dicapai. Rumusan tersebut termasuk materi, metode, maupun teknik evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.
2.2.2. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik
merupakan pendekatan
pembelajaran yang
mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang dibutuhkan bukan saja diperolehnya
sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik
Zamroni dan Semiawan dalam Kemdikbud,2013:5. Oleh karena itu, pembelajaran saintifik menekankan keterampilan proses. Model pembelajaran
berbasis peningkatan keterampilan sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi
secara terpadu Beyer dalam Kemdikbud,2013:6. Dalam model ini, peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian
pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains. Dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri
berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya Nur dalam Kemdikbud,2013:6.
Berdasar pada prinsip pembelajaran kurikulum 2013, Kemdikbud 2013:7- 22 menyatakan bahwa pembelajaran kompetensi akan memperkuat proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui
pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu
dalam 1 mengamati, 2 menanya, 3 mencoba atau mengumpulkan data, 4 mengasosiasi atau menalar, dan 5 mengomunikasikan.
Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses
mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak. Kegiatan ini biasa disebut dengan
observasi dalam proses pembelajaran, sehingga mendorong keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk
keterlibatan peserta didik dalam observasi. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun
pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prinsip, maupun prosedur. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diksusi dan kerja kelompok serta diskusi
kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan ide atau gagasan dengan bahasa sendiri. Di dalam kegiatan menanya, siswa
mengembangkan keterampilan lisan dan tertulis dalam merumuskan pertanyaan, dari yang sederhana dan pendek hingga pertanyaan kompleks dan kritis. Untuk
mendorong hasil yang efektif dan efisien, proses menanya dalam diskusi harus disiapkan oleh guru, antara lain tujuan dan hasil kegiatan dirumuskan dengan
jelas, prosedur dan alokasi waktu diskusi ditentukan, jika diperlukan tersedia lembar kerja diskusi, diberikan apresiasi yang cukup kepada siswa yang aktif
berpartisipasi. Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan siswa,
mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini
mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Kegiatan tersebut dapat dilakukan
dalam dua jenis, yaitu mencoba prinsip atau prosedur seperti yang dipeorleh melalui diskusi, dan mencoba mengaplikasikan prinsip atau prosedur pada situasi
baru. Kegiatan mencoba dapat dilakukan dalam bentuk eksperimen atau tugas projek. Data baru yang diperoleh mendorong pemikiran lebih tinggi karena bukan
sekadar membuktikan prinsip atau prosedur yang diketahui melainkan mencoba menerapkan dalam situasi baru.
Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Kegiatan ini dapat didesain oleh guru melalui situasi yang
direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas antara lain menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan
memprediksi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Kegiatan mengasosiasi dapat didesain dengan menggunakan lembar kerja ekperimen
sehingga lebih terbimbing dan terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran pembelajaran. Pada kegiatan tugas projek dan tugas produk umumnya tidak
memerlukan lembar kerja karena siswa lebih bebas dalam berkreasi dan berinovasi.
Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar atau sketsa, diagram, dan
grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui
presentasi, membuat laporan, dan atau unjuk karya. Kegiatan mengomunikasikan
menjadi sarana agar siswa terbiasa berbicara, menulis, atau membuat karya tertentu untuk menyampaikan gagasan atau ide, pengalaman, kesan, dan lain
sebagainya. Dalam kegiatan presentasi, guru harus menjadwalkan secara efektif dengan membagi peran dan alokasi waktu kegiatan dalam satu semester atau satu
tahun, sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang proporsional. Kegiatan ini juga membuka ruang bagi siswa untuk bebas berekspresi menuangkan inovasi
dan kreativitasnya, seperti membuat blog, laporan deskriptif, dan video kegiatan dengan memanfaatkan website dan internet.
Berdasar pada kegiatan pembelajaran saintifik di atas, Kemdikbud 2013:7 menyebutkan bahwa langkah pembelajaran yang dilakukan guru adalah
sebagai berikut. 1 Menyajikan atau mengajak siswa mengamati fakta atau fenomena secara langsung atau rekonstruksi sehingga siswa mencari informasi,
membaca, melihat, mendengar, atau menyimak fakta atau fenomena tersebut. 2 Memfasilitasi diskusi dan tanya jawab dalam menemukan konsep, prinsip, hukum,
maupun teori. 3 Mendorong siswa aktif mencoba melalui kegiatan eksperimen. 4
Memaksimalkan pemanfaatan
teknologi dalam
mengolah data,
mengembangkan penalaran, dan memprediksi fenomena. 5 Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam presentasi dengan aplikasi baru yang terduga
sampai tak terduga.
2.2.3. Teks Narasi