Pengaruh Tingkat Pelayanan, Kemampuan Membayar dan Kemauan Membayar Masyarakat Kota Medan Terhadap Penerimaan Retribusi Sampah

(1)

 

PENGARUH TINGKAT PELAYANAN, KEMAMPUAN

MEMBAYAR DAN KEMAUAN MEMBAYAR

MASYARAKAT KOTA MEDAN TERHADAP

PENERIMAAN RETRIBUSI SAMPAH

TESIS

Oleh

SITI SAHARA AZHAR

097017019/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

 

PENGARUH TINGKAT PELAYANAN, KEMAMPUAN

MEMBAYAR DAN KEMAUAN MEMBAYAR

MASYARAKAT KOTA MEDAN TERHADAP

PENERIMAAN RETRIBUSI SAMPAH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara

Oleh

SITI SAHARA AZHAR

097017019/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

 

Judul Tesis : PENGARUH TINGKAT PELAYANAN, KEMAMPUAN

MEMBAYAR DAN KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT KOTA MEDAN TERHADAP PENERIMAAN RETRIBUSI SAMPAH

Nama Mahasiswa : Siti Sahara Azhar Nomor Pokok : 097017019

Program Studi : Akuntansi  

 

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Erlina, S.E., M.Si, Ph.D, Ak.) Ketua

(Drs. Rasdianto, MA, Ak.) Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr. Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA, CPA.) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)  

 


(4)

 

Telah Diuji pada

Tanggal : 15 Agustus 2011

Panitia Penguji Tesis :

Ketua : Prof. Erlina, S.E., M.Si, Ph.D, Ak. Anggota : 1. Drs. Rasdianto, MA, Ak.

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA 3. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak


(5)

 

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul : “Pengaruh Tingkat Pelayanan, Kemampuan Membayar dan Kemauan Membayar Masyarakat Kota Medan Terhadap Penerimaan Retribusi Sampah”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 15 Agustus 2011 Yang membuat pernyataan :

(Siti Sahara Azhar)  


(6)

 

PENGARUH TINGKAT PELAYANAN, KEMAMPUAN MEMBAYAR DAN

KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT KOTA MEDAN TERHADAP PENERIMAAN RETRIBUSI SAMPAH

ABSTRAK

Pelayanan pengelolaan sampah diharapkan dapat dibiayai sendiri dari hasil penerimaan retribusinya. Namun telah terjadi penurunan hasil penerimaan retribusi sampah di Kota Medan dalam beberapa tahun terakhir ini. Fenomena ini menarik untuk diteliti, sehingga dapat diberikan masukan kepada dinas terkait, maupun Pemerintah Kota dalam membuat kebijakan mengenai pelayanan pengelolaan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beberapa faktor, berupa tingkat pelayanan, kemampuan membayar dan kemauan membayar terhadap penerimaan retribusi sampah di Kota Medan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif dengan memakai model analisis regresi linier berganda dalam pengujian hipotesisnya, baik secara simultan maupun parsial. Data dikumpulkan dengan membagikan kuesioner kepada para Mandor/Pengutip. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 139 orang, di mana 104 orang di antaranya dijadikan sebagai sampel, sementara 35 orang dipilih sebagai responden dalam Pilot Study. Dari 104 kuesioner yang didistribusikan, hanya 100 kuesioner yang memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan variabel tingkat pelayanan, kemampuan membayar, dan kemauan membayar berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi sampah. Dalam pengujian secara parsial ditemukan bahwa variabel kemampuan membayar menunjukkan pengaruh yang signifikan tetapi negatif terhadap penerimaan retribusi sampah. Sementara variabel tingkat pelayanan dan kemauan membayar masing-masing berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan retribusi sampah.

Kata Kunci: Tingkat Pelayanan, Kemampuan Membayar, Kemauan Membayar, Penerimaan Retribusi Sampah.


(7)

 

THE INFLUENCE OF SOLID WASTE LEVEL OF SERVICE, ABILITY TO PAY, AND WILLINGNESS TO PAY OF MEDAN CITIZENT ON THE

AMOUNT OF SOLID WASTE RETRIBUTION

ABSTRACT

Solid waste management service is expected be financed by solid waste retribution receipts. However, the amount of solid waste retribution receipts in Medan City are going down during the current years. This phenomenon is interesting to search, in order to provide some inputs to the related governmental unit as well as to the city of government in preparing policies about solid waste management services. This research is intended to examine the influence of some factors, e.g. solid waste level of service, ability to pay, and willingness to pay on the amount of solid waste retribution receipts in Medan City.

The predictive or associative research method used in this matter and

hypotheses testing, either to test a simultaneously or partially association is excecuted by using a multiple regression analysis model. Data was collected by distributing questionnaires to all Foremen/Collectors of Dinas Kebersihan Medan. The amount of population are 139, where 104 Foremen/Collectors were chosen as a sample, while 35 were chosen as respondents on Pilot Study. From 104 distributed quesionnaires only 100 of them are acceptable for further analysis.

The result of hypotheses testing showed that solid waste level of service, ability to pay, and willingness to pay are simultaneously significant influence on the amount of solid waste retribution receipts in a positive way. In testing partially influences, it is found that the ability to pay variable has negatively significant influence on the amount of solid waste retribution receipts. On the other hand, solid waste level of service and willingness to pay variables have positively significant influence on the amount of solid waste retribution receipts.

Key words: Solid waste level of service, Ability to Pay, Willingness to Pay, Solid waste Retribution Receipts


(8)

 

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillahirabbil’alamiin, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Sempurna, dan Maha Pemberi Petunjuk atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Shalawat beriring dalam senantiasa terlimpah kepada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, dan orang-orang beriman yang mengikuti sunnahnya.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi isi maupun cara penyajiannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulisan miliki. Namun demikian, penulis akan tetap berusaha untuk memperbaiki diri lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan baik berupa moril maupun materil dari berbagai pihak dalam penyelesaian tesis ini. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dan turut memnatu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc(CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan magister di Universitas Sumatera Utara.


(9)

 

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan magister di Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA. selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan magister di Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Erlina, S.E., M.Si, Ph.D,Ak. dan Bapak Drs. Rasdianto,MA, Ak selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam penulisan tesis ini.

5. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak., Ibu Dra.Sri Mulyani, MBA, Ak, dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak. selaku tim penguji tesis atas saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Magister Akuntansi atas segala ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan.

7. Orang tua tercinta, ayahanda Prof. Dr. H. Azhar Maksum,MEc, Ak. dan ibunda Hj.Siti Hasanah, yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan moril maupun materil serta bantuan yang tidak ternilai dalam bentuk apapun juga, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan tesis ini.

8. Abang dan Kakak Ipar tercinta (Mhd.Karya Satya Azhar.,SE.,M.Si.,Ak. dan Raisa Herwanti.,SE), Calon Suami tercinta M. Yusuf Nst, S.H. yang selalu


(10)

 

mendoakan dan memberikan dorongan moril maupun materil serta bantuan yang tak ternilai dalam bentuk apapun juga, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan tesis ini dan Adik-adikku tersayang (Ibnu A.Sina Azhar.,SE , Azwanto Rizky Azhar dan Dara Balqis Azhar ), yang telah memberi dukungan dan motivasi yang tak pernah henti.

9. Teman-teman di Program Magister Ilmu Akuntansi, yang penuh dengan rasa kekeluargaan dan persahabatan dalam memberi sumbangan pikiran selama perkuliahan ( Desi, Ivo, Ruswan, Rahima, Pasca, Namira, Eva, Ria )

Akhirnya penulis mengharapkan kiranya skripsi ini merupakan usaha yang diridhoi oleh Allah SWT dan merupakan hasil yang bermanfaat bagi kita semua dan bagi penulis sendiri.

Amin Ya Rabbal’alamin

Medan, 15 Agustus 2011 Penulis,


(11)

 

RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Sahara Azhar

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/19 November 1984

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Orang tua :

Ayah : Prof. Dr. H. Azhar Maksum, MEc., Ak

Ibu : Hj.Siti Hasanah

Alamat : Jl. Karya Bakti No.109-a Titi Kuning Pangkalan Masyhur Medan Johor

Pendidikan : 1. TK : TK Al-Azhar Medan 2. SD : SD Harapan 2 Medan 3. SMP : SLTP Harapan 1 Medan 4. SMA : SMU Negeri 2 Medan 5. S1 : STIE Harapan Medan 6. Profesi : PPAk , FE USU


(12)

 

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………. i

ABSTRACT……….... ii

KATA PENGANTAR………... . iii

RIWAYAT HIDUP………... vi

DAFTAR ISI……….. vii

DAFTAR TABEL……… . xi

DAFTAR GAMBAR……… . xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiii

BAB I. PENDAHULUAN……… . 1

1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. perumusan Masalah………... 5

1.3. Tujuan Penelitian……… 5

1.4. Manfaat Penelitian……….. 5

1.5. Originalitas Penelitian………. 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………. 8

2.1. Landasan Teori……….... 8

2.1.1. Retribusi Daerah..………... 11

2.1.2. Retribusi Sampah…….……….. 12

2.1.3. Pengutipan Retribusi Sampah………….……….. 13


(13)

 

2.1.5. Kemampuan Membayar………..………... 18

2.1.6. Kemauan Membayar……… 24

2.2. Review Penelitian Terdahulu………... 26

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS……… 31

3.1. Kerangka Konsep….………... 31

3.2. Hipotesis Penelitian………. 33

BAB IV. METODE PENELITIAN………. 35

4.1. Jenis Penelitian……… 35

4.2. Lokasi Penelitian………. 35

4.3. Populasi dan Sampel ……….. 36

4.4. Metode Pengumpulan Data………... 37

4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel……… 38

4.6. Metode Analisis Data………. 41

4.7. Pengujian Kualitas Data………. 43

4.7.1. Pengujian Validitas…….………. 43

4.7.2. Pengujian Reliabilitas………... 44

4.8. Uji Asumsi Klasik……….. 44

4.8.1. Uji Normalitas………..………... 45

4.8.2. Uji Multikolinearitas……….. 46

4.8.3. Uji Heteroskedastisitas……….. 47


(14)

 

