BAB III HAMBATAN-HAMBATAN HUKUM DALAM AKUISISI PERUSAHAAN
A. Pengertian Akuisisi Perusahaan
Akuisisi atau pengambilalihan saham adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham perseroan
yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut.
60
Kata kunci dalam akuisisi adalah “beralihnya pengendalian”. Oleh karena itu setiap perusahaan
yang memilki keuangan yang kuat akan dengan mudah mengambil alih saham pada berbagai perusahaan, tidak perlu bersusah payah untuk mendirikan perusahaan baru,
cukup dengan pengambilalih saham perusahaan pengambilalih dapat mengembangkan usahanya.
Dalam dunia hukum dan bisinis, yang dimaksud dengan akuisisi adalah sederhana saja, yaitu setiap perbuatan hukum untuk mengambilalih seluruh atau
sebagian besar saham danatau asset dari perusahaan lain. Apabila yang diambil alih tersebut adalah saham, maka dengan akuisisi tersebut beralih pula pengendalian
terhadap perusahaan target tersebut.
61
Jadi, akuisisi merupakan strategi dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat. Berbagai faktor, termasuk faktor ekonomi dan non ekonomi, menjadi
60
Republik Indonesia, Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas, Nomor 40 Tahun 2007, Pasal 1 angka 11.
61
Munir Fuady, Hukum Tentang Akuisisi, Take Over dan LBO Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,
Bandung : Citra Aditya Bakti, 2008, hlm. 3.
59
Universitas Sumatera Utara
alasan pelaku usaha melakukan akuisisi. Transaksi akuisisi berakibat strategis, yakni beralihnya pengendalian perusahaan kepada pihak pengakuisisi.
62
Yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuatan yang berupa kekuasaan untuk :
a. mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan
b. mengangkat dan memberhentikan manajemen
c. mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi.
63
Dengan adanya pengendalian ini maka pengakuisisi akan mendapatkan manfaat dari perusahaan yang diakuisisi. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam
akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan pengendalian oleh pihak pengakuisisi.
Beralihnya kendali berarti pengakuisisi memiliki mayoritas saham-saham berhak suara voting stock yang biasanya ditunjukkan atas kepemilikan lebih dari 50
persen saham berhak suara tersebut. Dimungkinkan bahwa walaupun memiliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi bisa dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas
jika anggaran dasar perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun dalam hal anggaran dasar menyebutkan lain, bisa juga pemilik lebih dari 50
persen tidak atau belum dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas. Selanjutnya akuisisi memunculkan hubungan antara perusahaan induk pengakuisisi dan
62
Yunus Husein, Pencucian Uang dalam Transaksi Akuisisi, Dimuat dalam Kolom Analis, Harian Seputar Indonesia, tanggal 17 Desember 2007.
63
Abdul Moin, Merger, Akuisisi Divestasi, Op. Cit., hlm. 8.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan anak yang diakuisisi dan selanjutnya keduanya memiliki hubungan afiliasi.
64
Defenisi pengambilalihan menurut ketentuan UUPT 2007 adalah : “perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perorangan
untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut”.
Hal yang demikian juga disebutkan oleh Peraturan Pemerintah tentang
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, dimana yang dimaksud dengan akuisisi perseroan terbatas menurut peraturan pemerintah nomor 27
tahun 1998 tersebut adalah : “suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan-badan hukum atau oleh
orang perorangan untuk mengambil alih, baik seluruh atau sebagian besar dari saham perseroan terbatas yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian
terhadap perseroan tersebut.
65
Bertitik tolak dari kedua defenisi di atas, pada perbuatan Pengambilalihan,
terdapat beberapa elemen atas aspek yuridis, antara lain sebagai berikut. a.
Pengambilalihan Merupakan Perbuatan Hukum Rechtshandeling Legal Act Perbuatan hukum Pengambilalihan termasuk bidang hukum kontrak atau hukum
perjanjian verbintenisseureccht, contract law sebagaimana yang diatur dalam buku ketiga KUH Perdata. Khususnya Bab Kedua tentang perikatan-perikatan
yang dilakukan dari kontrak atau persetujuan yang meliputi Bagian Kesatu mengenai Ketentuan Umum Pasal 1313-1319. Bagian Kedua tentang syarat-
syarat yang diperlukan untuk sahnya persetujuan Pasal 1320-1337 dan Bagian
64
Abdul Moin, Merger, Akuisisi Divestasi, Ibid., hlm. 9.
65
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.
, Pasal 1 ayat 3.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga tentang akibat persetujuan Pasal 1338-1341. Dengan demikian ditinjau dari segi yuridis Pengambilalihan merupakan persetujuan antara pihak yang
diambil alih dengan yang mengambil alih. b.
Yang Memiliki Kapasitas Membuat Kesepakatan Pengambilalihan Siapa yang kompeten atau memiliki kapasitas menjadi pihak dalam kesepakatan
atau perbuatan hukum Pengambilalihan? Menurut definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan :
1 Cara Pengambilalihan
Dapat dilakukan oleh badan hukum melalui Direksi Perseroan atau dapat juga melalui pemegang saham badan hukum dimaksud.
