Analisa Kandungan Merkuri (Hg) Pada Sediaan Krim Malam yang Ada di Klinik Kecantikan dan yang Dijual Bebas di Kota Medan Tahun 2015

(1)

ANALISA KANDUNGAN MERKURI

(Hg)

PADA SEDIAAN

KRIM MALAM YANG ADA DI KLINIK KECANTIKAN

DAN YANG DIJUAL BEBAS DI KOTA MEDAN

TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH:

YUTIA HAFWENNY NIM.131021043

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

ANALISA KANDUNGAN MERKURI

(Hg)

PADA SEDIAAN

KRIM MALAM YANG ADA DI KLINIK KECANTIKAN

DAN YANG DIJUAL BEBAS DI KOTA MEDAN

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

YUTIA HAFWENNY NIM.131021043

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

ANALISA KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA SEDIAAN KRIM MALAM

YANG ADA DI KLINIK KECANTIKAN DAN YANG DI JUAL BEBAS DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

Yang diajukan dan dipertahankanoleh:

YUTIA HAFWENNY NIM : 131021043

Disahkan oleh : Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes Ir. Evi Naria, M.Kes

NIP.197000219199822001 NIP. 196803201993032001

Medan, Oktober 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 196108311989031001


(4)

ABSTRAK

Produk Kosmetik khususnya krim malam yang berfungsi sebagai krim pemutih wajah banyak beredar di Kota Medan, ada yang berasal dari Klinik Kecantikan maupun yang di jual bebas di pasaran. Hasil pengawasan Badan POM RI pada tahun 2014/2015 dibeberapa provinsi salah satunya di Kota Medan, ditemukan 27 merek kosmetik yang mengandung bahan yang di larang digunakan dalam kosmetik yaitu : Merkuri (Hg), Hidroquinon > 2%, zat warna Rhodamin B. Penggunaan merkuri dalam krim pemutih dikarenakan merkuri memiliki aktivitas untuk menghambat kerja enzim tirosinase yang berperan dalam proses pembentukan melanin. Adapun bahan alami dan aman bagi kulit wajah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pemutih yang alami seperti : kafein, coenzyme Q10, dan vitamin C. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan merkuri (Hg) pada Sediaan Krim Malam yang ada di Klinik Kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015.

Penelitian ini bersifat survei deskriptif. Sampel yang diteliti adalah 5 krim malam yang ada di klinik kecantikan yaitu (N,E,L,S, dan M) dan 10 krim malam yang dijual bebas yang terdiri dari 5 produk import yaitu (BS, O, KB, MC, dan SL) dan 5 produk lokal yaitu (P, T, CP, CJ, dan A). Pemeriksaan dilakukan dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (AAS).

Hasil menunjukkan bahwa 14 sampel krim malam yang diperiksa memiliki kandungan merkuri (Hg) dengan kadar yang bervariasi dan 1 sampel krim malam terbukti negatif merkuri (Hg). Terhadap 14 sampel yang positif ditemukan 11 sampel yang melebihi baku mutu. Sampel yang mengandung merkuri (Hg) paling tinggi adalah sampel MC sebesar 13,57 mg/kg dan sampel yang mengandung merkuri terendah adalah M sebesar 0,09 mg/kg.

Untuk itu masyarakat harus berhati-hati dalam memilih produk kosmetik khususnya krim malam yang dimanfaatkan sebagai krim pemutih wajah yang berasal dari klinik kecantikan maupun yang dijual bebas.


(5)

ABSTRACT

Cosmetic products especially night creamswhich serves as face whitening creams can be found in Medan. Not onlyin the Beauty Clinic but also sold freely in the market. Surveillance Result of Indonesia’s POM RI in 2014/2015 in several provinces includeNorth Sumatera - Medan, found 27 cosmetics brands that contain bannedingredients for cosmetics, they were: Mercury (Hg), Hydroquinone> 2%, the dye rhodamin B. Mercury is used in whitening creams because mercury has an activity to inhibit the action of the tyrosinase enzyme which involved in melanin formation process.Meanwhile, natural and safe ingredients for skin which can be utilized as natural bleaching ingredientsare caffeine, coenzyme Q10, and vitamin C. The purpose of this study was todetermine the presence of mercury (Hg) in night creams which were found in Beauty Clinic and sold freely in Medan in 2015.

This study is a descriptive study. The samples of this study were 5 night creamsfrom a beauty clinic (N, E , L, S, and M) and 10 night creams which were sold freely, consists of 5 importedproducts (BS, O, KB, MC, and SL) and 5 local products (P, T, CP, CJ, and A ). The examination was conducted by using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).

Results showed that 14 night cream samples which has been examined contain mercury (Hg) with varying levels and 1 night cream samplewas provenhas negative mercury (Hg). From 14 positive samples, researcher found 11 samples that exceeded the quality standard. The samples which containing the highest mercury (Hg) is sample MC that has 13.57 mg/ kg Hg and the samples which containing the lowest mercury is sample M that has 0.09 mg/ kg Hg.

Therefore, people should be careful in choosing cosmetic products especially in choosing a night cream that is used as face whitening cream which is purchasedin the beauty clinic or in the market.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yutia Hafwenny

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 24September 1991

Suku Bangsa : Aceh

Agama : Islam

Nama Ayah : Junidan Daud

Suku Bangsa Ayah : Aceh

Nama Ibu : Sitti Khadijah Pohan

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/ Tamatan tahun : SD Swasta Melati Medan/2003 2. SLTP/ Tamatan tahun : SMP N 11 Medan/2006

3. SLTA/Tamatan tahun : SMA N 3 Medan/2009

4. Diploma III/Tamatan tahun : Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes RI Medan/2012


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat beserta hidayah-Nya kepada peneliti sehingga Skripsi yang

berjudul “Analisa Kandungan Merkuri (Hg) Pada Sediaan Krim Malam Yang Ada Di Klinik Kecantikan Dan Yang Di Jual Bebas Di Kota Medan Tahun 2015” dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Selama pelaksanaan penelitian penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan, dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Ir. Indra Chahaya S, M.Si dan Dra. Nurmaini, MKM., Ph.D, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.


(8)

5. Ir. Evawani Yunita Aritonang, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Kepala Laboraturium Balai Riset Dan Standarisasi Industri Medan dan seluruh staf yang bertugas telah memberikan pengetahuan dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Orang Tua tercinta, Ayahanda Junidan Daud dan Ibunda Sitti Khadijah, kakak saya Fitria Kartika, Adik tersayang Hady Muchbir dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat, inspirasi serta doa untuk penulisan skripsi ini.

8. Kekasih tercinta Nasrul Kahfi yang selalu setia memberikan dukungan, motivasi, dan semangat serta pengertiannya yang tak terkira kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Calon kakak ipar tersayang Romasepfani yang selalu meluangkan waktunya kepada penulis guna membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat tersayang (Ajeng, Rizka, Fatih, Kak Widya, Mala, Kak Anggi, Kak Elvi, Licha) yang turut memberikan semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

11.Sahabat tersayang Rosa Ratna Sari dan teman-teman di Peminatan Kesehatan Lingkungan yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.


(9)

12.Teman-teman Pengalaman Belajar Lapangan (Ivan, Meutia, Fitri, Dhani, Mitha) yang turut memberikan motivasi dan semangatnya dalam penulisan skripsi ini.

13.Teman-teman Latihan Kerja Peminatan (Anggi, Vina, Meutia, Prisil, Kak Valen) yang telah memberikan doa dan dukungannya kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi memperkaya materi skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang baik khususnya teman dibidang Kesehatan Masyarakat.

Medan, Oktober 2015


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... . v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalah Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... . 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1Merkuri ... 8

2.1.1 Pengertian Umum... 8

2.1.2 Sumber Merkuri ... 10

2.1.2.1 Terdapat Di Alam ... 10

2.1.2.2 Hasil Aktifitas Manusia... 10

2.1.3 Toksikologi Merkuri Di Lingkungan ... 11

2.1.4 Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan ... 11

2.1.5 Kinetika Merkuri ... 12

2.1.6 Sifat Merkuri ... 14

2.1.7 Senyawa Merkuri Anorganik ... 15

2.1.8 Senyawa Merkuri Organik ... 16

2.1.9 Mekanisme Kerja Merkuri Dalam Tubuh ... 18

2.1.10 Toksisitas Merkuri Dalam Tubuh ... 19

2.1.11 Efek Merkuri Terhadap Manusia dan Lingkungan ... 20

2.1.11.1 Efek Merkuri Pada Manusia ... 21

2.1.11.1.1 Keracunan Akut ... 21

2.1.11.1.2 Keracunan Kronis ... 22

2.1.12 Identitas Merkuri ... 24

2.1.13 Sifat Fisikokimia Merkuri ... 24

2.1.14 Metode Analisi Merkuri ... 25

2.2 Mercury Analyzer ... 28


(11)

2.2.2 Prinsip Kerja ... 28

2.3 Kulit ... 29

2.3.1 Defenisi Kulit ... 29

2.3.2 Struktur Kulit ... 29

2.3.3 Jenis Kulit ... 30

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Jenis Kulit ... 31

2.3.5 Mikrobiologi Kulit ... 32

2.3.6 Mekanisme Pertahanan Kulit ... 32

2.4 Kosmetik ... 33

2.4.1 Defenisi Kosmetik ... 33

2.4.2 Penggolongan Kosmetik ... 35

2.4.3 Bahan dan Komposisi Kosmetik ... 36

2.4.3.1 Bahan Kosmetik ... 36

2.4.3.2 Komposisi Kosmetik ... 38

2.4.4 Efek Samping Kosmetik ... 39

2.4.4.1 Efek Samping pada Kulit ... 39

2.5 Defenisi Krim ... 41

2.5.1 Penggolongan Krim ... 41

2.5.2 Krim Pemutih (bleaching cream) ... 43

2.5.3 Bahan-bahan Penyusun Krim ... 44

2.6 Kerangka Konsep ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1Jenis Penelitian ... 47

3.2Teknik Pengambilan Sampel... 47

3.3Lokasi, Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 47

3.3.2 Tempat Penelitian... 47

3.3.3 Waktu Penelitian ... 48

3.4 Objek Penelitian ... 48

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 49

3.5.1 Data Primer ... 49

3.5.2 Data Sekunder ... 49

3.6 Defenisi Operasional ... 49

3.7 Aspek Pengukuran ... 50

3.7.1 Komposisi Krim Malam ... 50

3.7.2 Karakteristik Krim Malam ... 51

3.7.2.1 Karakteristik Bau Krim Malam ... 51

3.7.2.2 Karakteristik Warna Krim Malam ... 51

3.7.2.3 Karakteristik Konsistensi Krim Malam ... 51

3.7.3 Pemeriksaan Merkuri ... 52

3.8 Pelaksanaan Penelitian ... 52

3.8.1 Alat dan Bahan ... 52

3.8.1.1 Alat ... 52


(12)