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 49

5.1. Hasil Penelitian………... 49

5.1.1. Gambaran Umum Objek dan Populasi Penelitian…….. 49

5.1.2. Karakteristik Responden……… 51

5.1.3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas………. 52

5.1.3.1. Hasil Pengujian Validitas………. 53 5.1.3.2. Hasil Pengujian Reliabilitas……….. 56

5.1.4. Statistik Deskriptif ……… 57

5.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik……….. 58

5.2.1. Hasil Uji Normalitas………... 59

5.2.2. Hasil Uji Multikolinearitas………..……… 60

5.2.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas………. 61

5.3. Hasil Pengujian Hipotesis…….………..……… 64

5.3.1. Koefisien Determinasi R2..………. 64

5.3.2. Hasil Uji Statistik F……..………... 66

5.3.3. Hasil Uji Statistik t... 67

5.4. Pembahasan Hasil Penelitian………. 70

5.4.1. Pengaruh Tingkat Pelayanan terhadap Penerimaan Retribusi Sampah………....……… 70

5.4.2. Pengaruh Kemampuan Membayar terhadap Penerimaan Retribusi Sampah……… 70


(15)

 

5.4.3. Pengaruh Kemauan Membayar terhadap Penerimaan Retribusi

Sampah……… 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………... 73

6.1. Kesimpulan………. 73

6.2. Keterbatasan Penelitian………... 74

6.3. Saran………... 75


(16)

 

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Tinjauan atas Penelitian Terdahulu... 29

4.1. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 40

5.1. Karakteristik Responden………... 52

5.2. Hasil Pengujian Validitas………... 55

5.3. Hasil Pengujian Reliabilitas………... 56

5.4. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian………... 57

5.5. Hasil Uji Normalitas Data …………... 59

5.6. Hasil Uji Multikolinearitas ……... 61

5.7. Hasil Uji Heteroskedastisitas ………... 63

5.8. Hasil Adjusted R2………... 65

5.9. Hasil Uji Statistik F... 66


(17)

 

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

3.1. Kerangka Konsep ………... 32 5.1. Scatterplot………. 62


(18)

 

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1 Kuesioner

2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pilot Studi. 3 Tabulasi Distribusi Jawaban Responden 4 Tabulasi Data Karakteristik Responden 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 6

7 8

Deskriptif Statistik Karakteristik Jawaban Responden Hasil Uji Asumsi Klasik


(19)

 

PENGARUH TINGKAT PELAYANAN, KEMAMPUAN MEMBAYAR DAN

KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT KOTA MEDAN TERHADAP PENERIMAAN RETRIBUSI SAMPAH

ABSTRAK

Pelayanan pengelolaan sampah diharapkan dapat dibiayai sendiri dari hasil penerimaan retribusinya. Namun telah terjadi penurunan hasil penerimaan retribusi sampah di Kota Medan dalam beberapa tahun terakhir ini. Fenomena ini menarik untuk diteliti, sehingga dapat diberikan masukan kepada dinas terkait, maupun Pemerintah Kota dalam membuat kebijakan mengenai pelayanan pengelolaan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beberapa faktor, berupa tingkat pelayanan, kemampuan membayar dan kemauan membayar terhadap penerimaan retribusi sampah di Kota Medan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif dengan memakai model analisis regresi linier berganda dalam pengujian hipotesisnya, baik secara simultan maupun parsial. Data dikumpulkan dengan membagikan kuesioner kepada para Mandor/Pengutip. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 139 orang, di mana 104 orang di antaranya dijadikan sebagai sampel, sementara 35 orang dipilih sebagai responden dalam Pilot Study. Dari 104 kuesioner yang didistribusikan, hanya 100 kuesioner yang memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara simultan variabel tingkat pelayanan, kemampuan membayar, dan kemauan membayar berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi sampah. Dalam pengujian secara parsial ditemukan bahwa variabel kemampuan membayar menunjukkan pengaruh yang signifikan tetapi negatif terhadap penerimaan retribusi sampah. Sementara variabel tingkat pelayanan dan kemauan membayar masing-masing berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan retribusi sampah.

Kata Kunci: Tingkat Pelayanan, Kemampuan Membayar, Kemauan Membayar, Penerimaan Retribusi Sampah.


(20)

 

THE INFLUENCE OF SOLID WASTE LEVEL OF SERVICE, ABILITY TO PAY, AND WILLINGNESS TO PAY OF MEDAN CITIZENT ON THE

AMOUNT OF SOLID WASTE RETRIBUTION

ABSTRACT

Solid waste management service is expected be financed by solid waste retribution receipts. However, the amount of solid waste retribution receipts in Medan City are going down during the current years. This phenomenon is interesting to search, in order to provide some inputs to the related governmental unit as well as to the city of government in preparing policies about solid waste management services. This research is intended to examine the influence of some factors, e.g. solid waste level of service, ability to pay, and willingness to pay on the amount of solid waste retribution receipts in Medan City.

The predictive or associative research method used in this matter and

hypotheses testing, either to test a simultaneously or partially association is excecuted by using a multiple regression analysis model. Data was collected by distributing questionnaires to all Foremen/Collectors of Dinas Kebersihan Medan. The amount of population are 139, where 104 Foremen/Collectors were chosen as a sample, while 35 were chosen as respondents on Pilot Study. From 104 distributed quesionnaires only 100 of them are acceptable for further analysis.

The result of hypotheses testing showed that solid waste level of service, ability to pay, and willingness to pay are simultaneously significant influence on the amount of solid waste retribution receipts in a positive way. In testing partially influences, it is found that the ability to pay variable has negatively significant influence on the amount of solid waste retribution receipts. On the other hand, solid waste level of service and willingness to pay variables have positively significant influence on the amount of solid waste retribution receipts.

Key words: Solid waste level of service, Ability to Pay, Willingness to Pay, Solid waste Retribution Receipts


(21)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menurut Undang Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah bahwa otonomi daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian otonomi daerah merupakan pemberdayaan Pemerintah Daerah dalam pengambilan keputusan sehingga daerah akan lebih leluasa untuk mengelola potensi sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kepentingan daerah itu sendiri. Dengan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab, setiap daerah dituntut untuk meningkatkan kemandiriannya (Silalahi, 2002). Salah satu tolok ukur untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan mengukur seberapa besar kemampuan keuangan suatu daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah atau pemerintahan sendiri. Sumber keuangan utama yang dapat menunjang kemampuan keuangan daerah tersebut adalah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).

PAD merupakan sumber penerimaan yang berasal dari beberapa hasil penerimaan daerah dan satu di antara penerimaan-penerimaan daerah tersebut adalah yang berasal dari penerimaan restribusi daerah. Hal ini sejalan dengan isi dari Undang


(22)

 

Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang menjelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: Hasil Pajak Daerah, Hasil Restribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Hasil restribusi daerah perlu diusahakan agar menjadi pemasukan yang potensial dari PAD. Di antara berbagai jenis retribusi daerah yang ada, retribusi sampah merupakan sumber penerimaan PAD yang dikelola oleh sebuah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Untuk Kota Medan, SKPD yang bertugas dan bertanggungjawab memberikan pelayanan persampahan dan mengelola penerimaan retribusinya adalah Dinas Kebersihan Kota Medan.

Dinas Kebersihan inilah yang bertugas untuk memberikan dan mengelola pelayanan sampah dalam wilayah Kota Medan. Kegiatan pengelolaan tersebut tidak hanya meliputi aktivitas pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan serta pemusnahan sampah-sampah yang telah dihasilkan oleh masyarakat atau penduduk Kota Medan ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tetapi juga meliputi kegiatan pengutipan pembayaran balas jasa atas pelaksanaan pelayanan pengelolaan sampah yang disebut dengan Retribusi Sampah. Seyogianya hasil pengutipan retribusi sampah inilah yang dimanfaatkan untuk membiayai berbagai aktivitas pengelolaan sampah sebagaimana disinggung di atas. Oleh sebab itu seharusnya terdapat hubungan searah antara jumlah sampah atau jumlah penduduk yang dilayani dengan jumlah penerimaan retribusi sampah, di mana jumlah penerimaan retribusi sampah akan mengalami kenaikan bila jumlah penduduk yang dilayani mengalami pertambahan (Allen Consulting Group, 2003).


(23)

 

Fenomena yang terlihat selama tahun-tahun belakangan ini di Kota Medan adalah terdapatnya dua hal yang bertolak belakang, yaitu terjadinya pertambahan jumlah penduduk yang dilayani di satu pihak, yang berarti terjadinya peningkatan volume sampah yang berdampak pada peningkatan biaya pelayanan, sementara di pihak lain terjadinya penurunan hasil pengutipan retribusi sampah. Menurut data yang diperoleh dalam penelitian awal di Dinas Kebersihan Kota Medan diketahui bahwa jumlah hasil pengutipan retribusi sampah yang diterima dalam tahun 2008 hanya mencapai sebesar 92,20% dari jumlah retribusi sampah yang telah dianggarkan. Di tahun 2009 persentase hasil pengutipan ini justru semakin menurun lagi, yaitu hanya mencapai sebesar 88,70% dari jumlah yang dianggarkan. Bahkan di tahun 2010 hasil penerimaan aktual pengutipan retribusi sampah tersebut hanya mencapai 68,37% dibanding dengan anggaran penerimaan retribusi sampah yang telah ditetapkan.

Terjadinya penurunan hasil pengutipan retribusi sampah ini tentu disebabkan oleh berbagai faktor yang ada. Faktor-faktor tersebut mungkin berupa faktor yang melekat di badan yang mengelola sampah sendiri, misalnya pelayanan yang kurang memuaskan, atau karena besaran tarif pelayanan yang ditetapkan oleh Dinas Kebersihan terlalu tinggi. Dalam setiap pemberian pelayanan, baik buruknya tingkat pelayanan akan menentukan bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan tersebut. Hal ini selanjutnya akan mendorong penerima pelayanan tersebut untuk melakukan pembayaran atas pelayanan yang diberikan yang pada akhirnya akan menaikkan hasil penerimaan. Selanjutnya para penerima pelayanan juga selalu


(24)

 

menghubungkan pelayanan yang diterimanya dengan kelayakan tarif yang dibebankan kepadanya. Bila tarif yang dikenakan dipandang terlalu mahal, tentu akan menimbulkan keengganan mereka untuk melakukan pembayaran. Dengan demikian besarnya tarif juga akan mempengaruhi tinggi rendahnya hasil penerimaan retribusi, termasuk retribusi sampah.

