Konsep Utilitas Bangunan
8. Konsep Utilitas Bangunan
a. Sistem Jaringan Listrik Kebutuhan listrik pada bangunan disuplai dari PLN dan untuk keadaan tertentu ketika suplai PLN terhenti digunakan tenaga cadangan dari Genset (Generator set). Listrik dari PLN dan genset dihubungkan dengan sebuah automatic transfer dengan sistem ATS yaitu suatu alat transfer yang secara otomatis akan menjalankan genset apabila aliran listrik dari PLN padam.
Gambar 116: Material Baja dan Kaca Sumber : www.google.com
K Distribusi
Keterangan: M
= meteran
MDP
= Main Distribution Panel
SDP
= Sub Distribution Panel
UPS
= Uninteruptable Power Supply
= Sekering
Skema 15: Siste m Jaringan Listrik Sumber : dokumen pribadi
b. Sistem Telematika (komunikasi) · Komunikasi user dengan lingkungan luar
Untuk pengelola yang melakukan komunikasi (biasanya formal) dengan pihak luar, diinstalasikan sistem telepon PABX dan WAN (Wide Area Network). Sedangkan untuk pengunjung disediakan box telepon umum/wartel (meskipun saat ini penggunaan telepon seluler sudah marak).
· Komunikasi sesama user di dalam bangunan Komunikasi antar pengelola dapat dilayani memakai sistem telepon dengan operator (PABX) dan LAN. Sementara itu, untuk komunikasi pengelola dengan pengunjung dapat dipergunakan intercom atau speaker yang diinstalasikan pada ruang-ruang terutama yang diakses publik.
Sistem ini misalnya, berguna untuk pemberitahuan informasi kepada pengunjung.
c. Sistem Jaringan Air Bersih Pemakaian sistem Down Feed Distribution untuk mendistribusikan air. Keuntungan menggunakan sistem ini adalah mampu memperhitungkan jangkauan distribusi dengan membagi area pelayanan terhadap luasan tapak.
Keterangan M = meteran
GT = Ground Tank UT = Upper Tank WT= Water Treatment P = Pompa
d. Sistem Jaringan Air Kotor Air kotor padat disalurkan ke Septictank kemudian ke peresapan, sedangkan air kotor cair dikumpulkan di Water treatment untuk di olah kembali sehingga bisa digunakan untuk perawatan roof garden.
Air Kotor
Sumur
UT
P Distribusi
PAM
GT
Air Kotor Air Hujan
WT
UT P GT P
Skema 16: Sistem jaringan Air Bersih Sumber : dokumen pribadi
e. Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran Cara kerja yang dipilih untuk diterapkan pada bangunan Museum Situs Purbakala di Kudus adalah sistem semi otomatis untuk ruang-ruang pengelola, mengingat pentingnya dokumen-dokumen serta ruang pamer dan penyimpanan koleksi, dimana benda-benda koleksi yang sangat berharga disimpan. Hal ini akan merugikan apabila sistem pemadaman otomatis dengan splinker air langsung dipakai tanpa melihat dulu seberapa besar kebakaran yang terjadi. Untuk itu pula tetap disediakan tabung-tabung gas C02 dengan tujuan ketika digabung dengan sistem semi otomatis, manusia bisa mengambil keputusan apakah kebakaran yang terjadi masih bisa dikendalikan dengan tabung COZ atau tidak.
Manual (Tabung
CO 2 )
Alat Deteksi
Api Asap
Panel Alarm
Alat Pemadam Aktif
Manusia/ Operator
Sistem Start
Pemadam Kebakaran
Skema 17: Sistem Pembuangan Air Kotor Sumber : dokumen pribadi
Skema 18: Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran. Sumber : Hakim, Febri Fahmi, 2005 : 154
f. Sistem Jaringan Sampah Sampah organik akan di olah dengan sistem pengkomposan. Kompos yang dihasilkan akan digunakan menyuburkan vegetasi yang ada di tapak dan area roof garden. Lalu untuk sampah anorganik dan sampah berbahaya dari titik-titik sampah yang ada akan dialihkan ke tempat pembuangan sementara sesuai jenisnya dan selanjutnya diambil oleh petugas untuk dialihkan ke TPS (Tempat Pembuangan Akhir) sehingga akan ikut mempermudah proses penyeleksian untuk kemudian akan di olah kembali oleh pihak yang bersangkutan dalam pengolahan sampah.
Sampah Organik
Bak Penampung (Pengkomposan)
Konsumsi
Sampah Anorganik
Bak Penampung Sampah Anorganik
TPA
Sampah Berbahaya
Bak Penampung Sampah Berbahaya
TPA
Skema 19: Sistem Pengelolaan Sampah. Sumber : www.walhi.or.id