3.8.2 Peparasi Sampel (proses destruksi) ... 54

3.8.3 Persiapan Sampel ... 55

3.8.4 Prosedur Analisa Alat AAS-MVU ... 55

3.9 Teknik Analisa Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 58

4.1 Komposisi Krim Malam ... 58

4.2 Karakteristik Krim Malam ... 60

4.3 Hasil Pemeriksaan Laboraturium Secara Kualitatif ... 62

4.4 Hasil Pemeriksaan Laboraturium Secara Kuantitatif ... 63

BAB V PEMBAHASAN ... 66

5.1Komposisi Pada Kemasan Krim Malam ... 66

5.2 Karakteristik Krim Malam ... 68

5.3 Kandungan Merkuri (Hg) Pada Krim Malam ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 75

6.1 Kesimpulan ... 76

6.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Dermatitis Kontak Alergik Karena Bedak (Kosmetik)... 39

Gambar 2.2 Akne Kosmetika………... 40


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Bahan Kosmetik Yang Sering Menimbulkan Efek Samping... 41

. Tabel 4.1Komposisi Pada Kemasan Krim Malam…... 58

Tabel 4.2 Karakteristik Krim Malam…………... 61

Tabel 4.3 Hasil Analisa Kualitatif Logam Merkuri…... 63


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 : Daftar Bahan yang Tidak Diizinkan Untuk Digunakan

Dalam Kosmetika... 79

Lampiran 2 : Permenkes RI No.445/Menkes/Per/V/1998 Tentang Kosmetik... . 80

Lampiran 3 : BPOM No.17 Tahun 2014... 89

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian ... . 94

Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian... 95


(16)

ABSTRAK

Produk Kosmetik khususnya krim malam yang berfungsi sebagai krim pemutih wajah banyak beredar di Kota Medan, ada yang berasal dari Klinik Kecantikan maupun yang di jual bebas di pasaran. Hasil pengawasan Badan POM RI pada tahun 2014/2015 dibeberapa provinsi salah satunya di Kota Medan, ditemukan 27 merek kosmetik yang mengandung bahan yang di larang digunakan dalam kosmetik yaitu : Merkuri (Hg), Hidroquinon > 2%, zat warna Rhodamin B. Penggunaan merkuri dalam krim pemutih dikarenakan merkuri memiliki aktivitas untuk menghambat kerja enzim tirosinase yang berperan dalam proses pembentukan melanin. Adapun bahan alami dan aman bagi kulit wajah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pemutih yang alami seperti : kafein, coenzyme Q10, dan vitamin C. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan merkuri (Hg) pada Sediaan Krim Malam yang ada di Klinik Kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015.

Penelitian ini bersifat survei deskriptif. Sampel yang diteliti adalah 5 krim malam yang ada di klinik kecantikan yaitu (N,E,L,S, dan M) dan 10 krim malam yang dijual bebas yang terdiri dari 5 produk import yaitu (BS, O, KB, MC, dan SL) dan 5 produk lokal yaitu (P, T, CP, CJ, dan A). Pemeriksaan dilakukan dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (AAS).

Hasil menunjukkan bahwa 14 sampel krim malam yang diperiksa memiliki kandungan merkuri (Hg) dengan kadar yang bervariasi dan 1 sampel krim malam terbukti negatif merkuri (Hg). Terhadap 14 sampel yang positif ditemukan 11 sampel yang melebihi baku mutu. Sampel yang mengandung merkuri (Hg) paling tinggi adalah sampel MC sebesar 13,57 mg/kg dan sampel yang mengandung merkuri terendah adalah M sebesar 0,09 mg/kg.

Untuk itu masyarakat harus berhati-hati dalam memilih produk kosmetik khususnya krim malam yang dimanfaatkan sebagai krim pemutih wajah yang berasal dari klinik kecantikan maupun yang dijual bebas.


(17)

ABSTRACT

Cosmetic products especially night creamswhich serves as face whitening creams can be found in Medan. Not onlyin the Beauty Clinic but also sold freely in the market. Surveillance Result of Indonesia’s POM RI in 2014/2015 in several provinces includeNorth Sumatera - Medan, found 27 cosmetics brands that contain bannedingredients for cosmetics, they were: Mercury (Hg), Hydroquinone> 2%, the dye rhodamin B. Mercury is used in whitening creams because mercury has an activity to inhibit the action of the tyrosinase enzyme which involved in melanin formation process.Meanwhile, natural and safe ingredients for skin which can be utilized as natural bleaching ingredientsare caffeine, coenzyme Q10, and vitamin C. The purpose of this study was todetermine the presence of mercury (Hg) in night creams which were found in Beauty Clinic and sold freely in Medan in 2015.

This study is a descriptive study. The samples of this study were 5 night creamsfrom a beauty clinic (N, E , L, S, and M) and 10 night creams which were sold freely, consists of 5 importedproducts (BS, O, KB, MC, and SL) and 5 local products (P, T, CP, CJ, and A ). The examination was conducted by using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).

Results showed that 14 night cream samples which has been examined contain mercury (Hg) with varying levels and 1 night cream samplewas provenhas negative mercury (Hg). From 14 positive samples, researcher found 11 samples that exceeded the quality standard. The samples which containing the highest mercury (Hg) is sample MC that has 13.57 mg/ kg Hg and the samples which containing the lowest mercury is sample M that has 0.09 mg/ kg Hg.

Therefore, people should be careful in choosing cosmetic products especially in choosing a night cream that is used as face whitening cream which is purchasedin the beauty clinic or in the market.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmein” artinya berhias. Kosmetik digunakan secara luas baik untuk kecantikan maupun untuk kesehatan. Masyarakat di zaman Mesir Kuno sudah memanfaatkan merkuri pada abad ke 18. Dunia kedokteran memakai merkuri sebagai obat sifilis, tapi sekarang semua bahan obat dokter yang mengandung merkuri sudah ditinggalkan karena merkuri adalah logam berat yang berbahaya bagi kesehatan (BPOM, 2003).

Data arkeologi juga menunjukkan bahwa masyarakat pada waktu itu menggunakan berbagai bahan alami untuk mengawetkan jasad manusia yang telah meninggal, agar tetap utuh sehingga tidak mengganggu penampilan dalam perjalanan jauh yang dilakukannya kemudian. Dalam sejarah, kosmeteologi memang tidak dapat dipisahkan dari ilmu kedokteran. Para tabib yang saat itu ahli kesehatan yang dapat mengobati penyakit dan juga ahli dalam membuat sediaan kosmetika untuk kecantikan, terutama bagi para wanita. Oleh karena itu kekuasaan para tabib pada saat itu setara dengan para menteri Negara dewasa ini.Sejarah mengenai kosmeteologi di Indonesia telah di mulai jauh sebelum zaman penjajahan Belanda, namun tidak ada catatan yang jelas mengenai hal tersebut yang dapat dijadikan pegangan. Legenda yang ada dapat diperkirakan adanya usaha dan cara untuk meningkatkan kecantikan dengan kosmetika tradisional. Baru pada pertengahan abad ke-17 terbit buku De Indiae Untriusquere Naturall et Medica (Jacobus Rontius) yang mengupas beberapa


(19)

obat dan kosmetika tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, disusul dengan

Catalogus Horti Academici Ludguno Batavi (1687) dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997).

Sehat dalam arti luas adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial.Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita suatu penyakit, baik penyakit yang mengenai kulit secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna, kelenturan, tebal dan tekstur kulit. Berbagai faktor yang mempengaruhi penampilan kulit sehat, misalnya umur, ras, iklim, sinar matahari serta kehamilan. Seiring berjalannya waktu pemakaian kosmetik bertambah yaitu untuk mempercantik diri, mengubah rupa, menutupi kekurangan dan menambah daya tarik dengan keharuman kulit. Sesuai dengan perkembangan zaman, bentuk kosmetik semakin praktis dan mudah digunakan. Bahan yang dipakai dalam kosmetik, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya, tetapi sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan. Keinginan manusia untuk menjadi cantik ataupun tampan adalah faktor utama yang mendorong manusia menggunakan kosmetik pemutih wajah (BPOM, 2008).

Saat ini jenis kosmetika yang banyak digunakan masyarakat khususnya para wanita adalah produk bleaching cream yang lebih dikenal sebagai krim pemutih. Hal ini dikarenakan produk tersebut dapat memutihkan dan menghaluskan kulit wajah dalam waktu singkat. Dibeberapa Negara di Afrika, efek samping kosmetik sudah merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sulit diatasi. Di Swedia selama lima


(20)

tahun 1989-1994 dilaporkan 191 kasus efek samping kosmetik dari 253 jenis kosmetik, dengan pelembab menjadi golongan tersering menimbulkan efek samping kosmetik, sedang pengharum merupakan bahan yang sering menimbulkan reaksi alergi. Di daerah Sub Sahara seperti Mali, dan Senegal, penggunaan pemutih kulit mencapai 25% pada wanita dewasa, juga pada pria. Bahan pemutih yang digunakan antara lain hidrokinon, superpoten kortikosteroid, bahan kaustik dan sabun yang mengandung merkuri. Produk tersebut di oleskan keseluruh tubuh sekali atau dua kali sehari sampai beberapa tahun dan mudah didapat dipasaran dengan harga yang murah. Sedangkan di Belanda survey menemukan sebesar 12,2% pemakai kosmetik mengeluh pernah menderita efek samping kosmetik.(Djajadisastra, 2005).

