berdasarkan kejadian tersebut pedagang buku membuat laporan pengaduan ke pihak kepolisian. Pihak pelapor sebagai korban pengancaman dan pengrusakan kios pedagang buku yang tergabung dalam Pesatuan Pedagang Buku Lapangan Merdeka P2BLM merupakan tempat korban berjualanberdagangjual beli buku untuk mencari nafkah. Bersama dengan Kuasa Hukum P2BLM yaitu, Taufik Umar Dhani, pedagang memberikan surat pengaduan laporan. Pedagang menyatakan bahwa mereka yang cenderung untuk diperiksa dan di proses. Pihak Kepolisian secara tidak langsung membela oknum pihak Pemko atau Kontraktor, Supriadi. Ini sesuai dengan yang dikatakan Bapak Sainan : “Kita yang melapor malah kita yang diperiksa sama pihak kepolisian dan penyidik, kita jumpa langsung dengan Polsek Medan Barat, sewaktu jaman Pak Nico. Malah kita yang diproses dan disidik. Nah pada saat itu untungnya kita membawa tim advokasi kita yaitu bang Taufik Umar Dhani. Nah, diliiatnya pembicaraan itu sudah tidak mengarah lagi kepada kita membuat pengaduan, malah kita yang di proses, dihentikan Dia terus. Awalnya kan kita mau ngadu kios kita di rusak, lama-lama kenapa kita yang disidik, kita langsung keluar dan gak mau lagi kami buat surat laporan lagi. Nah, disitu kan nampak bahwa pihak kepolisian membantu pihak pengembang”. Wawancara, Januari 2015

4.6 Awal Membangun Gerakan