Selain itu, faktor-faktor yang melekat pada diri sipelanggan pelayanan persampahan sendiri dapat juga berpengaruh terhadap penerimaan retribusi sampah, misalnya rendahnya tingkat kemampuan untuk membayar retribusi sampah, dan juga rendahnya tingkat kesadaran atau kemauan sipenerima pelayanan dalam membayar retribusi sampah. Meskipun pelayanan yang diberikan cukup baik, namun bila pihak yang dilayani tidak atau kurang memiliki kemampuan dalam membayar (mungkin karena tarif yang ditetapkan kurang mempertimbangkan pendapatan penduduk yang dilayani) biaya pelayanan sampah yang telah diterimanya, maka hasil penerimaan retribusi juga akan tetap rendah. Oleh sebab itu tinggi rendahnya hasil penerimaan retribusi persampahan akan ditentukan juga oleh tingkat kemampuan membayar para penerima pelayanan persampahan. Begitu juga halnya, meskipun penerima pelayanan memiliki tingkat kemampuan untuk membayar, tetapi bila tingkat kesadarannya terhadap kewajiban untuk membayar biaya pelayanan yang telah diterimanya masih rendah, maka hasil penerimaan retribusi sampah akan tetap rendah, dan demikian pula sebaliknya.


(25)

 

Bertolak dari permasalahan yang telah diidentifikasi di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah hasil pengutipan retribusi sampah di Kota Medan dan menuangkannya dalam sebuah penelitian yang berjudul: “Pengaruh Tingkat Pelayanan, Kemampuan Membayar, dan Kemauan Membayar Masyarakat terhadap Penerimaan Retribusi Sampah di Kota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang dan fenomena di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah tingkat pelayanan, kemampuan membayar dan kemauan membayar masyarakat berpengaruh terhadap penerimaan retribusi sampah di Kota Medan, baik secara simultan maupun secara parsial?”

1.3Tujuan Penelitian

Sejalan dengan uraian-uraian di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah menemukan bukti empiris tentang pengaruh faktor-faktor tertentu berupa tingkat pelayanan, kemampuan membayar dan kemauan membayar masyarakat terhadap penerimaan retribusi sampah di Kota Medan, baik secara simultan maupun secara parsial.


(26)

 

Adapun berbagai manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Medan khususnya Dinas Kebersihan Kota Medan dalam membuat kebijakan yang terkait dengan tingkat pelayanan persampahan dan pengutipan retribusi sampah di Kota Medan.

2. Bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan di bidang akuntansi sektor publik, khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan retribusi sampah sebagai salah satu sumber penerimaan PAD. Faktor-faktor yang diteliti dalam hal ini hanya terdiri atas tingkat pelayanan sampah, kemampuan membayar dan kemauan membayar masyarakat terhadap retribusi sampah.

3. Bagi dunia ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang akuntansi sektor publik yang sekaligus dapat dijadikan referensi bagi peneliti-peneliti lainnya di masa yang akan datang yang tertarik dengan masalah pengutipan retribusi sampah dalam rangka mewujudkan kota yang bersih dan berwawasan lingkungan.


(27)

 

Penelitian ini terinspirasi dari hasil penelitian Arizal (2003) dengan judul “Faktor-faktor Sosiologis yang Mempengaruhi Penerimaan Retribusi Sampah (Survei di Masyarakat Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Propinsi Jambi)”. Penelitian Arizal menggunakan faktor-faktor sosiologis yang terdiri dari agama, pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan sebagai variabel independen yang dapat digolongkan sebagai faktor-faktor yang melekat pada diri sipenerima pelayanan sampah. Sementara dalam penelitian ini variabel independennya terdiri dari tingkat pelayanan, kemampuan membayar dan kemauan membayar yang dapat dikelompokkan sebagai faktor yang melekat pada diri pihak yang meberi pelayanan dan faktor yang melekat pada diri pihak yang menerima pelayanan. Selain itu, penelitian Arizal dilaksanakan di sebuah wilayah yang lebih kecil, yaitu di Kecamatan Bangko, Propinsi Jambi, sementara penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara yang akan meliputi areal yang lebih luas yang meliputi lebih dari satu wilayah kecamatan. Perbedaan lainnya terletak pada pihak yang dijadikan responden, di mana dalam penelitian Arizal yang menjadi responden adalah rumah tangga, sementara dalam penelitian ini yang dijadikan responden adalah para petugas Dinas Kebersihan yang secara langsung terlibat dalam pemberian pelayanan dan juga melakukan pengutipan retribusi sampah.


(28)

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Berdasarkan Undang Undang No.32 Tahun 2004, pasal 1 ayat 5 tentang otonomi daerah, otonomi daerah diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan diimplementasikannya ketentuan tentang pelaksanaan otonomi daerah tersebut, maka akan terbentuklah daerah-daerah yang memiliki hak dan kewenangan tertentu guna mengatur dan menata kepentingan masyarakatnya ke arah yang lebih baik. Daerah-daerah dimaksud disebut dengan daerah otonomi yaitu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang Undang No.34 Tahun 2000, pasal 1 ayat 1).

Pelaksanaan otonomi daerah dititikberatkan kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang dimulai dengan adanya sejumlah penyerahan daerah kewenangan (urusan) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka otonomi daerah ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan. Pelaksanaan otonomi daerah ini


(29)

 

diharapkan membawa sejumlah peluang kepada daerah untuk membangun wilayah daerahnya sendiri-sendiri. Selanjutnya dengan pemberlakuan otonomi daerah tersebut berarti setiap wilayah daerah dihadapkan pada adanya tantangan berupa kemandirian keuangan dan fiskal. Sebaliknya, sebagai konsekuensi logis dari otonomi daerah ini adalah akan menurunnya dukungan keuangan dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah dan oleh sebab itu pemerintah daerah harus berupaya untuk meningkatkan sumber-sumber pembiayaan daerahnya sendiri.

Sumber pembiayaan daerah yang paling penting adalah sumber pembiayaan yang dikenal dengan istilah PAD (Pendapatan Asli Daerah). Komponen-komponen PAD menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 pasasl 79 terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan lain-lain pendapatan yang sah. Pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk investasi publik. Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pungutannya berada di daerah. Retribusi adalah pembayaran kepada negara dan atau daerah yang dilakukan karena digunakannya jasa-jasa negara atau daerah. Retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat yang membutuhkan. Komponen PAD selanjutnya adalah laba Badan Usaha Milik Daerah. Perusahaan daerah adalah perusahaan yang dimiliki oleh atau modalnya berasal dari Pemerintah Daerah. Komponen terakhir PAD adalah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah yang dapat terdiri atas Pendapatan Hibah, Pendapatan Dana Darurat (Bencana Alam) dan Pendapatan Lainnya misalnya


(30)

 

penerimaan dari swasta, bunga simpanan giro dan Bank serta penerimaan dari denda kontraktor (Peraturan Pemerintah No.24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan).

Aspek pembiayaan merupakan aspek yang sangat penting dalam berbagai macam kegiatan, termasuk dalam kegiatan pengelolaan sampah (Meidiana & Gamse, 2010). Hal ini sejalan dengan pendapat Waluyo (2010) bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik materil maupun spirituil berbagai pihak perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan. Lebih lanjut Santosa, Darsono dan Syafrudin (2010) mengatakan pula bahwa aspek pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda sistem pengelolaan persampahan agar berjalan lancar. Jadi, dapat dikatakan bahwa aspek pembiayaan sebagai ujung tombak dalam pengelolaan sampah karena akan sangat mempengaruhi aspek lainnya terutama aspek teknis operasional seperti dalam penyediaan sarana prasarana pengelolaan sampah seperti wadah sampah, sapu dan truk pengangkut sampah. Ketidak-mampuan dalam penyediaan dana untuk membiayai kegiatan pelayanan kebersihan akan berakibat menurunnya tingkat maupun kualitas pelayanan dan tentu akan berakibat menurunnya kualitas lingkungan di lokasi atau daerah terkait.

Pada tahun 2007, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.083.156 jiwa. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2000 diperkirakan akan terjadi pertumbuhan penduduk selama tahun 2000-2007 sebesar 1,28 % pertahun. Dengan luas wilayah yang mencapai 265,10 km², maka kepadatan penduduk mencapai 7858 jiwa/km². Selanjutnya menurut data dari Dinas Kebersihan Kota Medan bahwa pada


(31)

 

tahun 2009 jumlah penduduk Kota Medan telah bertambah menjadi 2.578.315 jiwa, sementara jumlah sampah yang dihasilkan akan mencapai sebesar 5.616 m³/hari (1.404 ton/hari). Dengan volume sampah sebesar itu, maka pengelolaan sampah harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Jika tidak, maka akan terjadi penurunan kualitas lingkungan, dan hal ini terbukti di mana selama beberapa periode terakhir ini Kota Medan tidak pernah lagi memperoleh piagam penghargaan di bidang kebersihan maupun lingkungan hidup, berupa penghargaan Adipura dan Kalpataru.

2.1.1.Retribusi Daerah

Retribusi diartikan sebagai “pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah secara langsung dan nyata kepada pembayar” (Resmi, 2007: 2). Jadi, retribusi merupakan sejumlah pungutan biaya yang harus dibayarkan seseorang kepada negara karena telah memperoleh jasa atau pelayanan tertentu secara langsung dari pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah. Contoh: retribusi parkir, retribusi sampah, retribusi jalan tol dan sebagainya.

Undang Undang Nomor 34 tahun 2000 pasal 1 ayat 2 menjelaskan bahwa retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Selanjutnya dalam Undang Undang Nomor 18 tahun 1997 pasal 18 ayat (2) Golongan retribusi terdiri dari 3 golongan yaitu: Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu.


(32)

 

Retribusi Jasa Umum adalah pungutan retribusi yang dilakukan atas jasa yang diberikan atau disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Retribusi jenis ini ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan (Undang-Undang nomor 34 tahun 2000 Pasal 21). Sementara Retribusi Jasa Usaha merupakan pungutan retribusi yang dilakukan atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Pemungutannya didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. Sedangkan Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan, didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Berdasarkan penggolongan di atas, maka retribusi sampah ini termasuk dalam golongan retribusi jasa umum.