Angka kejadian efek samping kosmetik juga cukup tinggi terjadi di Indonesia, terbukti dengan selalu di jumpainya kasus efek samping kosmetik pada praktek seorang dermatologi. Reaksi efek samping kosmetik yang terjadi disebabkan karena penambahan bahan aditif untuk meningkatkan efek pemutih, disamping karena penggunaan jangka panjang pada area yang luas pada tubuh, di iklim yang panas dan lembab yang kesemuanya meningkatkan absorbsi melewati kulit. Penelitian yang dilakukan oleh YPKKI (Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia) pada bulan april tahun 2002 terhadap 27 produk pemutih wajah dan anti kerut yang beredar di pasaran, ternyata kebanyakan dari produk tersebut masih dalam kategori obat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dari 20 merek yang dijadikan sampel yang diteliti menunjukkan ada lima merk kosmetik pemutih wajah yang telah terdaftar tetapi masih mengandung merkuri, meskipun kadarnya kecil. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen


(21)

Kesehatan RI (BALITBANG DEPKES RI) telah melakukan penelitian kandungan merkuri dalam rambut pemakai krim pemutih kulit dan diperoleh kadar merkuri dengan jumlah relatif tinggi (LITBANG DepKes RI, 2002).

Berdasarkan PERMENKES RI No.445/MENKES/PER/V/1998 tentang Bahan, Zat warna, Substratum, Zat Pengawet dan Tabir Surya pada kosmetik, yang menyatakan bahwa Raksa dan Senyawanya Dilarang Digunakan dalam kosmetik. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.17 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. Hk.03..1.23.07.11.6662 Tahun 2011 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika, yang menyatakan kadar logam merkuri tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/L (1 bpj). Absorpsi kosmetik melalui kulit terjadi karena kulit mempunyai celah anatomis yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat yang melekat di atasnya. Dampak dari absorpsi ini ialah efek samping kosmetik yang dapat berlanjut menjadi efek toksik kosmetik. Pemakaian merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit serta pemakaian dengan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin bahkan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi juga dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan paru-paru serta merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) pada manusia (BPOM, 2006).

Produk Kosmetik khususnya krim malam yang berfungsi sebagai krim pemutih wajah banyak beredar di Kota Medan, ada yang berasal dari Klinik


(22)

Kecantikan maupun yang di jual bebas di pasaran. Hasil pengawasan Badan POM RI pada tahun 2014 dan 2015 dibeberapa provinsi salah satunya di Kota Medan, ditemukan 27 merek kosmetik yang mengandung bahan yang di larang digunakan dalam kosmetik yaitu : Merkuri (Hg), Hidroquinon > 2%, zat warna Rhodamin B dan Merah K.3, 15. Penggunaan merkuri dalam krim pemutih dikarenakan merkuri memiliki aktivitas untuk menghambat kerja enzim tirosinase yang berperan dalam proses pembentukan melanin. Melanin adalah pigmen coklat tua yang dihasilkan oleh melanosit dan disimpan dalam sel-sel epidermis kulit yang mempunyai fungsi sebagai pelindung epidermis dan dermis dari bahaya radiasi ultraviolet (Harahap, 2000).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fina (2006), terhadap 10 sampel kosmetik krim pemutih produksi China ditemukan adanya kadar merkuri (Hg) dengan kadar (dalam ppm) yang bervariasi, yaitu : TJ (11,74), QL (17,60), RDL (0,11), QY

(24,11), CM (68,70), TS (13,30), MY (24,60), IL (22,68), DL (22,61), dan NS (37,80).

1.2 Perumusan Masalah

Kosmetik yang mengandung merkuri khususnya krim malam yang dimanfaatkan sebagai krim pemutih dapat membahayakan kesehatan bagi masyarakat yang menggunakannya. Maka berdasarkan hal tersebut perumusan masalah yang ada yaitu belum diketahui ada tidaknya kandungan merkuri pada sediaan krim malam dari klinik kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015.


(23)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui keberadaan merkuri (Hg) pada sediaan krim malam yang ada di klinik kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui komposisi zat pada kemasan krim malam yang ada di klinik kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015.

2. Untuk mengetahui karakteristik krim malam yang ada di klinik kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015

3. Untuk mengetahui keberadaan merkuri (Hg) pada sediaan krim malam yang ada di klinik kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015.

4. Untuk mengetahui kandungan merkuri (Hg) pada sediaan krim malam yang ada di klinik kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan di bandingkan dengan Permenkes RI No.445/Menkes/Per/V/1998 dan Peraturan Kepala BPOM RI No.17 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. Hk.03..1.23.07.11.6662 Tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih

kosmetik dan produk kecantikan lainnya, khususnya krim pemutih wajah

2. Sebagai informasi kepada masyarakat agar memilih produk kosmetik yang sudah teregistrasi oleh BPOM

3. Memperluas pengetahuan masyarakat akan bahaya dari pemakaian krim pemutih wajah yang mengandung merkuri (Hg)


(24)

4. Dapat memberikan masukan bagi pihak pemerintah dalam mengawasi produk kosmetik, khususnya krim pemutih wajah yang beredar di masyarakat


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Merkuri

2.1.1 Pengertian Umum

Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak, serta mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) akan memadat pada tekanan 7.640 Atm. Merkuri (Hg) memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59 g/mol, titik beku -39o C, dan titik didih 356,6oC.

Kelimpahan merkuri (Hg) di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Merkuri jarang didapatkan dalam bentuk bebas di alam, tetapi berupa bijih cinnabar (HgS). Untuk mendapatkan Hg dari cinnabar, dilakukan pemanasan bijih cinnabar di udara sehingga menghasilkan logam Hg (Widowati, 2008).

Menurut Lubis (2002) yang mengutip dari Carl Zekk (1994) dan Joseph La Dou (1990), produksi air raksa diperoleh terutama dari bijih cinnabar (86,2% air raksa). Salah satu cara melalui pemanasan bijih dengan suhu 800oC dengan menggunakan O2 (udara), sulfur yang dikombinasi dengan gas O2, melepaskan

merkuri sebagai uap air yang mudah terkonsentrasi. Cinnabar juga dapat dipanaskan dengan kapur dan belerang bercampur kalsium akan melepaskan uap logam merkuri. Bijih merkuri juga ditemukan pada batu dan bercampur dengan bijih lain seperti tembaga, emas, timah, seng, dan perak.

Dalam keseharian, pemakaian bahan merkuri telah berkembang sangat luas. Merkuri digunakan dalam bermacam-macam perindustrian, untuk peralatan-peralatan


(26)

elektris, digunakan untuk alat-alat ukur, dalam dunia pertanian, bahan kosmetika dan keperluan lainnya. Demikian luasnya pemakaian merkuri, mengakibatkan semakin mudah pula organisme mengalami keracunan merkuri (Palar, 2008).

Untuk bahan kosmetik, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang penggunaan merkuri meskipun dengan konsentrasi kecil. Beberapa catatan diketahui bahwa kadar merkuri dalam jaringan sebesar 0,1 – 1 ppm sudah dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh sedangkan menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety) paparan merkuri pada tubuh manusia mencapai 200 s/d 500 (Wurdiyanto, 2007).

Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu:

1. Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi klorin dari sodium klorida.

2. Merkuri anorganik: dalam bentuk Hg++(Mercuric) dan Hg+(Mercurous) Misalnya:

a. Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan

b. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder dan laksansia (calomel)


(27)

3. Merkuri organik : terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain :

a. Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb. dapat menyebabkan gangguan neurologis dan kongenital.

b. Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai antiseptik dan fungisida.

2.1.2 Sumber Merkuri 2.1.2.1Terdapat di Alam

Sebagai hasil tambang, merkuri dijumpai dalam bentuk mineral HgS yang disebut sinabar (cinnabar). Terdapat sebagai batuan dan lapisan batuan yang terhampar di Spanyol, Itali, dan bagian Amerika, serta banyak di distribusikan sebagai batuan, abu, dan larutan.

2.1.2.2Hasil Aktifitas Manusia

Menurut Widowati (2008) yang mengutip dari Herman (2006), sumber merkuri dari hasil aktifitas manusia antara lain pembuangan tailing pengolahan emas tradisional yang diolah secara amalgamasi, dimana merkuri mengalami perlakuan tertentu berupa putaran, tumbukan, atau gesekan, sehingga sebagian merkuri akan membentuk amalgam dengan logam-logam (Au, Ag, Pt) dan sebagian hilang dalam proses.


(28)

2.1.3 Toksikologi Merkuri di Lingkungan

Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri ke lingkungan umumnya berasal dari kegiatan gunung api, rembesan air tanah yang melewati daerah deposit merkuri dan lain-lain. Namun demikian, meski sangat banyak sumber keberadaan merkuri di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan tertentu secara alamiah, tidaklah menimbulkan efek-efek merugikan bagi lingkungan karena masih dapat ditolerir oleh alam. Merkuri menjadi bahan pencemar sejak manusia mengenal industri, kemudian menggali sumber daya alam dan memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk kebutuhannya (Palar, 2008).

