Teori dan Metodologi Kritik Inetern /Matan
a. Pendekatan Historis
Adapun pendekatan historis itu sendiri dilakukan sebagai satu usaha dalam mempertimbangkan kondisi historis pada saat hadis diluncurkan. Pendekatan ini pada dasarnya bukan suatu hal yang baru, oleh karena pendekatan semacam ini telah dikenal dan diperkenalkan oleh ulama hadis sejak dahulu, dengan satu disiplin ilmu yang disebut asbab al-wurud. Yaitu suatu ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi
menuturkan sabdanya dan masa-masa Nabi menuturkannya. 28 Pentingnya pengetahuan terhadap hal ini, karena kejadian-kejadian yang
mengitari hal tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk menentukan takhsis dan mengitari hal tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk menentukan takhsis dan
Dalam pendekatan historis, pertanyaan mengenai mengapa nabi bersabda serta bagaimana suasana dan kondisi sosio kultural masyarakat, termasuk didalamnya persoalan politik saat itu, menjadi mengemuka dan mendapat penekanan. Jadi pendekatan historis yang dilakukan terhadap obyek material hadis, secara teknis dilakukan dengan meneliti proses yang berada di sekeliling hadis. Tujuan dari pendekatan ini, adalah untuk menemukan penjelasan tentang faktor-faktor apa saja yang menyebabkan matan hadis muncul. Selain itu pendekatan histories juga berfungsi guna menemukan generalisasi yang berguna dalam upaya memahami gejala masa kini.
b. Pendekatan Sosiologis dan Antropologis
Adapun pendekatan sosiologi bertujuan untuk menyorot sudut posisi manusia yang membawanya kepada prilaku itu. Sedangkan pendekatan antropologi, adalah analisa yang dilakukan dengan memperhatikan terbentuknya pola-pola prilaku dalam
sebuah tatanan nilai yang dipegang atau dianut dalam kehidupan manusia. 30 Kontribusi pendekatan ini (antropologi) bertujuan menyajikan uraian yang
meyakinkan tentang apa sesungguhnya yang terjadi dengan manusia dalam berbagai situasi hidup dalam hubungannya dengan ruang dan waktu. 31
28 TM. Hasbi ash-Shiddieqie, Sejarah Ilmu Hadis, (Jakarta, Bulan Bintang, 1993), hh. 163- 164.
29 Untuk lebih jelasnya dapat dibaca tulisan Jalaluddin al-Suyuti, al-Lam'u fi Asbab al- Hadith (Beirut, Dar l-Fikr, t.th), hh. 11-17.
30 Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, (Ed.) Metodologi Penelitian Agama: Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), h. 1.
31 S. Menno, Antropologi Perkotaan (Jakarta : Rajawali Press, 1992) hh. 10-11.
c. Pendekatan Kebahasaan
Selain mengkaji dan memahami makna dan pesan hadis dengan tiga pendekatan tersebut di atas, pendekatan lain yang juga dapat dilakukan dalam upaya menghasilkan suatu pemahaman terhadap hadis secara proporsional adalah dengan menggunakan pendekatan kebahasaan.
Matan hadis sebagai obyek material dari penelitian hadis, sebagaimana diketahui diriwayatkan dalam dua bentuk, yaitu ; riwayat bi al-lafdh dan riwayat bi al-ma’na . Kenyataan tersebut menggiring kita kepada dua bentuk penelitian yaitu ; (1). Penelitian atas kebenaran kata yang disepakati, guna mengetahui keaslian kata tersebut apakah benar bersumber dari nabi atau produk periwayat yang disebut. (2) Dan yang kedua adalah penelitian terhadap ketepatan kata yang disepakati perawi dalam mengungkapkan kejadian di masa nabi yang disebut.
Dengan demikian, penelitian atas matan hadis ditinjau dari sudut pendekatan bahasa mencakup dua hal : (1) Penelitian terhadap keaslian kata, ditinjau dari sudut dikenal tidaknya kata tersebut dalam kurun masa ke-nabian dan sahabat. (2) Dan yang kedua adalah ketepatan pemilihan kata yang dilakukan oleh periwayat yang
meyakinkan sesuai dengan kejadian di masa Nabi. 32