2.1.2. Retribusi Sampah

Sejalan dengan pengertian retribusi di atas, maka retribusi sampah merupakan pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah (dalam hal ini SKPD tertentu)


(33)

 

kepada rumah tangga ataupun objek lainnya yang telah memperoleh jasa pelayanan pengelolaan sampah. Jadi retribusi sampah yang termasuk ke dalam golongan retribusi jasa umum merupakan pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat yang berada dalam wilayah hukumnya atas pemberian jasa atau pelayanan penanganan sampah atau kebersihan. Pemungutannya harus didasarkan pada pertimbangan mengenai biaya penyelenggaraan pelayanan, tingkat kemampuan masyarakat dalam membayar serta aspek keadilan. Oleh sebab itu penetapan besarnya tarif retribusi sampah ini harus didasarkan pada besarnya biaya operasional pengelolaan. Selain itu pemungutan retribusi (termasuk retribusi sampah) haruslah dilandasi oleh Undang Undang atau peraturan tertentu. Untuk wilayah Kota Medan retribusi sampah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan Nomor 8 Tahun 2002.

2.1.3. Pengutipan Retribusi Sampah

Pemerintah Daerah wajib menentukan besarnya biaya jasa pengelolaan sampah yang dipungut dari masyarakat dan pelaku usaha dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat. Besarnya biaya jasa pengelolaan sampah dari masyarakat dan pelaku usaha yang akan ditentukan oleh Pemerintah Daerah harus mempertimbangkan infrastruktur dan peralatan yang tersedia. Dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat dan juga infrastruktur dan peralatan yang tersedia, diharapkan pelayanan yang diberikan akan menjadi


(34)

 

optimal dan dapat memuaskan masyarakat, sehingga hasil pengutipan retribusi sampah akan menjadi tinggi.

Pengutipan retribusi sampah di Kota Medan dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 18 Tahun 2002. Apakah jumlah tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dalam peraturan ini telah memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai faktor yang diperkirakan akan ikut mempengaruhi hasil pengutipannya, seperti tingkat pelayanan yang diberikan, kemampuan membayar masyarakat, sosialisasi mengenai pentingnya partisipasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, kiranya perlu penelitian yang tersendiri. Namun demikian, data hasil pengutipan retribusi sampah di Kota Medan dalam beberapa tahun belakangan ini telah menunjukkan penurunan yang cukup berarti, sehingga kemungkinan akan mempengaruhi kemampuan Dinas Kebersihan dalam melakukan atau memberikan pelayanan pengeloaan sampah.

Besarnya hasil pengutipan retribusi sampah akan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat berupa faktor yang melekat pada pihak yang menerima pelayanan, maupun faktor yang melekat pada pihak yang memberikan pelayanan. Faktor-faktor yang melekat pada diri pihak yang menerima pelayanan, antara lain dapat berupa tingkat kemampuan dan kemauan rumah tangga untuk membayar retribusi sampah (disebut sebagai faktor-faktor sosiologis dalam Arizal, 2003). Sementara faktor yang melekat pada pihak yang memberikan pelayanan antara lain seperti besaran tarif retribusi sampah, tingkat pelayanan dan kesungguhan petugas pengutip retribusi sampah juga diperkirakan akan mempengaruhi besar kecilnya hasil pengutipan


(35)

 

retribusi sampah tersebut. Dalam penelitian ini, hanya faktor kemampuan membayar, kemauan membayar retribusi sampah dan tingkat pelayanan saja yang diteliti. Faktor-faktor besaran tarif dan kesungguhan petugas pengutip retribusi sampah tidak ikut diteliti karena penentuan besaran tarif tidak sepenuhnya berada di tangan Dinas Kebersihan, melainkan juga ditentukan oleh pihak lain, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sementara faktor kesungguhan petugas pengutip retribusi sampah juga tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena faktor ini dipandang sangat subjektif bagi responden.

2.1.4. Tingkat Pelayanan

Berbagai teori mengenai perilaku konsumen menjelaskan hubungan antara tindakan perusahaan dalam rangka mempengaruhi konsumen atau calon konsumennya dengan perilaku konsumen tersebut. Stimulus-Response Theory yang dikemukakan oleh Skinner (dalam Samboro, 2008: 19) mengenai proses belajar mengemukakan bahwa suatu tanggapan dari seseorang timbul sebagai akibat dari suatu rangsangan yang dihadapinya. Dalam hal ini, tingkat pelayanan yang baik dan berkualitas serta frekwensi pelayanan yang tinggi dapat dipandang sebagai atau akan menjadi stimulus yang dapat merangsang anggota masyarakat yang dilayani untuk memberikan respons terhadap stimulus itu berupa kesediaan dan kesadaran untuk memberikan kontribusi (balas jasa) atas pelayanan tersebut yang dalam hal ini berupa pembayaran atas retribusi pelayanan sampah. Selanjutnya, menurut Douglas dalam


(36)

 

Mulyono (2008) bahwa untuk produk yang membutuhkan jasa pelayanan fisik, jasa pelayanan menjadi komponen yang kritis dari nilai.

Pelayanan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang atau sesuatu pihak terhadap orang/pihak lain dalam rangka memberikan kepuasan kepada orang/pihak yang dilayani tersebut. Pelayanan kebersihan atau pelayanan/jasa persampahan termasuk dalam kelompok pelayanan umum, yaitu pelayanan yang ditujukan kepada semua anggota masyarakat di suatu lokasi/daerah tertentu dan umumnya dilakukan oleh pihak pemerintah (pemerintah daerah). Keputusan MenPan No.81 tahun 1993 menyatakan bahwa pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah pusat/daerah dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.  Sementara Munir (2000: 17) mengartikan pelayanan umum sebagai “setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain yang ditujukan guna memenuhi kepentingan orang banyak”. Begitu pula Batinggi (1999: 12) berpendapat bahwa pelayanan umum merupakan “perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengurus hal-hal yang diperlukan masyarakat/khalayak umum”. Oleh karena sampah diproduksi oleh setiap anggota masyarakat, maka pelayanan kebersihan merupakan bentuk pelayanan umum yang harus diberikan oleh Pemerintah (dalam hal ini Pemerintah Daerah). Berdasarkan adanya pelayanan tersebut, maka Pemerintah Daerah dapat melakukan pengutipan balas jasa atas pelayanan yang diberikan yang disebut sebagai retribusi sampah.


(37)

 

Pelayanan yang baik, berkualitas dan memuaskan sangat tergantung kepada sumber daya yang tersedia untuk melakukan kegiatan pelayanan tersebut. Sumber daya ini dapat berupa tenaga manusia yang bertugas melayani pengutipan, pengangkutan dan pemusnahan sampah, peralatan-peralatan yang digunakan, serta fasilitas lainnya yang terkait dengan itu, seperti penyediaan sarana pengumpulan sampah, baik di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain ketersediaan sumber daya, manajemen terhadap sumber daya tersebut juga merupakan hal yang krusial dalam rangka memberikan pelayanan sampah yang memuaskan. Frekwensi pengutipan/pengambilan sampah oleh para petugas kebersihan dan begitu juga pengangkutannya ke lokasi TPS maupun TPA akan secara langsung berpengaruh kepada kualitas kebersihan di lokasi pelayanan. Hal ini selanjutnya tentu akan menimbulkan kepuasan masyarakat yang dilayani.

Kepuasan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfrontasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya (Tse & Wilton dalam Tjiptono, 1996: 146). Kunci utama dalam mengelola mutu jasa yang memuaskan adalah adanya kemudahan dalam mengakses dan berkomunikasi, kompetensi karyawan yang dapat diandalkan, kesopanan dan kredibilitas yang tinggi, jaminan jasa pelayanan dengan reabilitas dan keberwujudan, dan adanya kecepatan dalam menanggapi berbagai keluhan dan masalah dari pelanggan, bukan saja dengan pemenuhan fasilitas yang lengkap dan memadai, melainkan juga kelengkapan


(38)

 

paralatan dan alat-alat dan pemberian tarif yang relatif terjangkau bagi semua kalangan masyarakat (Kotler, 2001: 105). Dapat dikatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan modal utama dalam usaha memenangkan dan tetap dapat bertahan dalam persaingan sekaligus sebagai faktor penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Kotler (1997: 36) mengatakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap jasa yang diberikan akan mempengaruhi tingkah laku konsumen selanjutnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen, adalah mutu produk dan pelayanan, kegiatan penjualan, pelayanan setelah penjualan dan nilai-nilai perusahaan.

Kepuasan dapat diartikan sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang, di mana ia telah berhasil mendapatkan sesuatu yang menjadi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginannya. Untuk dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan, perusahaan harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan yang dilayani. Pratiwi & Prayitno (2005) dalam penelitian mereka tentang tingkat kepuasan atas pelayanan hotel menemukan ada dua variabel yang menentukan tingkat kepuasan pelanggannya, yaitu kualitas pelayanan dan tingkat harga kamar, dan masing-masing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepuasan konsumen. Jadi kedua variabel itu harus sama-sama ditingkatkan sehingga akan menjadikan konsumen merasa lebih puas.

Dalam konteks jasa pelayanan sampah, tingkat pelayanan pengutipan/pengambilan sampah, pengangkutan, dan pemusnahannya merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kepuasan pelanggan yang dilayani. Bila frekwensi


(39)

 

kegiatan pengambilan dan pengangkutan sampah yang dilakukan oleh petugas Dinas Kebersihan tinggi dan teratur dan kualitas pelayanan tersebut baik, tentu rumah tangga maupun anggota masyarakat lainnya yang dilayani akan merasa puas terhadap pelayanan tersebut. Selanjutnya, bila tingkat kepuasan pelanggan tinggi, maka dapatlah diharapkan bahwa mereka akan rela melakukan pembayaran atas retribusi yang ditagih oleh petugas Dinas Kebersihan, dan hal ini tentu akan menaikkan jumlah penerimaan retribusi sampah. Dengan demikian dapat diprediksi bahwa tingkat pelayanan akan sangat berpengaruh terhadap pengutipan retribusi sampah. Semakin baik kualitas pelayanan pengelolaan sampah, maka akan semakin tinggi hasil pengutipan retribusi sampah.