Penggunaan merkuri di dalam industri sering mengakibatkan pencemaran lingkungan, baik melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara. Merkuri yang terbuang ke sungai, pantai atau badan air di sekitar industri-industri tersebut dapat mengkontaminasi ikan dan makhluk air lainnya, termasuk ganggang dan tumbuhan air. Ikan-ikan dan hewan air tersebut kemudian dikonsumsi manusia sehingga manusia terpapar merkuri di dalam tubuhnya. FDA (Food and Drug Administration) menetapkan batasan kandungan merkuri maksimum adalah 0,005 ppm untuk makanan, sedangkan WHO (World Health Organization) menetapkan batasan maksimum untuk air, yaitu 0,001 ppm (Kristanto, 2002).

2.1.4 Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan

Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali, dimana produksi klorin (Cl2) dan kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis garam NaCl.


(29)

setiap tahun. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai katode dari sel elektrolisis (Kristanto,2002).

Pada peralatan listrik, merkuri ditemukan pada lampu listrik. Sementara itu, di laboratorium logam merkuri digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh adalah termometer. Dalam pekerjaan laboratorium, banyak pekerja yang mengalami keracunan merkuri secara kronis. Hal itu terjadi karena uap dari tumpahan merkuri yang tidak terlihat, sedikit demi sedikit terhirup oleh para pekerja.

Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri banyak digunakan sebagai fungisida, dimana hal ini menjadi penyebab yang cukup penting dalam peristiwa keracunan merkuri pada organisme hidup. Karena penyemprotan yang dilakukan secara terbuka dan luas, maka banyak organisme hidup lainnya yang terkena senyawa racun tersebut. Sehingga dari penyemprotan fungisida tersebut tidak hanya membunuh jamur melainkan juga organisme hidup lainnya.

Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil merkuri asetat). Pemakaian dari senyawa FMA bertujuan untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Hal ini menjadi sangat berbahaya, karena kertas seringkali digunakan sebagai alat pembungkus makanan (Palar, 2008).

2.1.5 Kinetika Merkuri

Merkuri merupakan elemen dari kerak bumi. Manusia tidak dapat membuat atau memusnahkan merkuri. Merkuri murni adalah logam cair, kadang-kadang disebut sebagai raksa yang mudah menguap. Secara tradisional telah digunakan untuk membuat produk seperti termometer dan beberapa bola lampu. Sumber utama


(30)

merkuri (Hg) di atmosfer adalah penguapan Hg dari tanah dan air, disamping itu pembakaran fosil terutama batu bara. Kadar Hg diudara naik dapat disebabkan oleh pembuangan sampah padat seperti termometer Hg, baterai, pemakaian cat yang mengandung Hg, anti jamur dan pestisida serta pembakaran limbah minyak. Sumber utama pada air dari buangan industri (terutama industri tambang emas) dan proses pelapukan batuan karena pengaruh iklim. Merkuri dari udara yang masuk kedalam air atau tanah dapat melarut ke dalam air. Setelah tersimpan, mikroorganisme tertentu dapat mengubahnya menjadi metil merkuri, bentuk yang sangat beracun yang terdapat pada ikan, kerang, dan hewan yang makan ikan. Kerang dan ikan adalah sumber utama metil merkuri eksposur ke manusia. Metil merkuri terbentuk lebih banyak pada beberapa jenis ikan dan kerang daripada yang lain. Tingkat metil merkuri di kerang dan ikan tergantung pada apa yang mereka makan, berapa lama mereka hidup dan berapa tinggi mereka dalam rantai makanan (Anonimous, 2011).

Manusia dapat terpajan uap Hg bila bernafas dalam lingkungan yang terkontaminasi oleh uap Hg, menelan atau makan makanan atau minum air yang terkontaminasi oleh Hg, dan melalui kulit yang kontak dengan Hg yang terdapat dalam krim pemutih kulit. Jadi pajanan dapat melalui udara, air, makanan dan kontak dengan kulit. Ketika manusia menelan Hg dalam jumlah kecil <0,01% dari Hg tersebut akan masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan dan tidak menimbulkan sakit. Bila jumlah lebih besar tertelan oleh seseorang sangat kecil yang akan terserap oleh tubuh. Ketika terhirup uap Hg, 80% Hg masuk ke dalam aliran darah secara langsung melalui paru-paru, kemudian dengan cepat akan menyebar ke bagian-bagian lain termasuk otak dan ginjal.


(31)

Biomarker dapat digunakan untuk memperkirakan pajanan (jumlah yang diabsorpsi atau dosis internal), efek-efek bahan kimia dan kerentanan pada individu, dan dapat diaplikasikan apakah dari makanan, lingkungan, atau tempat kerja. Biomarker pajanan yang umum digunakan adalah pemeriksaan kadar Hg dalam darah, urine, dan rambut. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan kadar Hg adalah

Atomic Absorpion Spectrophotometer (AAS) untuk memeriksa total merkuri dalam makanan, darah, urine, rambut dan jaringan (Inswiasri, 2008).

Kriteria World Heath Organization (WHO) tahun 1990 menyatakan bahwa kadar normal Hg dalam darah berkisar antara 5 µg/l – 10 µg/l, dalam rambut berkisar antara 1 mg/kg – 2 mg/kg, sedangkan dalam urine rata-rata 4 µg/l.

2.1.6 Sifat Merkuri

Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan untuk keperluan kimia dan industri. Beberapa sifat tersebut di antaranya adalah:

1. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar (25oC) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain, yaitu -39oC. 2. Masih berwujud cair pada suhu 396oC. Pada temperatur 396oC ini telah terjadi

pemuaian secara menyeluruh.

3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam lain.

4. Merkuri dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap basa.


(32)

6. Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor terbaik dibanding semua logam lain.

7. Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut dengan amalgam.

8. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup (Kristanto, 2002).

2.1.7 Senyawa Merkuri Anorganik

Logam merkuri termasuk ke dalam kelompok merkuri anorganik. Dalam bentuk logamnya, merkuri berbentuk cair, dan sangat mudah menguap. Uap merkuri dapat menyebabkan efek samping yang sangat merugikan bagi kesehatan. Diantara sesama senyawa merkuri anorganik, uap logam merkuri (Hg) merupakan yang paling berbahaya. Ini disebabkan karena sebagai uap, merkuri tidak terlihat dan dengan sangat mudah akan terhisap seiring kegiatan pernafasan yang dilakukan. Pada saat terpapar oleh logam merkuri, sekitar 80% dari logam merkuri akan terserap oleh alveoli paru-paru dan jalur-jalur pernafasan untuk kemudian ditransfer ke dalam darah (Palar, 2008).

Dalam darah akan mengalami proses oksidasi, yang dilakukan oleh enzim hidrogenperoksida katalase sehingga berubah menjadi ion Hg2+. Ion merkuri ini

selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh bersama dengan peredaran darah. Hgo E.Hidrogenperoksida katalase Hg2+

Pada hewan percobaan seperti kelinci, tikus dan kera, 1% dari jumlah yang diserap ini akan terakumulasi di otak. Jumlah merkuri yang menumpuk tersebut, 10 kali lebih besar bila dibandingkan dengan senyawa merkuri lain yang masuk atau


(33)

dimasukkan ke dalam tubuh dengan dosis yang sama. Selain penumpukan merkuri terjadi pada otak, logam ini juga terserap dan menumpuk pada ginjal dan hati. Namun demikian penumpukan yang terjadi pada organ ginjal dan hati masih dapat dikeluarkan bersama urin dan sebagian akan menumpuk pada empedu. Selain menumpuk pada organ tubuh tersebut, merkuri juga mampu menembus membran plasenta (Palar, 2008).

Toksisitas akut dari merkuri anorganik meliputi gejala muntah, kehilangan kesadaran, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, albuminuria, anuria, uraemia, ulserasi, dan stomatitis. Sementara toksisitas kronis dari merkuri anorganik meliputi gejala gangguan sistem saraf, antara lain tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus (Widowati, 2008).

2.1.8 Senyawa Merkuri Organik

Senyawa-senyawa merkuri organik telah lama akrab dengan kehidupan manusia. Yang paling terkenal diantaranya adalah senyawa alkil-merkuri. Beberapa senyawa alkil-merkuri yang banyak digunakan, terutama di kawasan negara-negara sedang berkembang adalah metil merkuri khlorida (CH2HgCl) dan etil khlorida

(C2H5HgCl). Senyawa-senyawa tersebut digunakan sebagai pestisida dalam bidang

pertanian.

Sekitar 80% dari peristiwa keracunan merkuri bersumber dari senyawa-senyawa alkil-merkuri. Keracunan yang bersumber dari senyawa-senyawa ini adalah melalui pernafasan. Peristiwa keracunan melalui jalur pernafasan tersebut disebabkan karena senyawa-senyawa alkil-merkuri sangat mudah menguap. Uap merkuri yang masuk


(34)

bersama jalur pernafasan akan mengisi ruang-ruang dari paru-paru dan berikatan dengan darah (Palar, 2008).

Dalam penyebaran senyawa merkuri organik dalam organ tubuh, biasanya berbeda-beda, tergantung pada jenis organnya. Metil merkuri pada umumnya terakumulasi pada sistem jaringan saraf pusat. Akumulasi paling tinggi ditemukan pada bagian cortex dan cerebellum, yaitu bagian dari otak. Lebih lanjut, hanya sekitar 10% dari merkuri tersebut yang ditemukan dalam sel otak. Pada proses metabolisme, sebagian dari alkil-merkuri akan diubah menjadi senyawa merkuri anorganik. Seperti halnya senyawa merkuri anorganik lainnya, senyawa merkuri anorganik yang berasal dari senyawa alkil-merkuri tersebut akan terakumulasi pada organ hati dan ginjal.

Waktu paruh dari senyawa alkil-merkuri dalam tubuh adalah 70 hari. Selanjutnya senyawa alkil-merkuri tersebut dikeluarkan dari dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme. Akan tetapi, jumlah yang dikeluarkan sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah uap atau senyawa alkil-merkuri yang masuk ke dalam tubuh. Diperkirakan jumlah alkil-merkuri yang dikeluarkan sebagai hasil samping metabolisme tubuh hanyalah 1%, sedangkan sisanya 99% terakumulasi dalam berbagai organ dalam tubuh (Palar, 2008).

