BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia lahir dan diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh dwitunggal Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia.
Sebagaimana diketahui kedua tokoh inilah yang mengangkat Indonesia dalam percaturan politik Internasional, baik itu ketika masih dalam cengkraman
kolonialisme Belanda maupun ketika masa pendudukan Jepang. UUD 1945 memang segera diberlakukan sehari setelah proklamasi
kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945. namun beberapa keputusan yang dibuat oleh PPKI ternyata tidak bisa berjalan sempurna terutama ide
pembuatan partai tunggal yaitu Partai Nasional Indonesia PNI, hal ini disebabkan karena kurangnya dukungan dari elit politik nasional pada waktu
itu Kahin 1970:148. Kemudian dikeluarkan Maklumat pemerintah tanggal 4 Nopember 1945 tentang pembentukan partai-partai politik. PPKI diubah
menjadi KNIP Komite Nasional Indonesia Pusat yang merupakan lembaga pembantu presiden sesuai dengan Aturan Peralihan Pasal IV UUD 1945,
presiden Soekarno menjalankan kekuasaan MPR, DPR, dan DPA sebelum lembaga-lembaga tersebut terbentuk Manan 2003:192.
Ternyata ketentuan tersebut di atas tidak dapat disetujui oleh sebagian elit politik republik baru tersebut karena mencerminkan kekuasaan presiden
yang bersifat absolut dan otoriter. Perbedaan persepsi tentang kekuasaan 1
presiden ini adalah pertentangan politik pertama yang paling nyata dikalangan elit politik.
Puncak dari adanya pertentangan tersebut muncul ketika dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden no. X pada tanggal 16 Oktober 1945 yang bertujuan
mengurangi kekuasaan presiden dan mengubah ketentuan yang diberikan oleh Aturan Peralihan Pasal IV tersebut. Maklumat Wakil Presiden no. X
menetapkan bahwa kabinet presidensil yang diatur oleh UUD 1945 diubah menjadi kabinet parlementer. Kabinet bertanggung jawab kepada KNIP yang
berfungsi sebagai DPR Rauf 2000:114-115 Soekarno-Hatta telah banyak melalui perjalanan panjang menuju
Indonesia Merdeka, tentu bukan hal mudah dilakukan oleh kedua tokoh diatas. Banyak hal-hal yang belum diketahui oleh kalangan sejarawan manakala
mereka ternyata terlibat dalam pertentangan pendapat dalam segala kehidupan berbangsa dan bernegara Alam 2003:4.
Pententangan ini telah ada semenjak mereka aktif dalam organisasi pergerakan pemuda menentang kolonialisme Belanda hingga akhirnya Bung
Hatta mengundurkan diri dari pemerintahan pada tanggal 1 Desember 1956, pengunduran ini beralasan untuk mengakhiri pertentangan antar keduanya
Rauf 2000:116. Menurut Herbert Feith 2001:10-11, Soekarno adalah seorang solidarity
maker yaitu seorang pemimpin yang pandai menarik simpati massa dan
menggerakkan mereka untuk tujuan tertentu, sedangkan Hatta adalah seorang administrator yang ahli dalam penyelenggaraan negara namun tidak trampil
dalam menghadapi massa. Soekarno tidak mendapatkan pendidikan di Luar Negeri Barat sehingga menganggap nilai-nilai budaya Barat tidak
berpengaruh baginya dan tidak dianggap penting. Berbeda dengan Hatta yang memeroleh pendidikannya di Belanda yang menyebabkannya bersimpati
terhadap nilai-nilai budaya Barat, seperti demokrasi Barat. Lebih dalam lagi kita lihat latar belakang Soekarno yang merupakan orang Jawa sedangkan
Hatta adalah orang minang, dilihat dari pribadinya sangat jelas terbaca akan adanya potensi yang besar untuk terjadinya konflikpertentangan Rauf
2000:115-117. Kedua tokoh ini mempunyai perbedaan pandangan satu sama lain,
terutama strategi dan orientasi politik keduanya. Disatu sisi Bung Karno ingin melanggengkan dominasinya meneruskan perjuangan revolusi, pada sisi
lainnya Bung Hatta telah berfikir maju untuk segera mengakhiri Revolusi menuju kearah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya Nasution
1995:276. Melihat pertentangan kedua tokoh ini bukan berarti penulis ingin
menonjolkan dan membangkitkan semangat pertentangan artara kedua golongan yanga berseteru, akan tetapi penulis justru ingin menggali
pemikiran-pemikiran besar kedua tokoh ini sebagai anak bangsa. Tak pelak lagi kita pernah mendengar pertentangan-pertantangan terjadi pada era
Soeharto-Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Abdurahman Wahid-Megawati. Namun pertetangan meraka dibandingkan dengan pertentangan Soekarno-
Hatta jauh berbeda hal ini disebabkan pertentangan Soekarno-Hatta lebih
mengarah pada hal-hal yang prinsipil seperti, dasar-dasar pemikiran, strategi perjuangan, bentuk negara dan susunan pemerintahan sehingga mempengaruhi
kehidupan bernegara selanjutnya. Alam 2003 Dari Uraian diatas penulis mencoba mengungkap “Sejarah Pertentangan
Soekarno-Hatta dan pengaruhnya terhadap kebijakan politik Indonesia 1959- 1965” dilihat dari kaca mata sosial politik.
1.2 Permasalahan