Proses Pembentukan Kabinet Ali II Program Kerja

2.2.2 Kabinet Ali II 24 Maret 1957-10 Juli 1959

2.2.2.1 Proses Pembentukan Kabinet Ali II

Pembentukan Kabinet ini jika dibandingkan dengan proses pembentukan Kabinet diwaktu sebelum pemilu, dalam penetapannya berjalan dengan lancar karena situasi politik saat itu yang membantu dalam penyelesaian tugas formatur. Pemimpin PNI telah menetapkan pedoman pembentukan Kabinet jika seseorang dari partai tersebut ditunjuk sebagai formatur. Pedoman ini berpangkal tolak pada kenyataan bahwa tidak ada satu formatir pun yang memperoleh suara secara mutlak dalam pemilu 1955. oleh sebab itu Kabinet yang akan terbentuk tidak lain berupa Pemerintah koalisi. Kemungkinan untuk mengadakan koalisi adalah 4 empat partai yang menang dalam pemilu yaitu; PNI, Masyumi, NU, dan PKI Kansil 1984:186-187. Antara PNI, Masyumi, dan NU tidak ada kesolidan yang prinsipil baik mengenai pembagian kementrian maupun personalianya. Masyumi dengan tegas menolak orang-orang yang dianggap simpatisan atau berbau Komunis. Dengan tercapainya tujuan dengan PNI, NU, dan Masyumi mengenai pembagian kementrian personalianya sebenarnya pembentukan Kabinet sudah dianggap berhasil. Akan tetapi untuk memperkuat kedudukan Pemerintah di parlemen diikutsertkan partai-partai kecil yaitu; PSI, Perti, Partai Katolik, Partindo, dan Ipki. Partai-partai ini bersama-sama menguasai 30 tiga puluh kursi di DPR. Dengan demikian Kabinet mendapat dukungan suara 189 suara dalam parlemen Wilopo 1978. Pengumuman resmi pembentukan Kabinet dengan susunan lengkap diumumkan pada tanggal 20 maret 1956 Kansil 1984:185. partai PKI dalam Kabinet Ali tidak ikut serta sebab komunis bagi Ali adalah sangat tidak sesuai. PKI berusaha menentang hal ini dan presiden pun berusaha agar PKI dapat ikut serta, namun Ali tidak merubah keputusannya.

2.2.2.2 Program Kerja

1 Pembatalan KMB Menyelesaikan pembatalan seluruh perjanjian yang dihasilkan KMB secara unilateral baik formal maupun material dan mengadakan tindakan untuk menampung akibat-akibatnya. 2 Pembebasan Irian Barat a. Meneruskan Perjuangan mewujudkan kekuasaan de facto Indonesia atas Irian Barat berdasarkan kekuasaan rakayat dan kekuatan-kekuatan anti kolonialisme di dunia internasional. b. Membentuk Propinsi Irian Barat. 3 Permasalahan Luar Negeri a. Menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif berdasa kepentingan rakyat dan menuju perdamaian dunia. b. Meneruskan kerjasama dengan negara-negara Asia-Afrika dan melaksanakan keputusan-keputusan konferensi Asia-Afrika di Bandung Fernandes 1988: 97.

2.2.2.3 Tantangan Yang Dihadapi