Trikora Kembali ke Undang-Undang Dasar 1945

langka dan harganya membumbung tinggi. Produk-produk pertanian para petani bertumpuk dan tidak dapat dipasarkan. Ternyata jaringan distribusi yang ditinggalkan para pedagang Tionghoa tidak dapat segera diganti, baik oleh para pedagang Islam pribumi maupun koperasi. Demikianlah peraturan yang sangat rasialis tersebut berakhir dengan sangat tragis dan merugikan semua pihak.

2.4.3 Trikora

Permasalahan Irian Barat yang berlarut-larut dalam Dewan Keamanan PBB membuat Pemerintahan Indonesia mengambil langkah-langkah yang strategis guna merebut Irian Barat ke Pangkuan Ibu Pertiwi. Berpihaknya negara-negara Barat kepada Belanda membuat Soekarno sebagai Presiden Indonesia memalingkan muka dan mulai berhubungan dengan negara Komunis. Adalah Uni Soviet yang dituju dengan memberikan bantuan peralatan militer, Indonesia pun bersiap menghadapi Belanda di Irian Barat Setiono 2003:797. Dalam pidatonya tanggal 17 Agustus 1961 Presiden Soekarno mengatakan bahwa perjuangan Irian Barat berada dalam taraf yang menentukan. Pada tanggal 19 Desember 1961 dihadapan puluhan ribu pendukungnya di Yogyakarta Presiden Soekarno mencetuskan Tri Komando Rakyat Trikora. Adapun isi dari Trikora adalah: 1 gagalkan negara Boneka buatan Belanda di Irian Barat. 2 Kibarkan Sang Saka merah putih di Irian Barat. 3 Mobilissi Umum 30 Tahun Indonesia Merdeka 1980:194. Pertempuran antara Belanda dan Indonesia tidak bisa dihindari, di Laut Arafuru Deputi KSAL Laksamana Jos Sudarso dengan 50 orang pasukannya gugur bersama tenggelamnya KRI “Matjan Tutul” yang dihujani bom oleh pihak Belanda. Sebagai tanggung jawab moral Presiden Soekarno mengganti KSAU Laksamana Madya Udara Suryadi Suryadarma karena dianggap tidak bisa mengamankan KRI “Matjan Tutul.” Dan ditunjuklah Laksamana Madya Udara Oemar Dani sebagai penggantinya Poeponegoro 1984. Pada bulan Mei 1962 tepatnya saat hendak melaksanakan Sholat Idul Adha, terjadi percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno, namun tidak berhasil dan yang menjadi korban adalah Ketua DPR-GR, Arudji Kartawinata itupun hanya cedera kecil yang diderita. Karena pemberitaan yang tidak benar atas keadaan Soekarno Kantor berita UPI milik AS di Jakarta ditutup untuk jngka waktu yang belum ditentukan Setiono 2003: 800. Panglima Mandala memulai Operasi Gabungan “jayawijaya” pada tanggal 20 Juli 1962, dengan mengerahkan pasukan payung yang diterjunkan secara besar-besaran diberbagai tempat di Irian Barat. Demikian juga pendaratan dari laut dilaksanakan. Melihat hal ini dunia Internasional bergolak dan menaruh perhatian lebih akan masalah ini dan menyarankan kedua belah pihak yang bergolak untuk melaksanakan perundingan. Perundingan dilakukan dengan pihak Indonesia diwakili oleh Soebandrio dan dari pihak Belanda diwakili Van Royen. Dicapai kesepakatan untuk menyerahkan Irian Barat ke Indonesia. Kesepakatan ini dilanjutkan dengan mengadakan Jejak Pendapat untuk bergabung dengan Indonesia atau tidak. Pada Juli-Agustus 1969, masyarakat Irian Barat melalui Dewan Musyawarah Daerah Penentuan Pendapat Rakyat Pepera di delapan kabupaten yang ada di irian Barat menilih untuk bergabung dan menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada bulan November 1969 PBB mengesahkan hasil Pepera melalui Resolusi No. 2504 dengan 84 negara menyatakan setuju, 30 negara abstain dan tidak satupun negara yang menentang Poesponegoro 1984:331-335. Dengan demikian, Irian Barat secara sah telah menjadi bagian dari Republik Indonesia. Namun walaupun demikian, gerakan separatis yang dilakukan oleh sekelompok orang Papua yangtetap ingin membentuk Negara Papua yang bebas dan berdiri sendiri, yang menamakan diri Organisasi Papua Merdeka OPM tetap aktif bergerak dengan melakukan aksi-aksi penculikan, penyanderaan dan penyergapan terhadap pos-pos militer Indonesia. Sementara perhatian Pemerintah ditujukan kepada perjuangan pembebasan Irian Barat, situasi keamanan di dalam negeri semakin membaik, walaupun masih terjadi beberapa kali usaha pembuuhan terhadap diri Presiden Soekarno yang dilakukan sisa-sisa gerombolan DITII, seperti yang terjadi pada bulan Januari 1962 ketika ia sedang berkunjung ke Sulawesi Selatan terjadi pelemparan granat dan penembakan dengan mortir di Makassar. Atas desakan Djuanda, Presiden Soekarno mengeluarkan pengumuman bahwa kepada para pemberontak kemudian berangsur-angsur menyerahkan diri. Pada 15 April 1961, kolonel Kawilarang dengan pasukannya menyerahkan diri di Sulawesi Utara. Disusul oleh Kolonel A. Husein pada 23 Juni, Kolonel M. Simbolon pada 27 Juli dan Kolonel Z. Loebis pada 22 Agustus 1961. pada 28 Agustus, Sjafrudin Prawiranegara bersama Burhanuddin Harahap menyerahkan diri, diikuti oleh Moh. Natsir pada 27 September V. Sumual pada 29 Oktober 1961. Hanya Sumitro Djojohadikusumo yang tetap bertahan di luar negeri sampai dipanggil kembali oleh Presiden Soeharto pada 1967 untuk diangkat sebagai menteri perdagangan dalam Kabinet Orde Baru Nasution 1995:289. Gerombolan pemberontak DITII di Jawa Barat berhasil ditumpas dengan tertangkapnya S.M. Kartosuwirjo pada Juni 1962 dan kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Angkatan Darat. Demikian juga dengan anggota gerombolan Daud Beur’euh dari Aceh dan Kahar Muzakkar dari Sulawesi Selatan banyak yang menyerahkan diri, walaupun Kahar Muzakkar sendiri tidak mau menyerah dan memilih bertahan di bukit-bukit Sulawesi Selatan. Ia akhirnya tewas tertembak dalam suatu operasi militer pada Februari 1965. Gerombolan RMS juga berhasil ditumpas dengan menyerahnya Dr. Soumokil pada akhir 1963. Ia kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa Mahmilub. Pemberontakan PRRI-PERMESTA baru berhasil ditumpas seluruhnya pada Pertengahan 1963, segera dikeluarkan amnesti dan abolisi bagi 130.000 orang anggota pemberontak dan pengacau keamanan yang memilih kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Sebelumnya pada 29 Mei 1959, Aceh telah menjadi daerah Istimewa dengan otonomi yang luas Kahin 1997: 75-78.

2.4.4 Dwikora