Gejala toksisitas merkuri organik meliputi kerusakan sistem saraf pusat berupa anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan pandangan mata yang bias mengakibatkan kebutaan, gangguan pendengaran, koma, dan kematian (Widowati, 2008).


(35)

2.1.9 Mekanisme Kerja Merkuri Dalam Tubuh

Merkuri membentuk berbagai senyawa anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) dan organic (alkil dan aril).Logam merkuri dan uap merkuri termasuk kedalam merkuri anorganik (Palar, 2004). Adapun mekanisme kerja merkuri dalam tubuh adalah sebagai berikut :

1. Absorbsi

Merkuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru-paru dalam bentuk uap atau debu. Sekitar 80% uap merkuri yang terinhalasi akan diabsorbsi. Absorbsi merkuri logam yang tertelan dari saluran cerna hanya dalam jumlah kecil yang dapat di abaikan, sedangkan senyawa merkuri larut air mudah diabsorbsi. Beberapa senyawa merkuri organik dan anorganik dapat diabsorbsi melalui kulit.

2. Biotransformasi

Unsur merkuri yang diabsorbsi dengan cepat dioksidasi menjadi ion Hg2+,

yang memiliki afinitas berikatan dengan substrat-substrat yang kaya gugus tersebut. Merkuri ditemukan dalam ginjal (terikat pada metalotionen) dan hati. Merkuri dapat melewati darah, otak, dan plesenta. Metal merkuri mempunyai afinitas yang kuat terhadap otak. Sekitar 90% merkuri darah terdapat dalam eritrosit. Metabolisme senyawa alkil merkuri serupa dengan metabolisme merkuri logam atau senyawa anorganiknya. Senyawa fenil dan metoksietil merkuri di metabolisme dengan lambat.

3. Ekskresi

Sementara unsur merkuri dan senyawa anorganiknya di eliminasi lebih banyak melalui kemih daripada feses, senyawa merkuri anorganik terutama diekskresi


(36)

melalui feses sampai 90%. Waktu paruh biologis merkuri anorganik mendekati 6 minggu.

2.1.10Toksisitas Merkuri Dalam Tubuh

Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk komposisi merkuri, rute masuknya kedalam tubuh dan lamanya ekspose. Intoksikasi keracunan merkuri dapat terjadi secara lokal maupun sistemik melalui panghirupan lewat mulut dan hidung, atau lewat penyerapan via kulit (Darmono, 2001)

Unsur merkuri yang ada pada krim pemutih akan diserap kulit, kemudian akan di alirkan melalui darah keseluruh tubuh dan merkuri itu akan mengendap di dalam ginjal yang dapat mengakibatkan gagal ginjal. Walau tidak seburuk efek apabila tertelan, merkuri yang diserap oleh kulit akan menimbulkan efek yang buruk bagi tubuh. Meskipun hanya dioleskan di permukaan kulit, merkuri mudah diserap masuk ke dalam darah, lalu memasuki sistem saraf tubuh (Dipi, 2007).

Manifestasi gejala keracunan merkuri akibat pemakaian krim pemutih kulit muncul sebagai gangguan sistem syaraf, seperti tremor (gemetar), insomnia (tidak bisa tidur), pikun, gangguan penglihatan, ataxia (gerakan tangan tak normal), gangguan emosi, depresi, dan sebagainya. Produk kosmetik khususnya krim pemutih wajah yang digunakan akan menyebabkan iritasi parah pada kulit yang terpapar, yakni berupa kulit yang kemerah-merahan dan menyebabkan kulit menjadi mengkilap secara tidak normal (Dipi, 2007).

1. Pada Syaraf : Logam merkuri dan metal merkuri dengan mudah memasuki susunan saraf dan menambah efek racun. Senyawa merkuri mempengaruhi sistem Hem. Sistem Hem merupakan sistem yang mengandung zat penting


(37)

bagi haemoglobin dan sitokrom. Pada tingkat pemakaian yang tinggi, senyawa-senyawa ini dapat menambah ensefalopati yang mengakibatkan gangguan fungsi kejiwaan pada anak-anak kecil, seperti gangguan kesadaran dan kelakuan.

2. Pada Ginjal : Sebagai organ ekskresi utama dalam tubuh, ginjal menjadi organ sasaran keracunan logam merkuri. Merkuri memengaruhi sel tubulus proksimal ginjal, sehingga menyebabkan ekskresi protein molekul kecil, asam amino, dan glukosa bersama urin. Merkuri terkumpul dalam lisosom sel tubulus proksimal ginjal serta mengahambat enzim proteolitik dalam lisosom dan menyebabkan cidera pada sel.

3. Pada Pernapasan : Sistem pernapasan merupakan organ sasaran utama bagi sebagian besar logam, salah satunya logam merkuri. Banyaknya logam merkuri yang terpajan menyebabkan iritasi dan radang saluran pernapasan.

2.1.11Efek Merkuri Terhadap Manusia Dan Lingkungan

Sebagian besar merkuri di alam ini di hasilkan oleh sisa industri dalam jumlah kira-kira 10.000 ton setiap tahunnya. Penggunaan merkuri sangat luas dimana 3000 jenis penggunaan dalam industri pengolahan bahan-bahan kimia, proses pembuatan obat-obatan yang digunakan oleh manusia serta sebagai bahan dasar pembuatan insektisida untuk pertanian (Christian et, al., 1970 dalam Zul Alfian, 2006).

Semua komponen merkuri baik dalam bentuk metal dan bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati, dan ginjal (Roger et, al., 1984 dalam Zul Alfian, 2006)


(38)

Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik, karena terjadinya proses pretisipati protein menghambat aktifitas enzin dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, karboksil, amida, amina dan fosforil, dimana dalam gugus tersebut merkuri dapat menghambat fungsi enzim. Efek toksisitas merkuri pada manusia tergantung pada bentuk komposisi merkuri, jalan masuknya kedalam tubuh dan lamanya berkembang (Zul Alfian, 2006).

2.1.11.1 Efek Merkuri Pada Manusia 2.1.11.1.1 Keracunan akut

Keracunan akut oleh merkuri bisa terjadi pada konsentrasi merkuri (Hg) uap sebesar 0,5-1,2 mg/m3. Penelitian terhadap kelinci dengan uap merkuri (Hg) 28,8 mg/m3 mengakibatkan kerusakan yang parah pada berbagai organ ginjal, hati, otak, jantung, paru-paru, dan usus besar. Keracunan akut karena terhirupnya uap merkuri (Hg) berkonsentrasi tinggi menimpa pekerja dalam industri pengolahan logam merkuri serta penambangan emas (Widowati,2008).

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan mengamati gejala-gejala berupa iritasi gastrointestinal berupa mual, muntah, sakit perut dan diare. Keracunan Phenyl mercury (merkuri aromatis) menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal, malaise dan mialgia. Keracunan metil merkuri menyebabkan efek pada gastrointestinal yang lebih ringan tetapi menimbulkan toksisitas neurologis yang berat berupa rasa sakit pada bibir, lidah dan pergerakan (kaki dan tangan),halusinasi, iritabilitas, gangguan tidur, sulit bicara, kemunduran cara berpikir, reflek tendon yang abnormal, dan pendengaran rusak( Rianto,2012).


(39)

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan mengamati gejala-gejala berupa :

a. Gejala reaksi yang timbul pada alat pencernaan seperti :

- Dalam rongga mulut timbul kelainan-kelainan seperti pembengkakan gusi yang terasa sakit, gigi mudah rapuh, koropos dan mudah terlepas. - Sembelit dan muntah-muntah

- Perasaan mual-mual pada lambung

b. Gejala reaksi yang timbul pada jaringan saraf seperti : - Tremor

- Sukar konsentrasi dalam berpikir - Gugup

- Gangguan kejiwaan dan sering lelah c. Gejala reaksi yang timbul pada kulit seperti :

- Pada kulit yang tidak ditutupi seperti muka, lengan, kaki menjadi peka terhadap sinar matahari

- Menimbulkan gelembung-gelembung yang mudah pecah - Mudah terjadi infeksi pada kulit

d. Pengeluaran air seni terus menerus dapat menimbulkan gangguan terhadap fungsi faal ginjal.

2.1.11.1.2 Keracunan Kronis

Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan berlangsung dalam selang waktu yang panjang.Penderita keracunan kronis biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah menumpuk sejumlah racun dalam tubuh mereka,


(40)

sehingga pada batas daya tahan yang dimiliki tubuh, racun yang telah mengendap dalam selang waktu yang panjang tersebut bekerja. Pengobatan akan menjadi sangat sulit untuk dilakukan.

Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya sama dengan keracunan akut, yaitu melalui jalur pernafasan dan makanan. Akan tetapi pada keracunan kronis, jumlah merkuri yang masuk sangat sedikit sehingga tidak memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian masuknya merkuri ini berlangsung secara terus-menerus. Sehingga lama kelamaan, jumlah merkuri yang masuk dan mengendap dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas toleransi yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat (Palar, 2008).

Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ tubuh yang paling sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem pencernaan dan sistem saraf. Radang gusi (gingivitis) merupakan gangguan paling umum yang terjadi pada sistem pencernaan. Gangguan terhadap sistem saraf dapat terjadi dengan atau tanpa diikuti oleh gangguan pada lambung dan usus.Ada dua bentuk gejala umum yang dapat dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem saraf sebagai akibat keracunan kronis merkuri, yaitu tremor (gemetar) ringan dan parkinsonisme yang juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar.

Tanda-tanda seseorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat pada organ mata.Biasanya pada lensa mata penderita terdapat warna abu-abu sampai gelap, atau abu-abu kemerahan, yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop mata. Di samping itu, gejala keracunan kronis merkuri yang lainnya adalah terjadinya anemia ringan pada darah.


