17
dalam pasal 10 Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 adalah sebagai berikut :
1 Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
advokat, lembaga sosial atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pemerintah perlindungan dari pengadilan.
2 Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.
3 Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban.
4 Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap
tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.
5 Pelayanan bimbingan rohani.
Jadi, dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2004 tersebut disebutkan bahwa korban memiliki hak baik dalam hal perlindungan,
pelayanan kesehatan, pendampingan serta bimbingan rohani, selain itu korban berhak melaporkan kekerasan dalam rumah tangga yang
dialaminya baik secara lansung maupun dengan memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain yang ditunjuk.
c. Peran Aparat Penegak Hukum dan Elemen Lainnya Dalam
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Langkah nyata pemerintah dalam memberikan perlindungan dan pelayaan korban tertuang dalam UU nomor 23 tahun 2004 Bab 6 tentang
peran-peran aparat penegak hukum khususnya kepolisian, advokat dan pengadilan. Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut:
1 Peran Kepolisian
Tugas kepolisian pada saat menerima laporan tentang kasus kekerasan dalam rumah tangga adalah menerangkan akan hak-hak
korban untuk mendapatkan pelayanan dan pendampingan. Selain itu
18
kepolisian juga perlu memperkenalkan identitas mereka serta menegasakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan
sebuah kejahatan terhadap kepolisian sehingga sudah menjadi kewajiban kepolisian untuk melindungi korban.
Setelah itu, kepolisian mengambil langkah-langkah berikut: a
memberikan perlindungan sementara pada korban; b
meminta surat penetapan perintah perlindungan dari pengadilan; c
melakukan penyelidikan.
2 Peran Advokat
Dalam hal memberikan perlindungan dan pelayanan, advokat wajib: a
memberikan konsultasi hukum yang mencakup informasi mengenai hak-hak korban dan proses peradilan;
b mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan dalam sidang pengadilan dan membantu korban untuk secara lengkap memaparkan kekerasan dalam rumah
tangga yang dialaminay; atau
c melakukan koordinasi dengan sesama penegak hukum, relawan
pendamping, dan pekerja sosial agar proses peradilan berjalan sebagaimana mestinya.
Konflik dalam rumah tangga biasanya dapat diselesaikan
melalui 2 jalur yaitu litigasi dan nonlitigasi. Seorang advokat dapat memberikan advokasi litigasi dan advokasi nonlitigasi. Litigasi
merupakan upaya penyelesaian konflik dengan menggunakan jalur hukum, sedangkan nonlitigasi adalah upaya penyelesaian konflik
dengan jalan musyawarah dan mufakat keluarga namun tetap melibatkan pihak ketiga sebagai mediatornya.