2.1.5. Kemampuan Membayar

Dalam rangka mendorong kelancaran pelaksanaan otonomi daerah, sumber pembiayaan pengelolaan sampah seharusnya berasal dari retribusi yang dibebankan kepada dan dikutip dari masyarakat yang dilayani dan juga berasal dari dana pemerintah (Meidiana & Thomas, 2010). Selanjutnya, menurut The Allen Consulting Group (2003), salah satu sumber pembiayaan dalam pengelolaan sampah dapat berasal dari retribusi yang biasa disebut dengan user charges (tarif pelanggan atau tarif retribusi sampah). Besarnya tarif retribusi sampah sangat dipengaruhi oleh kemampuan membayar (Ability to Pay, ATP). Hal ini sejalan dengan Teori Gaya Pikul yang dikemukakan oleh Sinninghe Damste dalam Brotodihardjo (1978). Menurut teori ini bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pelayanan


(40)

 

negara kepada warganya haruslah dipikul oleh segenap orang yang menikmati pelayanan tersebut dan besar pembebanannya haruslah disesuaikan dengan gaya pikul seseorang. Gaya pikul ini terdiri atas pendapatan, kekayaan dan susunan keluarga (Brotodihardjo, 1978: 29). Semakin besar nilai pendapatan seseorang maka akan semakin besar gaya pikulnya dan tentu akan semakin tinggi pula tingkat kemampuannya untuk membayar tarif retribusi sampah.

Selanjutnya menurut Wicaksono, Bambang, dan Dianita (2006), kemampuan membayar adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya dan kemampuan ini disesuaikan dengan besarnya penghasilan. Semakin besar penghasilan seseorang atau sebuah rumah tangga, maka akan semakin tinggi pula tingkat kemampuan membayarnya terhadap sesuatu keperluan atau pengutipan tertentu. Penghasilan yang diperoleh oleh suatu rumah tangga tentu terutama dialokasikan untuk membiayai berbagai keperluan atau kebutuhan, terutama kebutuhan primer, seperti pangan, sandang, perlidungan, dan kesehatan serta kenyamanan. Jasa pengelolaan sampah dapat dikatakan termasuk dalam keperluan kesehatan dan kenyamanan, dan oleh karenanya harus ada alokasi dana untuk membayar retribusi sampah tersebut. Jumlahnya tergantung pada besar kecilnya penghasilan yang diperoleh. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Scott (2004) di Amerika menunjukkan temuan bahwa umumnya besaran tarif retribusi sampah yang wajar adalah sebesar 1,5% dari penghasilan keluarga. Khusus untuk

Indonesia, menurut Ditjen Cipta Karya Departemen PU dalam Hartono (2006: 52) besarnya retribusi sampah yang dapat ditarik dari masyarakat untuk setiap rumah tangga


(41)

 

besarnya minimal 0,5% dan maksimal 1% dari penghasilan per rumah tangga per bulannya.

Bertolak dari temuan tersebut dan juga pedoman yang diberikan oleh Ditjen Cipta Karya Departemen PU, maka bila semua rumah tangga mampu membayar retribusi sampah sebesar angka tersebut di atas, maka dapat dikatakan pengelolaan sampah akan dapat berjalan secara “Self Financing” (mampu membiayai sendiri). Sebaliknya bila tingkat kemampuan membayar masyarakat terhadap pengutipan retribusi sampah lebih rendah dari jumlah tarif yang telah ditetapkan, maka mungkin akan timbul keengganan untuk membayarnya karena mereka harus mengalihkan sebahagian dana yang telah dialokasikan untuk keperluan lainnya di luar pembayaran retribusi sampah. Akibatnya, hasil pengutipan retribusi sampah akan dapat mengalami penurunan. Sebaliknya, bila tingkat kemampuan membayar masyarakat terhadap retribusi sampah melebihi tarif yang ditetapkan, maka kerelaan masyarakat untuk membayarnya akan muncul dan dapatlah diharapkan tingginya hasil pengutipan retribusi sampah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya tingkat kemampuan membayar masyarakat atas pengutipan retribusi sampah akan mempengaruhi hasil pengutipan retribusi sampah yang dilakukan Dinas Kebersihan Kota Medan.

2.1.6. Kemauan Membayar

Kemauan membayar merupakan suatu nilai di mana seseorang rela untuk membayar, mengorbankan atau menukarkan sesuatu untuk memperoleh barang atau


(42)

 

jasa (Widaningrum, 2007). Definisi ini sejalan dengan definisi Wechel & Kimberly dalam Widjonarko (2007: 25), yaitu sebagai jumlah uang yang bersedia dibayarkan oleh individu untuk mendapatkan suatu barang atau jasa layanan. Sementara secara khusus untuk jasa pelayanan sampah, Santosa, Darsono dan Syafrudin (2010: 4) memberikan definisi kemauan membayar atau yang biasa disebut dengan willingnes to pay sebagai kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya atau besaran rupiah rata-rata yang masyarakat mau mengeluarkannya sebagai pembayaran atas satu unit pelayanan sampah yang dinikmatinya.

Sebahagian anggota masyarakat ada yang beranggapan bahwa pengelolaan sampah hanyalah merupakan tanggungjawab pemerintah semata. Masyarakat hanya berperan sebagai pihak yang dilayani, dan tidak perlu memberikan kontribusi apapun, termasuk melakukan pembayaran uang retribusi sampah. Dana yang diperlukan untuk membiayai penanganan sampah seharusnya sudah tersedia dalam anggaran pemerintah, sehingga penanganan selanjutnya adalah menjadi tanggung jawab pemerintah. Pada kelompok masyarakat yang seperti ini tingkat kemauan mereka untuk membayar retribusi sampah adalah sangat rendah, karena mereka merasa bahwa kegiatan pengelolaan sampah merupakan kegiatan wajib pemerintah yang tidak perlu dibayar. Padahal peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah amat diperlukan sekali, bukan hanya partisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah dan lingkungan, misalnya dengan mengadakan sendiri tempat penyediaan sampah seperti tong sampah, meletakkan sampah yang diproduksinya secara teratur


(43)

 

di lokasi yang mudah dijangkau oleh petugas pengutipan sampah, menjaga agar sampah tidak berserakan dan masuk ke dalam parit, tetapi juga seharusnya ikut dalam menanggulangi biaya pengelolaan sampah dengan membayar retribusi sampah. Hal ini sejalan dengan pendapat Wibisono dalam Alfiandra (2009: 41) bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Partisipasi langsung adalah keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan masyarakat, mulai dari gagasan, perumusan kebijakan hingga pelaksanaan operasional program. Sedang partisipasi tidak langsung adalah berupa keterlibatan dalam masalah keuangan, pemikiran dan material. Dengan demikian masyarakat seharusnya membayar retribusi sampah sebagai bentuk keikutsertaan atau partisipasi dalam pengeloaan sampah dan juga sebagai bentuk pembayaran kewajiban atas pelayanan yang telah diterimanya.

Faktor kemauan membayar ini didasarkan atas Teori Nilai Guna (Utility Theory). Teori yang merupakan salah satu dari teori ekonomi ini umumnya dipakai untuk menerangkan dan juga memprediksi bagaimana perilaku individu (disebut konsumen) dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya (Sukirno, 2005: 169). Teori ini kemudian berkaitan dengan teori kepuasan marginal, yang menyatakan bahwa konsumen akan meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk untuk jangka waktu yang lama karena telah mendapatkan kepuasan dari produk yang sama yang telah dikonsumsi. Terdapat beberapa asumsi yang melandasi teori ini, yaitu: (1) bahwa konsumen akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya sesuai batas kemampuan


(44)

 

keuangannya; (2) bahwa individu mengetahui tentang beberapa alternatif sumber untuk memuaskan kebutuhannya; (3) bahwa individu selalu bertindak rasional. Konsumen akan menggunakan pendapatannya untuk memperoleh kepuasan maksimum dari barang yang akan dikonsumsinya dan tercermin dari besaran harga berdasarkan kemauan membayar (willingness to pay) terhadap barang tersebut. Dalam penelitiannya mengenai air bersih, McIntosh (2003) menyebutkan bahwa kemauan membayar seseorang dalam skala rumah tangga (domestik) tergantung dari pendapatan rumah tangga, jumlah konsumsi air, besaran tarif dan adanya sumber air bersih alternatif. Hal ini tentu juga berlaku untuk pelayanan jasa persampahan, di mana kemauan membayar akan tergantung kepada beberapa faktor, seperti pendapatan, jumlah sampah yang dihasilkan, besaran tarif, dan juga alternatif pelayanan. Pada saat ini, alternatif pelayanan untuk pengelolaan sampah tidak ada, karena kegiatan pengelolaan sampah bukanlah merupakan satu bentuk bisnis jasa yang menguntungkan.

Kemauan membayar seseorang tentu tidak akan dapat tumbuh dengan sendirinya, melainkan akan timbul karena adanya beberapa faktor tertentu. Jakobson, et al, dalam Vitianingsih (2002: 15) berpendapat bahwa konsepsi willingness to pay (WTP) atau kemauan membayar sangat bergantung pada preferensi dan kesadaran (awareness) individu berkaitan dengan manfaat atas penggunaan suatu barang. Preferensi dapat timbul karena adanya pelayanan yang memuaskan, sementara kesadaran akan timbul dengan adanya upaya penyadaran oleh pemerintah dengan melakukan berbagai sosialisasi mengenai pentingnya penjagaan lingkungan dan keikutsertaan semua lapisan masyarakat di dalamnya. Penelitian Widaningrum (2007)


(45)

 

mengenai tingkat kemampuan dan kemauan membayar terhadap rumah susun menemukan bahwa kemauan membayar masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu penghasilan total keluarga dan jasa pelayanan yang diterimanya (untuk masyarakat berpenghasilan menengah rendah), sementara tingkat kemauan membayar masyarakat berpenghasilan menengah sedang dan tinggi, ditentukan oleh faktor jasa pelayanan yang diterimanya dan penghasilan total keluarga.