(41)

2.1.12 Identitas Merkuri (Hg)

No. CAS : 7487-94-7 (Mercury Chloride); 1600-27-7 (Mercury Acetate); 1344-48-5 (Mercury Sulfide); 21908-53-2 (Mercury Oxide)

(EPA, 2007) No atom : 80 (SPU, 2007)

Nama kimia : Hg/Hydrargyrum (SPU,2007)

Sinonim : Raksa, mercury chloride, mercury acetate, mercury sulfide, mercury oxide, mercury bichloride, corrosive sublimate,

mercury(II)chloride, mercury perchloride, mercurous(I) chloride (EPA, 2007)

2.1.13 Sifat Fisikokimia Merkuri (Hg)

Pemerian : Cairan berat mengkilat, putih keperakan (DepKes, 1979) Titik lebur : 234.32 K (Horas, 1985)

Titik didih : 629.88 K (Horas, 1985) Berat jenis : 13.55 (Horas, 1985)

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, etanol dan asam khlorida, larut Sempurnadalam asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat (DepKes, 1979)

Jenis :

1) Uap merkuri (unsur merkuri), mempunyai tekanan uap yang tinggi dan sukar larut dalam air. Paparan kronis uap merkuri ialah akibat kontaminasi yang tidak disengaja dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk, misalnya dalam laboraturium.


(42)

2) Merkuri anorganik lebih reaktif yang dapat membentuk dengan ligan organik 3) Merkuri organik, mengandung merkuri dengan satu ikatan kovalen dengan

atom karbon, contoh : metil merkuri. Dianggap lebih berbahaya dan dapat larut dalam lapisan lemak yang menyelimuti korda syaraf (Zulalfian, 2006)

2.1.14 Metode Analisis Merkuri

A. AAS (Atomic Absoption Spectrophotometry)

Teknik AAS ini berdasarkan pada penguraian molekul menjadi atom (atomisasi) dengan energy dari api atau arus listrik (Harmita, 2006)

Dalam mendeteksi merkuri digunakan AAS yang khusus, dilengkapi dengan perekam respon cepat dan dapat mengukur radiasi yang diserap oleh uap merkuri pada garis resonansi merkuri pada panjang gelombang 253,6 nm. Berikut merupakan prosedur menurut farmakope Indonesia edisi IV :

Pasang alat erasi dan labu perangkap dalam keadaan kosong, dank ran pada posisi langsung ke labu perangkap. Hubungkan alat dengan sel penyerap dan atur laju aliran udara atau nitrogen sehingga diperoleh penyerapan dan reprodusibilitas maksimum tanpa busa berlebih dalam larutan uji. Usahakan pembacaan larutan garis dasar yang lurus pada 253,6 nm sesuai petunjuk penggunaan alat. Perlakukan larutan baku dan larutan uji dengan cara yang sama sebagai berikut : Hilangkan kelebihan permanganat dengan tambahan tetes demi tetes larutan hidroksilamina hidroklorida sampai larutan tidak berwarna. Segera masukkan larutan kedalam bejana aerasi, bilas dan encerkan dengan air hingga 100 ml. tambahkan 2 ml larutan timah II khlorida, dan segera hubungkan kembali bejana dengan alat aerasi, putar kran dari posisi


(43)

langsung ke labu perangkap ke posisi aerasi dan teruskan aerasi sampai puncak serapan telah terlampaui dan pena pencatat kembali ke garis dasar. Lepaskan bejana aerasi dari alat dan cuci alat setelah digunakan. Setelah dikoreksi dengan blanko pereaksi, serapan larutan uji tidak boleh lebih dari larutan baku (DepKes, 1995).

B. Spektrofotometer UV-Vis

Sampel yang sering di analisis dengan UV-Vis adalah senyawa organic. Dimana senyawa organik dapat memberikan serapan adalah senyawa yang mempunyai gugus kromoform dan auksokrom. Gugus kromofor adalah gugus fungsional tidak jenuh yang dapat memberikan serapan pada daerah UV atau cahaya tampak. Hampir semua kromofor mempunyai ikatan rangkap, seperti alkena, benzene dan lain-lain. Sedangkan auksokrom adalah gugus yang mempunyai elektron nonbonding dan tidak mengabsorbsi radiasi yang lamda diatas 200 nm, akan tetapi mengabsorbsi sinar UV jauh.

Metode analisis kuantitatif yang menggunakan spektrofotometer pada daerah tampak/visible (380-780 nm) sering disebut dengan kalometri. Kalometri dapat didefinisikan sebagai metode analisis kuantitatif suatu zat berdasarkan intensitas warna yang timbul dari konsentrasi yang berbeda. Pada kalometri yang ditentukan adalah serapan cahaya oleh larutan yang berwarna.Panjang gelombang dalam suatu sistem berwarna spesifik (Harmita, 2006).

C. Titrasi Ditizon

Untuk menentukan kadar merkuri dengan titrasi ditizon, pertama-tama dilakukan dengan pembuatan pereaksi, lalu dibuat larutan hidroksilamina


(44)

hidroklorida, larutan baku raksa, lerutan pengekstrasi ditizon dan pembakuan titran ditizon. Setelah itu buat larutan uji dengan menimbang 2 g, lalu masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml bersumbat kaca, tambahkan 20 ml campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat dengan volume yang sama, hubungkan dengan pendingin yang sesuai, refluks campuran selama 1 jam, dinginkan, encerkan hati-hati dengan air dan didihkan sampai asam nitritnya habis. Dinginkan larutan, encerkan hati-hati dengan air, pindahkan ke dalam labu 200 ml, encerkan hingga tanda batas, campur kemudian saring. Masukkan 50 ml larutan uji ke dalam corong pisah 250 ml, ekstraksi beberapa kali dengan sedikit kloroform pekat, sampai ekstrak kloroform terakhir tidak berwarna. Buang ekstrak kloroform dan tambahkan 50 ml asam sulfat 1 N pada larutan yang tertinggal, ditambah 90 ml air, 1 ml asam asetat glacial dan 10 ml larutan hidroksilamina hidroklorida pekat (1 dalam 5). Hitung jumlah merkuri (DepKes, 1995).

D. Kompleksometri (Day dan Underwood, 2002)

Untuk menentukan merkuri dapat menggunakan metode kompleksometri dengan cara, pertama ion Hg2+ ditentukan dengan cara titrasi kembali, larutan

uji direaksikan dengan larutan natrium EDTA berlebih dan kelebihannya dititrasi dengan larutan seng khlorida dan larutan seng sulfat. Sehingga ion merkuri yang bervalensi dua yang ada merupakan atom pusat khelat melalui penambahan suatu bahan terselubung didesak dari kompleks. Dengan penambahan kalium iodide akan terjadi kompleks tetraiodida merkurat(II) yang stabil.Pada titrasi pertama dan kedua secara teoritis harus digunakan


(45)

jumlah larutan EDTA yang sama atau jumlahnya harus ditentukan. Perhitungan ditentukan dari larutan garam seng yang digunakan pada titrasi kedua.Pada penentuan raksa (II) khlorida sebagai reduktor ditambahkan kalium iodida.Sedangkan untuk penentuan raksa dalam salep presipitatum ditambahkan natrium tiosulfat sebagai bahan penyelubung.

2.2 Mercury Analyzer

2.2.1 Definisi

Mercury analyzer merupakan alat untuk menganalisa merkuri yang cepat, mempunyai sensitivitas yang tinggi, dapat menentukan jumlah merkuri pada sampel yang padat, cair, gas dengan operasi yang mudah. Merupakan metode otomatis dimana sampel disuntikkan ke dalam aliran kontinu cairan pembawa yang mencampur dengan larutan lain yang terus mengalir sebelum mencapai detector. Flow injection analysis salah satunya adalah FIMS (Flow Injection Mercury Spectrometer) (Yusnizam, 2008).

2.2.2 Prinsip Kerja

Sampel dipanaskan untuk mengubah senyawa merkuri dalam bentuk atomnya atau dinamakan proses atomisasi, kemudian atom tersebut akan ditangkap oleh amalgam sehingga yang tinggal hanya uap merkuri. Analisa pada instrument dilakukan pada panjang gelombang 253.7 nm. Gas merkuri yang dihasilkan akan dilewatkan pada cell tube yang ditembakkan sinar/cahaya dari lampu merkuri. Besarnya konsentrasi yang dihasilkan yang terkandung dalam sampel dan sebanding dengan nilai absorban yang dihasilkan.


(46)

2.3 Kulit

2.3.1 Definisi Kulit

Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia dan merupakan garis pertahanan utama dari serangan infeksi yang berasal dari luar. Kulit juga merupakan organ yang paling terlihat dari tubuh (Davies, 1998).

2.3.2 Struktur Kulit

Secara garis besar kulit tersusun atas 3 lapisan : a. Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis merupakan bagian terluar kulit. Tersusun dari jaringan epitel bertingkat yang mengalami keratinasi. Berdasarkan ketebalan epidermis, dapat dibedakan kulit tebal dan kulit tipis. Turunan epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Lapisan epidermis terdiri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basal.

b. Lapisan Dermis

Lapisan dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya membrane dasar atau lamina yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm, terletak dibawah lapisan epidermis dan jauh lebih tebal dari lapisan epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar, lapisan dermis dibagi menjadi dua bagian yaitu pars papilar dan pars reticular. Pada lapisan ini terdapat sel-sel syaraf dan pembuluh darah.


(47)

c. Lapisan Subkutis dan Hipodermis

Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar pada organ-organ dibawahnya, yang memungkinkan kulit dibagian atas bergeser. Lapisan ini mengandung sel-sel lemak (Sloane, 2003).

