KPPU sebagai lembaga otoritas untuk menilai aspek persaingan

l. menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini. Dapat dilihat bahwa rumusan kewenangan KPPU cakupannya sangat luas karena ada unsur wewenang administratif Pasal 47, ada unsur quasi legislative power vide Pasal 35 huruf f dan unsur quasi judicial power vide Pasal 36 ayat 1. Dikemudian hari, tiga kekuasaan yang berada dalam tangan satu lembaga akan banyak menimbulkan persoalan baik dari segi keseimbangan check and balance maupun dari praktik pelaksanaannya. 84 Pemahaman terhadap rumusan kewewenangan KPPU sebagaimana diatur dalam Pasal 36 menyangkut pemeriksaan dan penyelidikan merupakan wilayah hukum pidana. Alasannya, dalam pemeriksaan dan penyelidikan tersebut pada dasarnya KPPU ingin mencarimenemukan kebenaran materiil, yaitu apakah pelaku usaha melakukan pelanggaran terhadap UU Nomor 5 Tahun 1999 atau tidak.

2. KPPU sebagai lembaga otoritas untuk menilai aspek persaingan

Dengan berlakunya UU Nomor 5 tahun 1999, maka lembaga KPPU yang mempunyai otoritas untuk menilai aspek persaingan dari suatu transaksi penggabungan atau peleburan badan usaha yang berpotensi menimbulkan monopoli. Sesuai ketentuan Pasal 47 ayat 2 huruf e KPPU berwewenang melakukan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, apabila menimbulkan dampak negatif terhadap persaingan, atau berpotensi menimbulkan monopoli. Hal ini sejalan dengan 84 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha, Filosofi, Teori dan Implikasi Penerapannya di Indonesia, Op. Cit., hlm. 265. Universitas Sumatera Utara ketentuan Pasal 30 ayat 1 bahwa KPPU adalah lembaga yang mengawasi pelaksanaan UU Nomor 5 Tahun 1999, maka ketentuan ini termasuk juga untuk mengawasi transaksi penggabungan atau peleburan badan usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 28 dan Pasal 29, apakah berpotensi menimbulkan anti persaingan. Agar ketentuan pasal 126 UU No. 40 Tahun 2007 serta ketentuan Pasal 28 dan 29 UU No. 5 Tahun 1999 tidak menimbulkan ketidak pastian bagi pelaku usaha, maka KPPU dan otoritas sektoral lain perlu membangun sebuah mekanisme untuk menguraikan dengan jelas ketentuan ini, agar tidak terjadi sebuah transaksi akuisisi dalam usaha yang telah disetujui oleh otoritas sektoral lain, ternyata oleh KPPU tidak disetujui sehingga berujung pada pembatalan. Sebagai lembaga otoritas, KPPU mempunyai kewajiban untuk mencegah terjadinya transaksi pengambilalihan yang anti persaingan, hal ini dapat dipenuhi melalui laporan analisis yang disampaikan oleh perseroan sebelum dilakukan transaksi. Sebelum dilakukan transaksi akuisisi, perusahaan menyerahkan analisis kepada KPPU sebagai lembaga otoritas. Pada dasarnya terdapat dua sistem pemberitahuan atau notifikasi yang pra- nontifikasi dan post-notifikasi. Notifikasi biasanya perlu diikuti dengan permintaan data dan dokumen yang diperlukan oleh otoritas persaingan untuk dapat menilai apakah transaksi merger maupun akuisisi berpotensi menimbulkan dampak negatif. Sistem pra–notifikasi dimaksudkan sebagai notifikasi yang disampaikan oleh pelaku usaha kepada otoritas persaingan sebelum mereka menutup transaksi. Sistem pra- notifikasi dipakai oleh banyak Negara karena sistem ini dipandang lebih efektif untuk Universitas Sumatera Utara mencegah terjadi transaksi akuisisi yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap persaingan maupun konsumen. Otoritas persaingan dapat menyetujui dengan syarat atau melarang sebuah transaksi apabila berdasarkan data yang cukup lengkap, otoritas persaingan yakin bahwa transaksi tersebut berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap persaingan. 