Pada studi yang dilakukan oleh Ruijgrok dan Nillesen (2000), disimpulkan bahwa responden yang mengerti barang lingkungan yang ditawarkan memiliki nilai kemauan membayar lebih tinggi daripada yang tidak mengerti barang lingkungan yang ditawarkan. Menurut Justine (1996), nilai kemauan membayar pada pengelolaan sampah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat pelayanan, persepsi masyarakat terhadap nilai manfaat dari pelayanan itu, dan penghasilan keluarga untuk daerah yang masyarakatnya berpenghasilan rendah. Sedangkan pada studi yang dilakukan oleh Permana (2005), dikatakan ada hubungan antara nilai kemauan membayar dengan jumlah produksi sampah yang dihasilkan oleh responden. Selain itu, beliau menemukan pula faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kemauan membayar yang terdiri dari (1) persepsi responden terhadap permasalahan pengelolaan sampah, (2) persepsi responden terhadap tingkat pelayanan sampah di lingkungannya, (3) persepsi responden terhadap Willingness to Accept, (4) persepsi responden terhadap peningkatan pengelolaan sampah, dan (5) jumlah produksi sampah yang dihasilkan oleh responden, artinya semakin banyak produksi sampah


(46)

 

maka semakin besar kesediaan untuk membayarnya. Nur As’adah, et al (2010) menemukan dalam penelitiannya bahwa kemauan masyarakat dalam membayar tarif retribusi sampah memberi pengaruh terhadap efektifitas penarikan tarif retribusi sampah, artinya bila kemauan membayar retribusi sampah tinggi, tentu penerimaan hasil pengutipan retribusi sampah akan mengalami kenaikan pula. Dengan demikian dapat diprediksi bahwa tinggi rendahnya kemauan pelanggan untuk membayar retribusi akan berpengaruh terhadap hasil pengutipan retribusi sampah.

Penelitian yang dilakukan oleh Salequzzaman, Sqadiqul dan Mostafa (2000), Nur As’adah, Supirin dan Syafrudin (2010), begitu juga Santosa, Darsono dan Syafrudin (2010) telah menemukan bahwa kinerja operasional pengelola sampah atau tingkat pelayanan pengelolaan sampah sangat mempengaruhi kemauan (willingness to pay) masyarakat dalam membayar tarif retribusi sampah. Kemauan membayar ini akhirnya juga akan sangat mempengaruhi jumlah penerimaan retribusi sampah.

2.2 Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Maping)

Untuk mendukung dan sebagai bahan referensi atas penelitian yang dilakukan ini, beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian ini akan ditelaah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1) Penelitian Arizal (2003) berjudul: ”Faktor-faktor Sosiologis Yang Mempengaruhi Penerimaan Retribusi Kebersihan (Survei di Masyarakat Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Propinsi Jambi)”. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan mempergunakan kuesioner yang disebarkan


(47)

 

kepada 70 orang kepala keluarga yang tersebar di 4 desa. Hasil akhir penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari faktor-faktor sosial masyarakat yang terdiri atas tingkat pendidikan, agama, jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan terhadap penerimaan retribusi kebersihan. Selain itu, juga terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari pelayanan pemerintahan di bidang kebersihan terhadap penerimaan retribusi kebersihan. 2) Soleha (2007) telah melakukan penelitian berjudul: ”Peran Serta Masyarakat

Dalam Pembayaran Retribusi Sampah di Kawasan Perumahan Kota Pekan Baru (Studi Kasus Kecamatan Lima Puluh)”. Yang menjadi objek penelitian adalah kepala rumah tangga di kawasan perumahan in-formal di Kota pekan Baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik masyarakat (tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, status kepemilikan rumah, lama tinggal dan asal daerah) tidak berpengaruh pada keinginan masyarakat untuk berperan serta dalam pembayaran retribusi sampah dan sekaligus tidak berpengaruh terhadap penerimaan retribusi sampah. Penelitian ini juga menemukan bahwa rendahnya keinginan masyarakat dalam membayar retribusi sampah adalah karena manajemen perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat secara keseluruhan, pengelolaan keuangan yang tidak transparan di tingkat masyarakat, serta kurangnya komunikasi antara pimpinan masyarakat di tingkat atas dengan masyarakatnya.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Masrofi (2004) berjudul: “Potensi dan Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah


(48)

 

(Studi Kasus di Kota Semarang)”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riil, Jumlah Penduduk, Tingkat Inflasi, dan Perubahan Peraturan sebagai variabel bebas serta Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah sebagai variabel terikat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PDRB riil dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak dan retribusi daerah, sementara tingkat inflasi dan perubahan peraturan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak dan retribusi daerah. Penelitian ini juga menemukan indikasi bahwa retribusi sampah di Kota Semarang merupakan salah satu retribusi yang potensil.

4) Penelitian Yulianto (2005) yang berjudul: “Analisis Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan (Studi Kasus di Kabupaten Boyolali)”. Penelitian yang dilakukan terhadap semua Puskesmas yang berlokasi di Kabupaten Boyolali bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan retribusi pelayanan kesehatan. Peneliti menempatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Jumlah Penduduk, dan Jumlah Kunjungan Pasien sebagai variabel bebas, sedangkan penerimaan retribusi pelayanan kesehatan sebagai variabel terikat. Berdasarkan data sekunder yang dikumpulkan dan diolah, diperoleh kesimpulan bahwa ketiga variabel bebas yaitu PDRB, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kunjungan Pasien berpengaruh terhadap penerimaan retribusi pelayanan kesehatan, baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Variabel Jumlah Kunjungan dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan


(49)

 

terhadap penerimaan retribusi pelayanan kesehatan, sementara jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi pelayanan kesehatan.

Secara ringkas penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana ditelaah di atas dapat diringkaskan dalam tabel berikut:


(50)

 

Tabel. 2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti/ Tahun

Judul Penelitian Variabel yang dipergunakan Hasil Penelitian 1.          Arizal (2003) Faktor-faktor Sosiologis Yang Mempengaruhi Penerimaan Retribusi Kebersihan (Survei di Masyarakat Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin Propinsi Jambi) Independen variabel: (1) Faktor Sosial Masyarakat, dan (2) Faktor Pelayanan Pemerintahan akan Kebersihan. Dependen variabel adalah Penerimaan Retribusi Kebersihan Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa (1) ada pengaruh positif dan signifikan dari faktor sosial masyarakat terhadap penerimaan retribusi kebersihan; (2) ada pengaruh positif dan signifikan dari pelayanan pemerintahan akan kebersihan terhadap penerimaan retribusi kebersihan. 2.   Soleha ( 2007) Peran Serta Masyarakat Dalam Pembayaran

Retribusi Sampah di Kawasan Perumahan Kota Pekan Baru (Studi Kasus Kecamatan Lima Puluh)  Independen variabel ialah karakteristik masyarakat Sedangkan Dependen variabel adalah pembayaran restribusi sampah   Hasil penelitian menunjukkan bahwa di

kawasan perumahan ini formal memiliki keinginan

untuk melakukan pembayaran retribusi sampah di kawasan perumahannya.    3.        Masrofi (2004)

Potensi dan Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah (Studi Kasus di Kota Semarang) 

Independen variabel ialah potensi dan analisis faktor Sedangkan Dependen variabel adalah penerimaan pajak dan retribusi daerah  

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PDRB riil dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak dan retribusi daerah, sementara tingkat inflasi dan perubahan peraturan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak dan retribusi daerah. Penelitian ini juga menemukan indikasi bahwa retribusi


(51)

 

sampah di Kota Semarang merupakan salah satu retribusi yang potensil.  4.   Yulianto

(2005)

Analisis Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan (Studi Kasus di Kabupaten Boyolali)

Independen variabel: (1) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), (2) Jumlah Penduduk, dan (3) Jumlah Kunjungan Pasien Dependen variabel adalah penerimaan retribusi pelayanan kesehatan

kesimpulan bahwa ketiga variabel bebas yaitu PDRB, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kunjungan Pasien berpengaruh terhadap penerimaan retribusi pelayanan kesehatan, baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Variabel Jumlah Kunjungan dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi pelayanan kesehatan, sementara jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi pelayanan kesehatan.


(52)

 

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dapat diartikan sebagai suatu model yang menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti. Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Sularso (2003: 19) yang mengatakan: “Kerangka kerja teoritis adalah suatu model konseptual yang menunjukkan hubungan di antara berbagai variabel yang dikembangkan oleh peneliti secara teoritis atau secara logis untuk menjawab masalah yang diteliti”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kerangka konsep atau kerangka kerja teoritis merupakan cetak biru sebuah penelitian yang akan menunjukkan bagaimana hubungan logis antara variabel-variabel yang diteliti. Selain itu, pembuatan kerangka konsep ini haruslah didasarkan atas penelaahan yang seksama atas teori-teori dan literatur terkait serta hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan telaahan teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya sebagaimana dikemukakan dalam bab II, maka terdapat empat (4) variabel yang diteliti, di mana tiga (3) variabel berperan sebagai variabel bebas (independent variables) yang terdiri atas tingkat pelayanan, kemampuan membayar dan kemauan membayar. Selanjutnya, satu (1) variabel lagi, yaitu penerimaan retribusi sampah diposisikan sebagai variabel terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini


(53)

 

diprediksi bahwa variabel tingkat pelayanan (X1), kemampuan membayar (X2) dan kemauan membayar (X3) akan berpengaruh terhadap variabel penerimaan retribusi sampah (Y). Oleh sebab itu kerangka konsep yang menunjukkan hubungan di antara variabel-variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Sejalan dengan teori mengenai perilaku konsumen bahwa pelayanan yang baik akan menimbulkan kepuasan kepada konsumen, dengan kepuasan mana konsumen akan dengan sukarela membayar harga dari pelayanan tersebut. Dalam hal ini tingkat pelayanan (X1) diprediksi akan mempengaruhi penerimaan retribusi sampah (Y), karena dengan tingkat pelayanan yang tinggi, pelanggan pelayanan sampah akan merasa puas dan dengan kepuasan tersebut, diperkirakan mereka akan

Kemampuan Membayar (X2)

Tingkat Pelayanan (X1)

Kemauan Membayar (X3)

Penerimaan Retribusi Sampah (Y)


(54)

 

dengan senang hati membayar retribusi sampah dan penerimaan retribusi sampah akan naik.