2.3.3 Jenis Kulit

Kulit digolongkan menjadi 4 jenis yang pokok yaitu : kulit normal, berminyak, kering dan campuran.

a. Kulit normal

Kulit jenis ini merupakan kulit yang sehat dimana kelenjar lemak memproduksi minyak tidak berlebihan, sehingga tidak menimbulkan penyumbatan pada pori-pori kulit. Tanda-tanda kulit normal antara lain : kulit lembut, segar, halus, bercahaya, sehat, pori-pori tidak kelihatan, tonus (daya kenyal) kulit bagus. Kulit normal biasanya dijumpai pada anak-anak sampai menjelang remaja.

b. Kulit berminyak

Kulit berminyak disebabkan oleh sekresi kelenjar sebasea yang berlebihan. Ciri-ciri kulit berminyak adalah kulit kelihatan basah dan mengkilat, pori-pori jelas terlihat, sering terdapat jerawat atau acne, kulit terlihat pudar dan kusam.Kulit berminyak umumnya terdapat pada anak remaja dan dewasa.

c. Kulit kering

Kulit kering sering terdapat pada orang dewasa dan orang-orang yang telah lanjut usianya. Penyebabnya adalah ketidakseimbangan sekresi sebum. Ciri-ciri kulit kering antara lain : bagian tengah muka normal, disekitar pipi dan dahi kering, tidak


(48)

lembab dan tidak berminyak, halus, tipis dan rapuh. Kulit kering cepat menjadi tua karena kelenjar lemak tidak berfungsi dengan baik.

d. Campuran

Jenis kulit campuran yakni, bagian tengah muka (sekitar hidung, dagu, dahi) kadang-kadang berminyak atau normal. Sedangkan bagian lain normal atau kering. Dapat terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering padausia 35 tahun ke atas (Tresna, 2010).

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Jenis Kulit

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan jenis kulit, antara lain sebagai berikut :

1. Usia

Usia dapat mempengaruhi perubahan jenis kulit seseorang. Suatu contoh, seseorang yang pada masa anak-anak mempunyai jenis kulit normal setelah remaja kulitnya menjadi berminyak. Demikian pula pada masa muda mempunyai jenis kulit berminyak setelah tua kulitnya menjadi kering.

2. Makanan dan minuman

Perubahan jenis kulit dapat disebabkan jenis makanan yang dikonsumsi. Misalnya makanan berlemak, panas, pedas atau minuman es dapat mengubah kulit dari normal menjadi berminyak. Sebaliknya, makan masam, minuman keras atau beralkohol dapat mengubah kulit normal menjadi kering.


(49)

3. Iklim

Iklim dapat menyebabkan perubahan jenis kulit. Pada iklim panas kulit, bisa berubah menjadi berminyak. Sedangkan pada iklim dingin kulit bisa berubah menjadi kering (Tresna, 2010).

2.3.5 Mikrobiologi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi oleh zat-zat yang terdapat dilingkungan hidup kita, termasuk jasad renik (mikroba) yang tumbuh dan hidup di alam dunia ini.Oleh sebab itu setelah manusia di lahirkan kulitnya segera terkontaminasi oleh berbagai jasad renik. Banyak jasad renik yang hidup dan tinggal di permukaan kulit manusia karena suasana hidup yang cocok, baik suhu, kelembapan, atau keasaman (pH), atau makanan yang dibutuhkan jasad renik berasal dari sel keratin yang lepas (berisi protein), lemak di permukaan kulit yang diprosuksi oleh kelenjar palit kulit (berisi lipid-lipid) atau air, garam, dan gula yang berasal dari kelenjar kerinagt ekrin atau apokrin (Wasitaatmadja, 1997).

2.3.6 Mekanisme Pertahanan Kulit

Mekanisme pertahan tubuh untuk melindungi kulit terhadap jasad renik ternyata bermacam-macam caranya. Mekanisme itupun bersifat umum karena tidak dapat memisahkan apakah jasad renik tersebut pathogen atau tidak.

I. Keasaman Kulit

Permukaan kulit mempunyai keasaman (pH) tertentu yang berkisar antara 4,5-6,0 yang di bentuk oleh asam lemak permukaan kulit (skin surface lipid) yang berasal dari sebum, keringat, sel tanduk yang lepas, dan kotoran yang melekat pada kulit.


(50)

Keasaman serendah itu tentu tidak cukup untuk mempertahankan diri dari seluruh jasad renik.

II. Pengelupasan (Deskuamasi) Kulit

Mekanisme yang terjadi dalam pergantian sel kulit secara terus-menerus dari sel basal ke sel tanduk yang kemudian terlepas (keratinisasi) tidak saja berguna untuk memperbaharui sel-sel yang aus dan tua tetapi juga sekaligus untuk melepas jasad renik yang menempel di tempat itu. Berbeda dengan mekanisme kimiawi diatas, mekanisme fisik ini sangat bergantung pada kecepatan proses keratinisasi yang terjadi apakah seimbang dengan kecepatan tumbuh dan mobilisasi jasad renik.

III. Kekeringan Sel Keratin

Konsentrasi air di dalam sel keratin yang relative rendah (< 15%) sangat tidak nyaman untuk pertumbuhan jamur dan berbagai bakteri (Wasitaatmadja, 1997).

2.4 Kosmetik

2.4.1 Defenisi Kosmetik

Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Menurut Tranggono sambil mengutip Jellinek dkk (1970) perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Djajadisastra, 2005).

Sejak tahun 1938, di Amerika Serikat dibuat Akta tentang definisi kosmetika yang kemudian menjadi acuan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/

Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976 yang menyatakan bahwa “Kosmetika


(51)

dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan kedalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat”. Defenisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit (Wasitaatmadja, 1997).

Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Retno, 2011).

Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti ketrampilan

menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008).

Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut “kosmetologi”, yaitu ilmu yang

berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, efek, dan efek samping kosmetika. Dalam kosmetologi berperan berbagai ilmu terkait yaitu : teknik kimia, farmakologi, farmasi, biokimia, mikrobiologi, ahli kecantikan, dan


(52)

dermatologi. Dalam disiplin ilmu darmatologi yang menangani khusus peranan

kosmetika disebut “dermatologi kosmetik” (cosmetic dermatology)

(Wasitaatmadja,1997).

Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis kosmetik tertentu, bukan hanya obat. Selama kosmetik tersebut tidak mengandung bahan berbahaya yang secara farmakologis aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri. Contoh: preparat antiketombe, antiperspirant, deodoran, preparat untuk mempengaruhi warna kulit (untuk memutihkan atau mencoklatkan kulit), preparat antijerawat, preparat pengeriting rambut dan lain-lain.

2.4.2 Penggolongan Kosmetik

Dewasa ini terdapat ribuan kosmetika di pasar bebas. Kosmetika tersebut adalah produk pabrik kosmetika di dalam dan luar negeri yang jumlahnya telah mencapai angka ribuan. Data terakhir menunjukkan lebih dari 300 pabrik kosmetika terdaftar secara resmi di Indonesia dan di perkirakan adasejumlah dua kali lipat pabrik kosmetika yang tidak terdaftar secara resmi yang berupa usaha rumahan atau klinik kecantikan.

Kosmetik dapat digolongkan berdasarkan kegunaan bagi kulit : 1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic)

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya : sabun , susu pembersih wajah, dan penyegar kulit (freshner)

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer),misalnya :mouisturizer cream dan night cream.


(53)

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya : sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya : scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver)

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini berfungsi untuk merias atau menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik riasan peran zat pewarna dan pewangi sangat besar.

3. Kosmetik pewangi/parfum

Termasuk dalam golongan ini : a) Deodoran dan antiperspirant; b) After sahve lotion; dan c) Parfum dan eau de toilette.

Dengan penggolongan yang sangat sederhana ini, setiap jenis kosmetika akan dapat dikenal kegunaannya dan akan menjadi bahan acuan bagi konsumen di dalam bidang kosmetologi. Penggolongan ini juga dapat menampung setiap jenis sediaan kosmetika (bedak, cairan, krim, pasta, semprotan, dan lainnya) dan setiap tempat pemakaian kosmetika (kulit, mata, kuku, rambut, seluruh badan, alat kelamin, dan lainnya (Iswari, 2007).

2.4.3 Bahan dan Komposisi Kosmetik 2.4.3.1 Bahan Kosmetika

Pada umumnya kosmetika terdiri dari berbagai macam bahan, yang mempunyai tugas tertentu didalam campuran tersebut. Karena tidak memperoleh


(54)

penggolongan yang jelas, maka pembagian isi kosmetika berdasarkan fungsi dari masing-masing bahan kosmetika tersebut.

1. Bahan Dasar

Bahan dasar sebagai pelarut atau merupakan tempat dasar bahan lain sehingga umumnya menempati volume yang jauh lebih besar dari bahan lainnya. Bahan dasar kosmetika terdiri dari : a) Air atau campurannya dengan bahan dasar lain seperti alkohol, aseton, minyak, bedak; b) Alkohol atau campurannya dengan air, atau minyak; c) Vaselin atau campurannya dengan lanolin, gliserin atau talk; d) Minyak atau garam minyak dengan campurannya dengan air, atau alkohol; dan e)Talkum atau campurannya dengan air, minyak atau vaselin.

2. Bahan Aktif

Merupakan bahan kosmetika terpenting dan mempunyai daya kerja diunggulkan dalam kosmetika tersebut sehingga memberikan nama daya kerjanya pada seluruh campuran bahan tersebut. Konsentrasi bahan aktif kosmetika pada umumnya kecil, namun dapat pula tinggi apabila bahan aktif kosmetika tersebut berperan sebagai bahan dasarnya.