85 Post-notifikasi dimaksudkan sebagai notifikasi oleh pelaku usaha kepada otoritas persaingan usaha sesudah transaksi penggabungan dan peleburan dilaksanakan. Berdasarkan notifikasi tersebut otoritas persaingan kemudian melakukan analisis, dan apabila hasil analisis menunjukkan bahwa transaksi merger atau akuisisi berpotensi menunjukkan bahwa transaksi akuisisi berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap persaingan maka transaksi tersebut harus direvisi atau justru dibatalkan oleh otoritas persaingan. Dalam praktik hanya sedikit Negara yang menerapkan sistem post-notifikasi karena menimbulkan ketidak pastian dan biaya yang cukup besar bagi pelaku usaha, yang transaksinya tidak disetujui oleh otoritas persaingan, karena tidak mungkin untuk mengembalikan kondisi perseroan pasca penggabungan dan peleburan ke kondisi sebelum dilakukan transaksi. Dapat dikatakan bahwa sistem yang paling efektif. adalah sistem pra- notifikasi. Bagi otoritas persaingan, sistem ini mampu mengefektifkan peranannya untuk mencegah transaksi penggabungan dan peleburan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif karena otoritas persaingan mempunyai kesempatan untuk melakukan penilaian sebelum transaksi ditutup. Bagi pelaku usaha, sistem pra- 85 Alexander Lay, et.al., Efektifitas Regulasi Merger dan Akuisisi Dalam Kerangka Hukum Persaingan Usaha , Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2010, hlm. 276. Universitas Sumatera Utara notifikasi juga positif karena dapat menghindarkan mereka dari kerugian baik waktu maupun biaya yang besar untuk persiapan sampai penutupan transaksi penggabungan dan peleburan. Terlepas dari polemik diatas di Indonesia KPPU sebagai lembaga otoritas persaingan menerapkan sistem pra-nofitikasi seperti ditentukan dalam Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No. 1 tahun 2009 tentang Pra-Notifikasi Penggabungan, Peleburan dan Pengambialihan. Pra-notifikasi yang ditemukan oleh KPPU adalah pemberitahuan oleh pelaku usaha yang akan melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha atau pengambilalihan saham untuk mendapatkan pendapat Komisi mengenai dampak yang ditimbulkan penggabungan atau peleburan badan usaha atau pengambilalihan. 86 Pra-notifikasi dapat dilakukan setelah terdapat perjanjian atau kesepakatan atau Nota Kesepahaman atau dokumentasi tertulis lainnya antara pihak yang menyatakan adanya rencana untuk melakukan penggabungan atau peleburan perusahaan atau pengambilalihan. Penilaian awal ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kekhawatiran praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat akibat dari rencana penggabungan atau peleburan badan usaha atau pengambialihan berdasarkan pengukuran derajat konsentrasi pada pasar bersangkutan. 87 Jika dalam penilaian awal menunjukkan adanya konsentrasi tinggi sebagai akibat rencana penggabungan atau peleburan badan usaha atau pengambilalihan 86 Republik Indonesia Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2009 tentang Pra-Notifikasi Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan , Pasal 1 sub 6. 87 Republik Indonesia Peraturan Komisi No. 1 Tahun 2009 tentang Pra-Notifikasi Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan , Pasal 5 ayat 1-3. Universitas Sumatera Utara sehingga terdapat kekhawatiran praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, maka penilaian dilanjutkan ke dalam tahap penilaian menyeluruh. Dan Komisi berhak untuk memanggil pihak-pihak lain untuk diminta keterangannya dalam proses penilaian. Penilaian menyeluruh sekurang-kurangnya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 88 a. Kemungkinan perilaku anti persaingan oleh badan usaha hasil penggabungan atau peleburan atau pengambilalihan pada pasar bersangkutan, baik secara sepihak maupun bersama-sama dengan pesaingnya; b. Efisiensi yang dihasilkan oleh penggabungan atau peleburan badan usaha atau pengambilalihan; c. Kemungkinan jika tidak dilakukan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan maka perseroanbadan usaha yang bersangkutan akan dinyatakan pailit atau keluar dari pasar sehingga merugikan masyarakat dan kepentingan umum. Untuk pra-notifikasi pengambilalihan apabila memenuhi ketentuan : 89 a. Pengambilalihan saham dengan hak suara sekurang-kurangnya 25 dua puluh lima persen; atau b. Pengambilalihan saham dengan hak suara kurang dari 25 dua puluh lima persen namun menyebabkan perpindahan kendali secara efektif; c. Pengambilalihan asset atau transaksi lainnya yang menyebabkan perpindahan kendali secara efektif; dan d. Pengambilalihan mengakibatkan nilai asset atau nilai penjualan omzet atau pangsa pasar memenuhi batas sebagaimana diatur dalam Pasal 3.

3. KPPU dan Penegakan Hukum Persaingan Usaha