Seseorang akan melakukan pembayaran atas retribusi yang dibebankan kepadanya apabila ia memiliki kemampuan untuk membayarnya. Hal ini sejalan dengan teori gaya pikul yang antara lain menyatakan bahwa seseorang akan melakukan pembayaran apabila ia memiliki gaya pikul (kemampuan membayar). Jadi, dapat diprediksi bahwa kemampuan membayar (X2) seseorang akan mempengaruhi penerimaan retribusi sampah (Y). Semakin besar kemampuan membayar, maka dapat diharapkan semakin besar pula penerimaan retribusi sampah, dan begitu pula sebaliknya.

Faktor kemauan membayar para pelanggan juga diperkirakan akan mempengaruhi tinggi rendahnya penerimaan retribusi sampah. Tingkat pelayanan yang tinggi dan adanya kemampuan untuk melakukan pembayaran, seharusnya dibarengi pula dengan adanya kemauan untuk membayar agar penerimaan retribusi sampah mengalami kenaikan. Dengan demikian juga diprediksi bahwa variabel kemauan membayar (X3) akan mempengaruhi variabel penerimaan retribusi sampah (Y).

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dibangun dari kerangka konsep, karena hipotesis merupakan pernyataan yang secara khusus menunjukkan keterkaitan atau hubungan antar variabel-variabel dalam sebuah penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Kuncoro


(55)

 

(2003: 48) bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, atau merupakan pernyataan dugaan yang logis mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel yang diwujudkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sularso, 2003: 26). Dengan demikian sebuah hipotesis haruslah dapat diuji, logis, dan terukur. Meskipun suatu hipotesis telah dibangun secara logis dan terukur sesuai dengan telaahan teoritis dan juga hasil-hasil penelitian terdahulu, namun selanjutnya suatu hipotesis perlu untuk diuji. Untuk menguji apakah suatu hipotesis dapat diterima atau ditolak, peneliti harus mengumpulkan sejumlah data yang terkait dengan permasalah yang diteliti.

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan di atas, dapatlah dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

“Tingkat pelayanan, kemampuan membayar dan kemauan membayar masyarakat berpengaruh terhadap penerimaan retribusi sampah di Kota Medan, baik secara simultan maupun secara parsial”.


(56)

 

METODE PENELITIAN

4.1Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dan membuktikan secara empiris tentang pengaruh suatu variabel tertentu (disebut variabel bebas atau variabel independen) terhadap variabel lainnya (disebut variabel terikat atau variabel dependen). Dengan demikian jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal (Umar, 2003 : 30). Dalam penelitian ini ada tiga variabel yang berperan sebagai variabel bebas, yaitu tingkat pelayanan, kemampuan membayar, dan kemauan membayar, sedangkan yang berperan sebagai variabel terikat adalah penerimaan retribusi sampah.

Data yang dipergunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas (terdiri dari tingkat pelayanan, kemampuan membayar, dan kemauan membayar) terhadap variabel terikat (yaitu penerimaan retribusi sampah) adalah data primer berupa persepsi dari para petugas/staf Dinas Kebersihan Kota Medan yang bertugas sebagai Mandor/Pengutip. Para Mandor/Pengutip inilah yang dijadikan responden dalam penelitian. Dengan demikian, yang menjadi unit analisis adalah para Mandor/Pengutip.


(57)

 

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2011 dengan mengambil objek penelitian para petugas Dinas Kebersihan Kota Medan yang melayani masyarakat di seluruh wilayah pelayanan di Kota Medan. Wilayah tersebut dibagi atas tiga wilayah pelayanan, yaitu Wilayah Pelayanan I, II, dan III. Wilayah Pelayanan I meliputi seluruh kelurahan yang berada dalam wilayah Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Maimun. Wilayah Pelayanan II meliputi kelurahan-kelurahan yang berada dalam wilayah Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Baru, sedangkan Wilayah Pelayanan III mencakup kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Perjuangan dan Kecamatan Medan Tembung.

4.3Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas Dinas Kebersihan Kota Medan yang berstatus sebagai Mandor/Pengutip di masing-masing wilayah pelayanan. Para mandor/pengutip ini


(58)

 

bertugas melayani pengutipan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, kantor-kantor pemerintahan dan swasta maupun pasar-pasar termasuk juga pusat-pusat perbelanjaan. Selain itu mereka juga bertugas mengutip retribusi sampah dari para pelanggan (masyarakat) yang dilayani pengutipan sampahnya. Oleh sebab itu merekalah yang mengetahui tingkat pelayanan dan hasil pengutipan retribusi sampah. Disamping itu mereka juga memiliki persepsi mengenai seberapa besar tingkat kemampuan maupun kemauan membayar masyarakat terhadap retribusi sampah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan Kota Medan jumlah petugas Dinas Kebersihan yang berstatus sebagai mandor pengutip adalah sebanyak 139 orang. Keseluruhan petugas inilah yang melayani masyarakat yang berjumlah 33.349 Wajib Restribusi Sampah. Para Wajib Retribusi Sampah tersebut tersebar dalam 3 ( tiga ) wilayah pelayanan sebagaimana tersebut di atas. Meskipun jumlah populasi tidak terlalu besar, namun tidak semuanya dijadikan sebagai sampel. Sebanyak 35 orang petugas telah dipilih menjadi responden pada pilot study. Sisanya sebanyak 104 orang dijadikan sebagai sampel.

4.4Metode Pengumpulan Data

Indriantoro dan Supomo (1998) menyebutkan bahwa data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data berupa jawaban atas berbagai pertanyaan


(59)

 

yang diajukan kepada para responden dalam bentuk daftar pertanyaan atau kuesioner. Oleh karena kuesioner yang digunakan tidak seluruhnya diadopsi dari penelitian terdahulu, maka sebelum kuesioner ini diserahkan kepada para responden yang sebenarnya, terlebih dahulu sebanyak 35 kuesioner telah diserahkan kepada 35 orang petugas yang tidak dijadikan responden dalam penelitian ini. Pilot study ini dimaksudkan untuk memastikan apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan didalam kuesioner dapat dipahami dengan baik serta sekaligus untuk menguji validitas dan realiabilitasnya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dimaksud adalah dengan menyerahkan kuesioner kepada para responden untuk diisi sesuai dengan persepsi masing-masing. Para responden diberi waktu selama seminggu atau paling lama 10 hari untuk menyelesaikan pengisian kuesioner tersebut. Kuesioner-kuesioner tersebut kemudian diambil secara langsung dari para responden dan ada juga yang dititipkan pada petugas yang lain. Kuesioner yang belum selesai diisi dalam 10 hari akan dianggap tidak kembali.

4.5Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Guna memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan definisi operasional variabel yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian.


(60)

 

a) Penerimaan Restribusi Sampah (Y) merupakan variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi atau tergantung kepada variabel bebas. Penerimaan Restribusi Sampah didefinisikan sebagai persepsi responden tentang besar kecilnya jumlah hasil pemungutan retribusi sampah yang diterima oleh Dinas Kebersihan dari masyarakat yang telah menerima pelayanan. Variabel ini diukur dengan 7 butir pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah restribusi sampah, jumlah objek yang terlayani, besarnya tarif retribusi, dan kondisi penerimaan retribusi sampah saat ini yang diadopsi dari Arizal (2003). Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Interval yang diurut dari angka 1 (Sangat Tidak Setuju = STS) sampai 5 (Sangat Setuju = SS).

b) Tingkat Pelayanan (X1) merupakan persepsi petugas kebersihan tentang tinggi rendahnya kualitas dan kuantitas pelayanan persampahan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan. Pelayanan persampahan ini meliputi kegiatan pengutipan/ pengambilan, pengangkutan, dan pembuangan/pemusnahan sampah. Variabel tingkat pelayanan ini diukur dengan 7 butir pertanyaan yang berkaitan dengan frekwensi pelayanan, partisipasi masyarakat, peralatan yang digunakan, ketersediaan petugas, dan kesulitan menjangkau lokasi yang dilayani. Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Interval yang diurut dari angka 1 (Sangat Tidak Setuju = STS) sampai 5 (Sangat Setuju = SS).


(61)

 

c) Kemampuan Membayar (X2), merupakan persepsi petugas kebersihan tentang

kesanggupan masyarakat yang menerima pelayanan kebersihan untuk membayar retribusi sampah yang ditetapkan baginya. Variabel ini diukur dengan 7 butir pertanyaan yang berkaitan dengan pendapatan masyarakat yang telah disisihkan, tinggi atau rendahnya tarif retribusi, keterlambatan masyarakat membayar dan subsidi silang. Sebahagian dari butir-butir pertanyaan dalam variabel ini diadopsi juga dari Arizal (2003). Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Interval yang diurut dari angka 1 (Sangat Tidak Setuju = STS) sampai 5 (Sangat Setuju = SS).

d) Kemauan Membayar (X3), merupakan persepsi petugas kebersihan tentang seberapa besar kemauan masyarakat yang menerima pelayanan kebersihan untuk membayar retribusi sampah. Variabel kemauan membayar ini diukur dengan 7 butir pertanyaan yang berkaitan dengan kesadaran masyarakat untuk membayar, penggunaan hasil retribusi sampah, kedatangan petugas yang mengutip retribusi sampah, dan penolakan untuk membayar. Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Interval yang diurut dari angka 1 (Sangat Tidak Setuju = STS) sampai 5 (Sangat Setuju = SS).

Secara ringkas defenisi operasional, pengukuran dan skala pengukuran untuk masing-masing variabel terlihat dalam Tabel 4-1 dibawah ini.


(62)

 

Tabel 4.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel

Penelitian Definisi Operasional Pengukuran Variabel

Skala Pengukuran Variabel Terikat Hasil Penerimaan Restribusi Sampah (Y)

Penerimaan Retribusi Sampah adalahpersepsi responden tentang besar kecilnya jumlah hasil pemungutan retribusi sampah yang diterima oleh Dinas Kebersihan dari masyarakat yang telah menerima pelayanan.

 Jumlah retribusi sampah

 Jumlah objek yang terlayani

 Besarnya tarif retribusi  Kondisi penerimaan

retribusi saat ini

Interval

Variabel Bebas

1. Tingkat Pelayanan (X1)

persepsi petugas kebersihan tentang tinggi rendahnya kualitas dan kuantitas pelayanan persampahan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan.

