13
istrinya tersebut termasuk dalam bentuk kekerasan. Hal ini yang melanggengkan budaya kekerasan.
2 Adanya kebiasaan yang mendorong perempuan atau istri agar supaya
bergantung pada suami khususnya secara ekonomi. Hal ini membuat perempuan sepenuhnya berada da bawah kuasa suami. Akibatnya istri
sering diperlakukan semena-mena sesuai kehendak suami. 3
Fakta menunjukan bahwa lelaki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat. Anggapan suami atau laki-laki mempunyai
kekuasan terhadap istri ini dapat berada di bawah kendali suami. Jika istri melakukan kekeliruan, maka suami dapat berbuat apa saja
terhadap istrinya termasuk dengan kekerasan. 4
Masyarakat tidak menganggap kekerasan dalam rumah tangga sebagai persoalan sosial tetapi persoalan pribadi antara suami istri. Adanya
anggapan masyarakat bahwa masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah urusan pribadi atau masalah rumah tangga yang orang
lain tidak layak mencampurinya. 5
Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama yang menganggap bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan. Penafsiran ini
mengakibatkan pemahaman bahwa agama juga membenarkan suami untuk melakukan pemukulan terhadap istri dalam rangka mendidik.
Suami adalah penguasa yang mempunyai kelebihan-kelebihan kodrat yang merupakan anugerah Tuhan. Pemahaman ini akan melestarikan
tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
14
d. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT
Berdasarkan data yang ada di Indonesia bahkan di seluruh dunia, istri merupakan korban utama dalam kekerasan rumah tangga. Istri sebagai
korban kekerasan berasal dari semua golongan masyarakat yang tidak memandang dari segi lapisan sosial, golongan pekerjaan, suku, bangsa,
budaya, agama maupun rentang usia tertimpa musibah kekerasan. Kekerasan yang dialami korban mengakibatkan timbulnya berbagai
macam penderitaan. Penderitaan tersebut berupa fisik yaitu perbuatan yang bisa mengakibatkan rasa sakit, secara ekonomi karena tidak diberi
nafkah, penderitaan psikologis yang bisa mengakibatkan rasa takut, tidak percaya diri dan sebagainya, sedangkan penderitaan secara seksual
seperti pemaksaan hubungan seksual. Adapun beberapa penderitaan tersebut di antaranya sebagai berikut:
1 Jatuh sakit akibat stres seperti sakit kepala, asma, sakit perut, dan
lain-lain. 2
Menderita kecemasan, depresi dan sakit jiwa yang bisa parah. 3
Berkemungkinan untuk bunuh diri atau membunuh pelaku. 4
Kemampuan menyelesaikan masalah rendah. 5
Kemungkinan keguguran dua kali lebih tinggi bagi korban yang hamil.
6 Bagi yang menyusui, ASI seringkali terhenti akibat tekanan jiwa.
15
7 Lebih berkemungkinan bertindak kejam terhadap anak karena tak
dapat menguasai diri akibat penderitaan yang berkepanjangan dan tak menemukan jalan keluar.
2. Kajian Teori tentang Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
a. Definisi Korban
Menurut Arif Gosita yang dikutip oleh Moerti Hadiati Soeroso 2010: 112, korban adalah: “Mereka yang menderita jasmaniah dan
rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan
kepentingan dan hak asasi yang menderita”. Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 dalam Pasal 1
berbunyi: “Korban adalah orang yang mengalami kekerasan danatau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga”.
Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban berbunyi: “Korban adalah seseorang
yang mengalami penderitaan fisik, mental dan kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana”.
Dari beberapa definisi mengenai korban yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan korban adalah
seseorangkelompok yang memperoleh penderitaan baik fisik, mental, ekonomi karena suatu tindakan kekerasan maupun ancaman.