diidentikkan dengan resiko itu sendiri, atau ketidakpastian dianggap sebagai dual dari resiko.
e. Setiap pelaku berusaha melengkapi informasi dalam upaya meminimumkan
resiko Dalam kondisi ketidakpastian, setiap pelaku berusaha untuk mencari dan
melengkapi informasi serta kemampuannya. Hal ini kemudian digunakan untuk mengkalkulasi apakah suatu resiko masuk dalam kategori resiko yang bernilai
worthed atau resiko yang tak bernilai unworthed risk sehingga dapat ditentukan keputusan apakah akan menghadapi resiko tersebut atau
menghindarinya. Informasi ini dapat digali melalui fenomena kejadian masa lalu ataupun petunjukinformasi yang diberikan pihak tertentu P3EI Universitas Islam
Indonesi Yogyakarta dan BI, 2008:28-30.
2.6 Pengertian Infaq
Infaq adalah merupakan amal ibadah kepada Allah dan amal sosial kemasyarakatan serta kemanusiaan dalam wujud menyerahkan sebagian harta atau
nilainya oleh perorangan atau badan hukum untuk diberikan kepada seseorang atau badan hukum karena suatu kebutuhan Kurde, 2005:18. Infaq juga bisa
diartikan mengeluarkan atau membelanjakan suatu harta untuk suatu kepentingan yang baik dengan mengharapkan ridho Allah.
2.7 Pengertian Sedekah
Sedekah ialah memberikan harta atau nilainya atau manfaatnya kepada yang berhak atau patut diberi, karena perintah Allah dan Rasulnya, baik perintah
wajib maupun perintah sunnah, yang merupakan perintah Allah dan sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan Kurde, 2005:20.
Sedekah bisa diartikan juga dengan megeluarkan harta maupun non-materi atau ibadah-ibadah fisik non-materi seperti menolong orang lain dengan tenaga dan
pikiran, serta mengajarkan ilmu pengetahuan.
2.8 Pengertian Keengganan
Enggan merupakan salah satu dari banyaknya beberapa kata sifat dan memiliki banyak arti. Kata enggan itu sendiri dapat diartikan sebagai kata sifat
yang lain yaitu malas atau tidak mau, tidak acuh, tidak sudi, tidak suka dan masih memiliki banyak arti dari kata enggan tersebut
www.bahasaindonesia.net .
2.9 BAZIS dan LAZ di Indonesia
Di Indonesia sudah ada satu organisasi yang menangani masalah zakat, yaitu BAZIS Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah. Sistem pengelolaan zakat
terdapat dalam UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, di dalamnya mengatur tentang pelaksanan pengelolaan zakat dimulai dari perencanaan sampai
pada tahap pendistribusian dan pendayagunaannya. Dalam UU Pengelolaan Zakat dimaksud disebutkan bahwa tujuan
pengelolaan zakat adalah meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan agama, meningkatkan fungsi dan
peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
2.9.1 Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS
Baznas ialah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Di Indonesia, terdapat lembaga semi-pemerintah yang berwenang untuk
melakukan pengolahan dan pendistribusian zakat, yaitu Badan Amil Zakat dari tingkat nasional BAZNAS sampai tingkat daerah BAZDA. Selain itu, ada juga
Lembaga Amil Zakat LAZ yang dibentuk oleh masyarakat yang diresmikan oleh pemerintah, yang juga memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat.
2.9.2 Rumah Zakat RZ
Abu Syauqi, salah satu tokoh dai muda Bandung, bersama beberapa rekan di kelompok pengajian Majlis Taklim Ummul Quro sepakat membentuk lembaga
sosial yang concern pada bantuan kemanusiaan. 2 Juli 1998, terbentuklah organisasi bernama Dompet Sosial Ummul Quro DSUQ. Dengan dukungan
masyarakat yang terus meluas mendorong dilakukannya pengelolaan organisasi ini lebih baik. Seiring berjalannya waktu dan perkembangannya pada tahun 2002
identitas lembaga sebagai lembaga amil zakat semakin dikuatkan. Pada tahun 2003 DSUQ berubah nama menjadi Rumah Zakat Indonesia DSUQ seiring
dengan turunnya SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang mensertifikasi organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional
www.rumahzakat.org Rumah Zakat adalah lembaga amil zakat yang memiliki tugas membantu
pengumpulan,pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang memfokuskan pada pendidikan dan kesehatan.