 Frekuensi pelayanan  Partisipasi

masyarakat  Peralatan yang

digunakan

 Ketersediaan petugas  Kesulitan

menjangkau lokasi yang dilayani 

Interval

2. Kemampuan Membayar (X2)

persepsi petugas kebersihan tentang kesanggupan masyarakat yang menerima pelayanan kebersihan untuk membayar retribusi sampah yang ditetapkan baginya.

 Pendapatan masyarakat yang telah disisihkan  Tinggi atau

rendahnya tarif retribusi  Keterlambatan

masyarakat membayar  Subsidi silang

Interval

3. Kemauan Membayar (X3)

persepsi petugas kebersihan tentang seberapa besar kemauan masyarakat yang menerima pelayanan kebersihan untuk membayar retribusi sampah.

 Kesadaran masyarakat untuk membayar  Penggunaan hasil

kutipan

 Kedatangan petugas yang mengutip retribusi sampah  Penolakan untuk

membayar

Interval


(63)

 

4.6Metode Analisis Data

Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh beberapa variabel bebas atau variabel penjelas (independent/explanatory variables) terhadap satu variabel terikat (dependent variable), teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Regresi Berganda atau Multiple Regression Model (Ghozali, 2005). Model hubungan di antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X1, X2, dan X3) di dalam model ini adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan :

Y = Penerimaan Restribusi Sampah a = Konstanta

b1-b4 = Koefisien Regresi X1 = Tingkat Pelayanan X2 = Kemampuan Membayar X3 = Kemauan Membayar e = Error Term

Model persamaan regresi berganda ini akan diuji ketepatannya (Goodness of Fit). Secara statistik hal ini dapat diukur melalui nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t.


(64)

 

1. Koefisien determinasi (R²) berperan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2005: 83). Nilai R² yang kecil (yaitu mendekati 0,01) bermakna bahwa kemampuan variabel– variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat adalah amat terbatas, begitu pula bila sebaliknya (nilai R² mendekati 1).

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F). Hasil uji ini dapat menunjukkan apakah semua variabel bebas yang termasuk dalam model memiliki pengaruh yang simultan (secara bersama-sama) terhadap variabel terikat (ghozali, 2005: 84; Kuncoro, 2003: 219).

Kriterianya adalah sebagai berikut:

Ho : semua variabel bebas tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel terikat.

Ha : semua variabel bebas berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel terikat.

Nilai Sig < 0,05 , maka Ha : Diterima; Ho : Ditolak. Nilai Sig > 0,05 , maka Ha : Ditolak; Ho : Diterima.

3. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t). Uji ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan atau menjelaskan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003: 218).


(65)

 

Ho : suatu variabel bebas tidak berpengaruh (bukan merupakan penjelas) signifikan terhadap variabel terikat.

Ha : variabel bebas tersebut berpengaruh (merupakan penjelas) signifikan terhadap variabel terikat.

Nilai Sig < 0,05 , maka Ha : Diterima; Ho : Ditolak. Nilai Sig > 0,05 , maka Ha : Ditolak; Ho : Diterima.

4.7 Pengujian Kualitas Data 4.7.1. Pengujian Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk menilai keabsahan suatu kuesioner atau sejauh mana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan/pernyataan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan ketentuan: jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/pernyatan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka skor butir pertanyaan/pernyataan kuesioner tidak valid.

4.7.2 Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengukur apakah suatu kuesioner merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Pengukuranya dilakukan


(66)

 

dengan melihat konsistensi antara hasil pengamatan dengan instrumen atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang berbeda-beda. Pengukuran reliabilitas ini dapat dilakukan dengan cara pengukuran ulang (Repeated Measure) atau dengan pengukuran sekali saja (One Shot). Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pengukuran sekali saja dengan memakai statistik Cronbach Alpha, yaitu dengan melihat koefisien Cronbach Alpha. Menurut Nunnally dalam Ghozali (2005) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60.

4.8 Uji Asumsi Klasik

Pengujian hubungan/pengaruh antara variabel bebas dengan/terhadap variabel terikat baik secara simultan maupun secara individual (parsial) dengan menggunakan analisis regresi berganda didasarkan atas beberapa asumsi (Hair, et al, 1995: 110). Oleh sebab itu, sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan memakai analisis regresi berganda ini, terlebih dahulu harus dilakukan pengujian yang membuktikan dipenuhinya asumsi-asumsi tersebut. Pengujian seperti ini yang dikenal dengan Uji Asumsi Klasik dan meliputi Uji Normalitas, Uji Mulkolonieritas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji Autokorelasi (Ghozali, 2005: 91-114). Hal ini sejalan dengan Gujarati (1995) bahwa data yang digunakan dalam analisis regresi berganda seharusnya: (1) memiliki distribusi yang normal, (2) tidak ada gejala Multikolinieritas antar variabel independen, (3) tidak ada gejala Heteroskedastisitas, dan (4) tidak terdapat gejala Autokorelasi antar residual dari setiap variabel independen. Oleh


(1)

 

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

Mampu Bayar1 100 2 5 2.97 .104 1.039

Mampu Bayar2 100 2 4 2.12 .043 .433

Mampu Bayar3 100 2 5 3.47 .089 .893

Mampu Bayar4 100 1 5 3.04 .127 1.271

Mampu Bayar5 100 2 5 3.29 .109 1.094

Mampu Bayar6 100 2 5 3.70 .086 .859

Mampu Bayar7 100 2 5 3.11 .099 .994

Kemampuan Membayar 100 17 27 21.70 .286 2.855

Valid N (listwise) 100

 

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

Mau Bayar1 100 2 5 3.60 .102 1.025

Mau Bayar2 100 1 5 2.60 .121 1.206

Mau Bayar3 100 2 5 3.50 .087 .870

Mau Bayar4 100 2 5 4.16 .081 .813


(2)

 

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic

Penerimaan1 100 1 5 3.69 .080 .800

Penerimaan2 100 1 5 3.09 .128 1.280

Penerimaan3 100 1 5 2.49 .103 1.030

Penerimaan4 100 1 5 2.93 .124 1.241

Penerimaan5 100 2 5 3.20 .111 1.110

Penerimaan6 100 2 5 2.43 .079 .795

Penerimaan7 100 1 5 2.18 .069 .687

Penerimaan Retribusi Sampah

100 14 35 20.01 .326 3.258

Valid N (listwise) 100


(3)

 

Lampiran 7

Hasil Uji Asumsi Klasik

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Tingkat Pelayanan Kemampuan Membayar KemauanMe mbayar PenerimaanRetribusiS ampah

N 100 100 100 100

Mean 23.75 21.70 13.0800 20.01

Normal Parametersa,b

Std. Deviation 1.982 2.855 3.23703 3.258

Absolute .260 .208 .176 .179

Positive .184 .208 .114 .161

Most Extreme Differences

Negative -.260 -.146 -.176 -.179

Kolmogorov-Smirnov Z 2.602 2.082 1.765 1.788

Asymp. Sig. (2-tailed) .789 .553 .764 .331

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinea

Model

B Std. Error Beta t Sig. Toleranc

(Constant) 13.647 3.850 3.545 .001

Tingkat Pelayanan .550 .140 .335 3.932 .000 .7

KemampuanMembayar -.459 .097 -.402 -4.732 .000 .6

1


(4)

 

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients Model

B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) -3.071 1.531 -1.006 .058

Tingkat Pelayanan .343 .056 .528 1.156 .178

KemampuanMembayar -.106 .039 -.236 -1.753 .107

1

KemauanMembayar -.031 .034 -.078 -.916 .362


(5)

 

 

 


(6)

 

Lampiran 8

Uji Regresi Linier Berganda

Pengujian Hipotesis Secara Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 332.103 3 110.701 14.783 .000a

Residual 718.887 96 7.488

1

Total 1050.990 99

a. Predictors: (Constant), Kemauan Membayar, Kemampuan Membayar, Tingkat Pelayanan b. Dependent Variable: Penerimaan Retribusi Sampah

Pengujian Hipotesis Secara Parsial

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients Model

B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 13.647 3.850 3.545 .001

Tingkat Pelayanan .550 .140 .335 3.932 .000

KemampuanMembayar -.459 .097 -.402 -4.732 .000

1

KemauanMembayar .248 .085 .247 2.917 .004

a. Dependent Variable: Penerimaan Retribusi Sampah

 

KoefisienDeterminasi

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate


Dokumen yang terkait

Hubungan Kemampuan Dosen Dalam PBM Dengan Pencapaian Kemampuan Mahasiswa Pada Praktek Klinik I Di Akbid Sehati Medan Tahun 2008

0 27 67

Kemampuan Predator Eocanthecona Furcellata (Wolff) (Hemiptera : Pentatomidae) Mengendalikan Ulat Api Sethotosea Asigna V Eecke Di Pertanaman Kelapa Sawit

13 170 56

Implikasi Kemauan Membayar Tarif Retribusi Sampah Terbadap Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah Di Kawasan Pemukiman Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan

2 38 120

Kemampuan Dan Kemauan Membayar Pasien Terhadap Pelayanan Rawat Inap Rsud Dr. Rasidin Padang.

0 7 15

KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR RETRIBUSI KEBERSIHAN PADA TAHAP KOLEKTOR DI LINGKUNGAN PERUMAHAN KOTA PEMALANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR RETRIBUSI KEBERSIHAN PADA TAHAP KOLEKTOR DI LINGKUNGAN PERUMAHAN KOTA PEMALANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

Kajian Capaian Tingkat Pelayanan Air Bersih Kota Pekanbaru Berdasarkan Kemampuan dan Kesediaan Membayar

0 0 8

PENGARUH KEPUASAN TERHADAP KEMAUAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY) JASA PELAYANAN KONSELING OLEH APOTEKER DI APOTEK

0 0 5

PENGARUH PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN, KESADARAN MEMBAYAR PAJAK DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang) - POLSRI REPOSITORY

0 1 16

BAB I PENDAHULUAN - PENGARUH PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN, KESADARAN MEMBAYAR PAJAK DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang) - POLSRI REPOSITORY

0 0 6