Instrumen Penelitian METODE PENELITIAN

29 n : banyaknya item ∑ 2 b σ : jumlah varians skor tiap-tiap item tes 2 t σ : varians total. Menurut Guilford dalam Suherman 1990 harga 11 r yang diperoleh diimplemen- tasikan ke dalam indeks reliabilitas sebagai berikut. Tabel 3.4. Kriteria Koefisien Reliabilitas Koefisien reliabilitas Kriteria 0,20 Sangat Rendah 0,20 0,40 Rendah 0,40 0,60 Cukup 0,60 0,80 Tinggi 0,80 1,00 Sangat tinggi Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai koe- fisien reliabilitas tes adalah 0,79. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Hasil perhitungan reliabilitas tes uji coba soal dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 121.

c. Indeks Kesukaran

Untuk menghitung tingkat kesukaran soal, digunakan rumus yang dikutip dari Arikunto 2013 sebagai berikut. P = Keterangan: P : Indeks kesukaran B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar 30 JS : jumlah seluruh siswa peserta tes Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran menurut Arikunto 2013 sebagai berikut. Tabel 3.5. Interpretasi Indeks Kesukaran Besarnya P Kriteria 0,00 – 0,30 Soal Sukar 0,31 – 0,70 Soal Sedang 0,71 – 1,00 Soal Mudah Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang memiliki kriteria mudah, sedang, atau sukar. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai tingkat kesukaran tes adalah 0,22 sampai dengan 0,91. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki tingkat kesukaran yang sukar, sedang dan mudah. Hasil perhitungan tingkat kesukaran uji coba soal dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 122.

d. Indeks Daya Pembeda

Daya beda tiap butir soal menyatakan seberapa jauh soal tersebut mampu membe- dakan siswa yang dapat menjawab dengan benar berkemampuan tinggi dengan siswa yang tidak dapat menjawab dengan benar berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai terendah, selanjutnya diambil 50 siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut kelompok atas dan 50 siswa yang mempe- roleh nilai terendah disebut kelompok bawah. 31 Arikunto 2013 mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus : = = P A – P B Keterangan : D : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu J A : Banyak peserta kelompok atas J B : Banyak peserta kelompok bawah B A : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar B B : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar P A : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P sebagai indeks kesukaran P B : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab Menurut arikunto 2013 hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasar- kan klasifikasi yang disajikan pada Tabel 3.6. Tabel 3.6. Interpretasi Nilai Daya Pembeda Nilai Interpretasi 0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 baik sekali Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang berdaya pembeda cukup, baik atau baik sekali. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai daya pembeda tes adalah 0,23 sampai dengan 0,77. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki daya pembeda 32 yang cukup sampai baik sekali. Hasil perhitungan daya pembeda uji coba soal dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 122.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pretes dan posttes dianalisis untuk mendapatkan skor peningkatan gain pada kedua kelas. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui be-sarnya peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Meltzer Noer, 2010:105 besarnya peningkatan di-hitung dengan rumus gain ternormalisasi normalized gain = g, yaitu : = Hasil perhitungan indeks gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Meltzer Noer, 2010:105 seperti terdapat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Kriteria Indeks Gain Indeks Gain g Kriteria g 0,7 Tinggi 0,3 g ≤ 0,7 Sedang g ≤ 0,3 Rendah Hasil perhitungan skor gain kemampuan penalaran matematis siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 dan C.7 halaman 127 dan 128. Dalam penelitian ini analisis data mula-mula dilakukan dengan cara uji normalitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data indeks gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal. Uji ini meng- 33 gunakan uji Kolmogorov-Smirnov Z. Adapun rumusan hipotesis uji adalah sebagai berikut: : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal : data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Uji normalitas ini menggunakan chi-kuadrat: = Keterangan : = frekuensi hasil pengamatan. = frekuensi yang diharapkan. Dengan kriteria uji Sudjana,2005 : ditolak jika dengan taraf nyata 5. Rekapitulasi uji normalitas data gain kemampuan penalaran matematis disajikan pada Tabel 3.7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.8 dan C.9 halaman 129 dan 132. Tabel 3.8. Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Penalaran Matematis Kelas Keputusan Uji Keterangan Eksperimen 13,89657 7,81 ditolak Tidak Normal Kontrol 9,645978 7,81 ditolak Tidak Normal Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa data gain kemampuan penalaran matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

2. Uji Hipotesis

34 Setelah melakukan uji normalitas diperoleh data yang berdistribusi tidak normal, maka dalam pengujian menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney U atau uji-U. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : : tidak ada perbedaan peringkat antara peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dengan pe- ningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. : ada perbedaan peringkat antara peningkatan kemampuan penalaran matema-tis siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri dengan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti model pembela-jaran konvensional. Untuk menguji hipotesis digunakan rumus sebagai berikut: = + = + Keterangan: = jumlah sampel kelas eksperimen = jumlah sampel kelas kontrol = jumlah peringkat 1 = jumlah peringkat 2 = jumlah ranking pada sampel = jumlah ranking pada sampel Nilai U yang digunakan adalah nilai U yang paling kecil, karena dalam penelitian ini untuk dan lebih besar dari 20, dilakukan uji z dengan statistiknya sebagai berikut: 35 = . Dengan kriteria pengujiannya adalah tolak jika dan terima jika sebaliknya. Jika hipotesis nol ditolak maka perlu dianalisis lanjutan untuk me-ngetahui apakah penerapan model inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan pe-nalaran matematis siswa. Adapun analisis lanjutan tersebut menurut Ruseffendi 1998 adalah melihat data sampel mana yang rata-ratanya lebih tinggi.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 79

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 68

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 18 64

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 10 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 26 152

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 12 51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM HEROIC LEADERSHIP DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

12 55 167

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

0 12 51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 24 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 19 66