2.9.3 Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba milik masyarakat indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa
dengan dana ZISWAF Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok, perusahaanlembaga. Kelahirannya
berawal dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah
manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang peduli kepada nasif dhuafa. Empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar bagir, S. Sinansari Ecip,
dan Eri Sudewo berpadu sebagai Dewan Pendiri lembaga independen Dompet Dhuafa Republika.
Pada 4 September 1994, Yayasan Dompet Dhuafa Republika pun didirikan. Empat orang pendirinya adalah Parni Hadi, Haidar Bagir, Sinansari
Ecip, dan Erie Sudewo. Sejak itu, Erie Sudewo ditunjuk mengawal Yayasan Dompet Dhuafa dalam mengumpulkan dan menyalurkan dana Ziswaf dalam
wujud aneka program kemanusiaan, antara lain untuk kebutuhan kedaruratan, bantuan ekonomi, kesehatan, dan pendidikan bagi kalangan dhuafa.
Pada 10 Oktober 2001, Dompet Dhuafa Republika dikukuhkan untuk pertama kalinya oleh pemerintah sebagai Lembaga Zakat Nasional Lembaga
Amil Zakat oleh Departemen Agama RI. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 September 1994, diumumkan
dalam Berita Negara RI No. 163A.YAY.HKM1996PNJAKSEL.
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, Dompet Dhuafa merupakan institusi pengelola zakat yang
dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang
Pengukuhan Dompet Dhuafa Republika sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional www.dompetdhuafa.org.
2.10 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Andi Riswan 2012, dengan judul “Analisis Faktor–FaktorPendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq, Dan Sedekah ZIS Melalui BAZDA
Sumatera Utara” hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat membayar ZIS tersebut adalah pelayanan, lokasi,
teknik pengumpulan dan status BAZDASU dan
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bersedekah, BAZDASU harus terus
meningkatkan kualitas kinerja, pelayanan, sosialisasi dan program-program unggulannya, guna membangun citra BAZDASU yang lebih baik kedepannya.
2. M. Abdul Rouf 2011, dengan judul “Analisis Faktor–Faktor yang mempengaruhi minat Masyarakat Membayar Zakat di Rumah Zakat Cabang
Semarang” untuk penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, sedangkan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
menggunakan kuisioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik yang
digunakan untuk pengambilan sampel adalah sampel acak Probability Sampling. Hasil penelitian yang diolah dengan program SPSS Versi 16.0 for
windows menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen kepercayaan, religiusitas dan pendapatan terhadap variabel dependen minat masyarakat
sebesar 57,4, sedangkan yang 42,6 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
3. Penelitian yang dilakukan Lusiana Kanji, H. Abd. Hamid Habbe dan Mediaty
2011, dengan judul Aktor Determinan Motivasi Membayar Zakat, hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ibadah, pengetahuan zakat, harta
kekayaan atau pendapatan, peran pemerintah, peran ulama dan kredibilitas lembaga amil zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi
membayar zakat. 4. Penelitian yang dilakukan Hairunnizam Wahid, Mohd. Ali Mohd. Noor
Sanep Ahmad 2005, dengan judul Kesadaran Membayar Zakat: Apakah Faktor Penentunya? hasil penelitian menunjukkan hasil analisis ekonometrik
bahwa faktor kepuasan oleh institusi zakat adalah signifikan mempengaruhi pembayaran zakat. Beberapa cadangan juga diutarakan untuk membantu
meningkatkan kesedaran pembayar zakat terhadap tanggung jawab mereka dalam membayar zakat.
5. Dini Khoirinnisa Arifin 2012, dengan judul “Proses Konstruksi Perkembangan Organisasi Zakat Studi Pada Dompet Dhuafa Republika,
penelitian ini menggunak metode kualitatif, hasil penelitian adanya proses
konstruksi perkembangan organisasi zakat yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa dalam menuju social enterprise
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan dengan cara pengumpulan data atau informasi yang
empiris dan menguji hipotesis penelitan, namun tidak semua penelitian memerlukan adanya hipotesis sehingga tidak diperlukan adanya pengujian.
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor penyebab keengganan masyarakat membayar zakat melalui instansi BAZISLAZ
di Kota Medan. Dalam penelitian ini masyarakat yang diteliti ialah masyarakat muslim yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat muslim Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Dimana daerah penelitian ditentukan secara sengaja
dengan pertimbangan bahwa di daerah ini terdapat masyarakat muslim yang relatif sedikit membayar zakat melalui instansi BAZISLAZ yang ada. Tujuan
pemilihan tempat lokasi penelitian ini adalah untuk mempermudah penulis
mendapatkan responden sebagai sampel penelitian.