63
5 Adanya MOU Memorandum Of Understanding dengan Rumah
Sakit Tugu yang berada di Kota Semarang. Hal tersebut dapat memberikan kemudahan dalam hal pelayanan kesehatan akibat
kekerasan fisik yang dialami klien yang berakibat fatal.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Program pendampingan terhadap korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga merupakan program yang diberikan pada korban KDRT yang telah
melaporkan diri ke tim P2TP2A. Program pendampingan yang dilakukan adalah berupa: pengobatan medis, pelaporan ke Kepolisian hingga proses
peradilan, Pemulihanrehabilitasi psikologi, serta mediasi antara korban dengan pelaku. Untuk memberikan rasa aman bagi klien, telah disediakan
shelter sebagai tempat tinggal sementara bagi klien, di dalam shelter klien diperlakukan sebagai mana mestinya, dimana semua keperluannya
terpenuhi. Di shelter tersebut kenyamanan korban benar-benar dibuat nyaman karena semua fasilitas dapat terpenuhi seperti kamar tidur yang
cukup, dapur, ruang konseling. Di shelter juga tersedia tenaga profesional dibidang dan tugasnya seperti dokter, psikolog, pekerja sosial dan tenaga-
tenaga yang lain yang dapat membantu menambah kemampuan dan keterampilan korban. di dalam shelter tersebut terdapat ibu panti yang
mengawasi selama 24 jam. Ibu panti yang siap menberikan pertolongan pada korban.
64
Tujuan dari program pendampingan terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah untuk mendorong terciptanya partisipasi, kesetaraan
dan keadilan gender dalam rangka peningkatan pemberdayaan perempuan. Bahwa, perempuan sebagai mayoritas korban tidak sepantasnya
diperlakukan semena-mena karena pada dasarnya perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan yang sama. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
menjadi Misi pada bidang Pemberdayaan Perempuan yaitu mendorong terciptanya persiapan dan kemandirian masyarakat, kesetaraan dan keadilan
gender serta perlindungan anak di semua bidang pembangunan. Dengan semakin berdayanya perempuan maka akan mendorong semakin
meningkatnya kualitas anak-anak. Untuk memberikan pelayanan pendampingan yang maksimal, korban
KDRT memperoleh biaya operasional untuk dana transportasi korban, dan biaya pengobatan medis, sehingga korban yang berasal dari keluarga yang
kurang mampu dan pada saat melaporkan tidak membawa apa-apa tidak terbebani.
Dalam pelaksanaan pendampingan, pendamping di BKBPP bekerja sama dengan unsur-unsur lain yang tergabung dalam tim P2TP2A yang
bersifat jejaring. BKBPP tidak bisa bekerja tanpa unsur lembaga yang lain. Hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan oleh Nelfina 2009: 35 bahwa
“komponen-komponen dalam pertolongan pekerja sosial meliputi: klien, pekerja sosial, badan sosial, tim staf pertolongan, sistem intervensi dan
situasi pertolongan”. Dengan adanya pertolongan dari unsur-unsur tersebut