Pembukaan dan Penutupan Musim Tangkap

5.5.1 Pembukaan dan Penutupan Musim Tangkap

Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan diseluruh dunia. Tujuan dari pembukaan dan penutupan musim tangkap ini adalah untuk menjaga populasi dialam. Penutupan dilakukan saat musim kawin meningkat tinggi, dan waktu pembukaan dilakukan saat bulan-bulan tertentu dimana bulu babi diperkirakan telah selesai melakukan pemijahan. Dengan demikian dapat memberikan waktu terhadap bulu babi untuk berkembang biak pada saat musim kawinnya.

Metode ini berhasil dibeberapa wilayah di dunia untuk mengembalikan dan menjaga populasi bulu babi di alam. Di kepulauan Karibia terjadi penurunan

Universitas Indonesia

populasi bulu babi secara drastis pada tahun 1986, kemudian diberikan moratorium/penutupan selama dua tahun. Setelah dua tahun, populasi bulu babi kembali lagi normal, kemudian dalam dalam pelaksanaannya dilakukan penutupan musiman pada bulan Januari hingga Agustus (Pena, et al., 2010). Di Filipina juga terjadi hal yang serupa, dengan adanya penutupan musiman populasi bulu babi dapat terjaga stabil (Juinio-Menez, et al.,2008). Jepang sebagai negara penghasil dan pengimport bulu babi terbesar juga melakukan penutupan musiman saat terjadi musim pemijahan yang membuat produksi cenderung bulu babi stabil setiap tahunnya (Williams, 2002). Selain Karibia, Filipina dan Jepang, banyak negara seperti Australia, Kanada dan Amerika Serikat menerapkan sistem penutupan musiman ini (Muse, 1998; Dewees, 2003; Fisheries Victorian Division, 2005)

Pemilihan waktu penutupan harus berdasarkan saat dimana bulu babi sedang dalam masa puncak melakukan pemijahan. Pada dasarnya bulu babi jenis T. gratilla pada daerah tropis akan melakukan pemijahan sepanjang waktu karena suhu yang hangat dan ketersediaan nutrisi yang tinggi. Berdasarkan penelitian Vaitilingon et al. (2005), bulu babi mengalami puncak pemijahan pada bulan Agustus dan September. Sehingga sebaiknya pada bulan tersebut tidak dilakukan kegiatan pemanfaatan bulu babi.

Waktu penangkapan bulu babi yang optimum adalah pada saat proses gametogenesis sedang dalam tahap pre-gametogenesis. Hal tersebut terjadi akumulasi dari protein, karbohidrat dan lipid pada membran telur. Protein-protein ini adalah komponen utama dari telur bulu babi dan dinamakan dengan major yolk protein (MYP) (Walker, et al., 2007). Dengan adanya MYP ini lah volume dari gonad bulu babi membesar, sehingga dapat dimanfaatkan. Berdasarkan penelitian Vatilingon et al. (2005) tahap pre-gametogenesis bulu babi terbesar terjadi pada bulan November hingga Januari. Berdasarkan hal tersebut maka pemanfaatan bulu babi yang optimum adalah pada bulan-bulan tersebut. Waktu pembukaan dan penutupan musim tangkap secara diagramatis dapat dilihat pada Lampiran 9.

Universitas Indonesia

Konsep dari pembukaan dan penutupan musim tangkap dapat dilakukan dalam dua cara. Cara yang pertama adalahmenutup wilayah selama sepanjang tahun dan hanya membuka pada saat musim tertentu seperti yang dilakukan oleh Jepang (Williams, 2002) dan Karibia (Pena, et al., 2010). Cara ini dilakukan mengingat bulu babi melakukan pemijahan sepanjang tahun, sehingga dapat kesempatan bulu babi untuk bereproduksi sangat besar. Jika dilihat dari sisi nelayan bulu babi, mereka akan kehilangan pekerjaan selama hampir satu tahun akibat penutupan tersebut. Kedua adalah dengan menutup hanya pada saat terjadi puncak pemijahan dan selebihnya dapat dilakukan pemanfaatan seperti yang dilakukan di Kanada (Muse, 1998), Australia (Fisheries Victorian Division, 2005) dan Amerika Serikat (Dewees, 2003). Dengan cara ini kesempatan besar bulu babi untuk melakukan pemijahan adalah sebatas waktu penutupan saja. Tetapi jika dilihat dari sisi nelayan bulu babi, mereka hanya kehilangan penghasilan pada saat terjadi penutupan musiman.

Dalam merencanakan konsep penutupan dan pemanfaatan musiman selain memperhatikan waktu penangkapan atau penutupannya, faktor nelayan juga salah satu hal penting yang harus diperhatikan. saat ini, terdapat beberapa ibu “toro- toro” yang menjadikan kegiatan pemanfaatan bulu babi sebagai penghasilan utamanya. Sehingga jika dilakukan penutupan maka mereka akan kehilangan pekerjaan selama beberapa bulan. Untuk itu diperlukan kerjasama dengan tokoh masyarakat seperti kepala banjar adat/dinas dan juga kelurahan setempat dalam masalah yang terkait dengan penghasilan sampingan ibu “toro-toro” yang kehilangan pekerjaan. Diperlukan pekerjaan sampingan bagi ibu “toro-toro” ini selama beberapa bulan penutupan, sehingga mereka akan tetap mendapatkaan penghasilan walaupun terjadi penutupan.