3. Bahan yang Menstabilkan Campuran

Bahan-bahan yang menstabilkan campuran sehingga kosmetika tersebut dapat lebih lama bertahan baik warna, bau dan bentuk fisik. Bahan-bahan tersebut adalah : a) Emulgator yaitu bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata; b) Pengawet yaitu bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama, misalnya asam benzoat; c) Pelekat yaitu bahan yang dapat melekatkan kosmetika


(55)

ke kulit, terutama kosmetika yang tidak lenket ke kulit semacam bedak, misalnya seng, magnesium stearat (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.3.2 Komposisi Kosmetika

Kosmetika dapat berisi hanya satu bahan yang menjadi bahan dasar sekaligus bahan aktif sebagai komponen rangkap tanpa stabilizer atau tambahan bau atau warna

sehingga menjadi kosmetika yang paling sederhana, misalnya : bedak tabur…talcum venetum 50g. Pada pembuatan kosmetika, pencampuran bahan-bahan tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan kosmetika termasuk farmakologi, biokimia, farmasi, kimia teknik dan lainnya. Berlawanan dengan hal ini kosmetika juga dapat dibuat dari seluruh unsur isi kosmetika tersebut, yaitu bahan dasar, bahan aktif, stabilisator, pewangi dan pewarna, bahkan dari setiap unsur tersebut tidak hanya terdiri atas saran bahan melainkan lebih dari satu macam bahan, sehingga secara keseluruhan kosmetika tersebut diramu sampai lebih dari 20 macam bahan. Aerosol foam tabir surya, sebgai bahan dasar :

Air 70%... sebagai bahan dasar Lanolin 10%...sebagai bahan dasar Asam stearat 10%... sebagai bahan dasar Propilen glikol 5%...sebagai bahan dasar Lauril sulfat TEA 2%... sebagai emulgator PABA atau lainnya 1-5%... sebagai bahan aktif Benzofenon 1%... sebagai bahan aktif Metal paraben 0,2%... sebagai pengawet Parfum 0,1%... sebagai pewangi


(56)

Klorofluorokarbon 100%... sebagai propelan 2.4.4 Efek Samping Kosmetik

2.4.4.1 Efek Samping Pada Kulit

Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetika yang dikenakan pada kulit, khususnya kulit wajah dapat berupa :

a) Dermatitis kontak alergik atau iritan, akibat kontak kulit dengan bahan kosmetika yang bersifat alergik atau iritan, misalnya : Merkuri dan Hidrokuinon pada pemutih kulit. Seperti gambar dibawah ini :

Sumber : Atlas Berwarna Edisi 2 “Saripati Penyakit Kulit

Gambar 2.1 Dermatitis kontak alergik karena bedak (kosmetika)

b) Akne kosmetika, akibat kontak kulit dengan bahan kosmetika yang bersifat aknegenik, misalnya lanolin pada bedak padat atau masker penipis (peeling mask). Secara klinis tampak komedo tertutup atau papul didaerah muka. Seperti gambar dibawah ini :


(57)

Sumber : Atlas Berwarna Edisi 2 “Saripati Penyakit Kulit”

Gambar 2.2 Akne kosmetika. Tampak papula-papula akibat sifat komedogenik pembersih muka

c) Fotosensitivitas, akibat adanya zat yang bersifat fototoksik atau fotoalergik dalam kosmetika, misalnya klormerkaptodikarboksimid dalam sampo antiketombe.

d) Pigmented cosmetic dermatitis, merupakan kelainan mirip melanosis Riehl yang kadang-kadang terasa gatal, timbul akibat pewarna jenis batubara.

e) Bentuk reaksi kulit lain dapat terjadi meskipun sangat jarang atau bahkan baru di perkirakan akan terjadi, misalnyadermatitis folikular akibat unsure nikel, kobalt dan lainnya.


(58)

Tabel 2.1 Bahan Kosmetika yang Sering Menimbulkan Efek Samping

1 Hair color+bleach Hair color+bleach

2 Face care Face care

3 Eye make up Feminine hygiene

4 Deodorant&antiaperspirant Eye make up

5 Face make up Kosmetika

6 Hair conditioner Sabun

Belanda (F.I.S) Inggris (B.C.A)

1 Eye make up Face care Deodorant

2 Antiperspirant Eye make up Eye make up

3 Krim wajah Hand&body lotion Sabun

4 Parfum Sampo Face care

5 After shave Deodorant&antiperspirant Parfum

6 Cat rambut Face make up After shave

Sumber : Buku Penuntun Ilmu Kosmetik (Wa sita a tma dja , 1997)

Laporan FDA

Swedia (R.S)

Amerika

Laporan Rumah Sakit

2.5 Defenisi Krim

Krim merupakan sediaan berbentuk setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan kosmetik terlarut dan terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai, berupa emulsi kental yang mengandung tidak kurang 60% air ditujukan untuk pemakaian luar (Anief, 2000).

2.5.1 Penggolongan Krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:

1. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak misalnya cold cream. Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.


(59)

Contoh krim A/M (Yahendri, 2012 dan Katsure et al, 2008)

R/ Cerea alba 5

Cetacei 10

Olei orivarum 60

Aquadest add 100

R/ Liquid parafin 60

White bess wax 20

Borax 0,1

Parfum ad

Aquadest add 19 ml

2. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air misalnya vanishing cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

Contoh krim M/A (Anief, 2000)

R/ Acedi stearinici 15

Cerea albi 2

Vaselini albi 8

Thrietanolamine 1,5 Propylene glycoli 8

Aquadest add 65,5

Krim tipe A/M biasanya menggunakan surfaktan seperti, sabun polivalen, span, adeps lannae, dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A biasanya menggunakan


(60)

sabun monovalen seperti, trietanolamin stearat, Na stearat, kalium stearat, ammonium stearat, tween, natrium lauril sulfat, kuning telur, CMC, emulgidum, pectinum dan gelatin (Anief, 2000).

Kualitas dasar krim, yaitu:

1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.

2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.

3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.

4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994)

2.5.2 Krim Pemutih (Bleaching Cream)

Krim pemutih dimaksudkan untuk tujuan memutihkan kulit dan terkadang digunakan pula untuk memutihkan daerah yang terkena sinar matahari, ataupun sebagai perawatan dari bintik-bintik hitam diwajah (Howard, 1977).

Menurut definisi medis, krim pemutih dapat menghambat pembentukan melanin sehingga kulit akan tampak lebih cerah, bersih dan segar. Krim pemutih ini umumnya menggunakan bahan aktif yang dapat mengurangi melanin. Seseorang yang berkulit gelap memiliki melanin yang lebih banyak dibandingkan dengan seseorang yang memiliki kulit kuning kecoklatan. Melanin ini berfungsi membuat kulit menjadi berwarna coklat. Jadi jika dalam proses ini ada yang dihambat,


(61)

misalnya enzim atau mineralnya maka melanin tidak akan terbentuk. Atas dasar inilah berbagai bahan aktif pemutih bekerja mengurangi sel melanosit yang memproduksi melanin (Wisesa, 2004).

Bahan aktif pemutih yang digunakan antara lain vitamin B3, sari daun murbei, provitamin B3, dan sari bengkoang. Adapun bahan alami dan aman bagi kulit wajah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pemutih yang alami seperti : kafein, coenzyme Q10, dan vitamin C. Tetapi saat ini banyak dijumpai kosmetika yang menggunakan merkuri sebagai bahan aktif pemutih, karena merkuri dapat membuat warna kulit lebih cepat putih dibandingkan dengan bahan aktif pemutih alami. Waktu yang dibutuhkan dalam proses ini mencapai 2-4 minggu, tergantung dari zat yang dipakai. Yang pasti jika kulit sudah putih pemakai harus terus menerus menggunakan krim tersebut, sabab kalau penggunaannya dihentikan maka kulit akan kembali seperti semula (Wisesa, 2004).

Produk krim pemutih tertentu aman dipakai selama pemakaiannya tepat dan benar. Namun penggunaan krim pemutih yang mengandung merkuri sangat berbahaya karena bisa merusak kulit, membuat kulit terbakar, hitam bahkan bisa berkembang menjadi kanker kulit. Bila digunakan terus menerus merkuri akan terakumulasi dalam tubuh mengikuti aliran darah hingga menumpuk diorgan tubuh manusia, akibatnya secara perlahan-lahan keracunan merkuri bisa mengakibatkan kerusakan permanen pada otak, sistem syaraf, paru-paru, usus, ginjal, dan bahkan kematian (Wiyana, 2001).

2.5.3 Bahan-bahan Penyusun Krim


(62)

1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam. Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.

2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na

lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

Secara umum bahan-bahan penyusun krim, antara lain : Zat berkhasiat, Minyak, Air, Pengemulsi dan bahan pengemulsi. Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain : Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Sedangkan pendapar untuk mempertahankan pH sediaan pelembab dan antioksidan untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Wasitaatmadja, 1997).


(63)

2.6 Kerangka Konsep

Krim Malam Dari Klinik Kecantikan

Krim Malam yang Di Jual Bebas :

- Import - Lokal

Keberadaan Logam Berat Merkuri pada Krim Malam (BPOM No.Hk.03.1.23.07.11.6

662/2011 tentang syarat pencemaran

logam berat) Karakteristik


(64)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian survey yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui keberadaan merkuri (Hg) pada Sediaan Krim Malam yang ada di Klinik Kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan Tahun 2015.

3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah “Purposive

Sampling” yaitu sampel yang diambil didasarkan pada beberapa kriteria yang telah

ditentukan. Adapun kriteria yang di maksud diatas yaitu :

1. Berdasarkan tingginya minat konsumen akan produk krim malam tersebut 2. Banyaknya jenis krim malam untuk mencerahkan wajah yang terjual dari

klinik kecantikan dan yang di jual bebas di Kota Medan

3. Tidak adanya nomor registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan

3.3 Lokasi, Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada 5 klinik kecantikan di Kota Medan dan 10 produk krim malam yang di jual bebas, yang terdiri dari produk lokal dan import di Kota Medan.

3.3.2 Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di klinik kecantikan, pasar tradisional dan pasar modern di Kota Medan.


(1)

92


(2)

93


(3)

94


(4)

95

Lampiran 4

SURAT IZIN PENELITIA


(5)

96

Lampiran 5

SURAT KETERANGAN TELAH SELESAI PENELITIAN


(6)

97

Lampiran 6

LAPORAN HASIL PENGUJIAN KRIM MALAM