2 Pihak yang mengambil alih
Dapat dilakukan oleh badan hukum perseroan atau badan hukum yang bukan perseroan, seperti misalnya koperasi atau Yayasan, atau dapat juga orang
perseorangan. Kesimpulan itu dipertegas juga oleh Pasal 125 ayat 2 bahwa Pengambilalihan
dapat dilakukan oleh badan hukum rechtspersoon, legal entity atau orang perseorangan naturlijke person, natural person. Sedang yang dapat bertindak
sebagai pihak yang diambil alih menurut Pasal 125 ayat 1 adalah Direksi Perseroan atau langsung dari pemengang saham.
c. Subjek dan Kuantitas Pengambilalihan
Mengenai subjek atau pokok persoalan tertentu bepaalde onderwerp atau “subject matter” Pengambilalihan ;
Universitas Sumatera Utara
1 Subjeknya, kesepakatan pengambilalihan “saham” Perseroan,
2 Kuantitas saham Perseroan yang dapat diambil alih, dapat “seluruhnya” atau
“sebagian besar” saham Perseroan yang bersangkutan. Hal yang membolehkan pengambilalihan baik seluruh maupun sebagian besar
saham, dikemukakan pada Pasal 1 angka 3 PP No.27 Tahun 1998. Sedang Pasal 1 angka 11 UUPT 2007, tidak mengklasifikasinya. Hanya mengatakan bahwa
Pengambilalihan “untuk mengambilalih saham Perseroan”, tanpa menyebutkan kuantitasnya.
Akan tetapi jika terjadi Pengambilalihan secara keseluruhan, tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Pasal 7 ayat 1 jo. Ayat 5, yakni pemengang saham
tidak boleh kurang dari 2 dua orang. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK Nomor.22
mendefinisikan akuisisi dari perspektif akuntansi adalah “suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi acquirer memperoleh kendali atas
aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi acquiree, dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham”.
Pada dasarnya akuisisi dilakukan oleh perusahaan ataupun perorangan untuk memperkuat posisi di pangsa pasar, meningkatkan efisiensi, produktivitas guna
meraih keuntungan yang lebih besar, dengan cara melakukan integrasi baik vertikal maupun horisontal. Akuisisi merupakan suatu ornamen yang baik dan wajar dalam
praktek bisnis, namun pada pelaksanaannya, kerap terjadi akuisisi pada akhirnya melahirkan praktek–praktek monopoli yang merugikan banyak pihak, misalnya:
Universitas Sumatera Utara
perusahaan pesaing lainnya, sumber daya manusia selaku pekerja dan masyarakat selaku konsumen. Untuk itu, maka Hukum BisnisEkonomi haruslah mengatur dan
menciptakan rambu–rambu yang sedemikian rupa dengan cermat, sehingga integrasi bisnis tetap berjalan demi efisiensi dan efektivitas laju ekonomi, tanpa memberi
peluang kepada perlakuan persaingan tidak sehat atau monopoli.
66
Akuisisi sebagai salah satu bentuk strategi penting dalam pengembangan bisnis dinilai sangat efektif dan efisien jika dibandingkan dengan melakukan merger
atau konsolidasi. Secara umum akuisisi dianggap penting bagi perusahaan bertujuan antara lain :
67
1. Memperbesar pangsa pasar market share;
2. Memperoleh manfaat perpajakan atau keuangan atau pendapatan bahwa
pihaknya sanggup mempertinggi atau memperbesar penghasilan dan keuntungan suatu perseroan yang diambil-alih;
3. Memperbesar pemasokan atau bahan-bahan baku;
4. Menyuntik sejumlah dana kepada perusahaan target yang sedang mengalami
kesulitan likuiditas melalui penerapan akuisisi dengan dalih diversifikasi, sebagai wujud dari taktik “transfer profit” diantara perusahaan dalam satu atap
atau kepemilikan yang sama;
5. Untuk ekspansi usaha atau memperluas usahanya dalam bidang kegiatan yang
telah atau akan ditutup; 6.
Mengusahakan agar biaya atau pengeluaran atas penelitian dan pengembangan dapat lebih efisien, efektif dan produktif;
7. Sebagai cara untuk menjalankan hubungan bisnis atau menjalin kerjasama;
8. Menyehatkan kembali perusahaan yang sedang dalam kesulitan karena
kelebihan kapasitas produksi yang tidak dimanfaatkan; 9.
Meningkatkan daya saing perusahaan; 10.
Memperbaiki sistim manajemen; Selain itu dengan melakukan akuisisi akan berdampak pada peningkatan
pendapatan, pengurangan biaya, penurunan atau pengecualian pengenaan pajak, dan
66
Hasil wawancara dengan Polin L. R Pospos, Ahli Ekonomi di Medan, pada tanggal 12 Mei 2011.
67
Joni Emirzon, Hukum Bisinis Indonesia., Jakarta : Literata Lintas Media, 2007, hlm.118-119.
Universitas Sumatera Utara
pengurangan biaya modal kerja. Dengan kata lain akuisisi yang efektif dapat berguna sebagai platform pertumbuhan perusahaan, member pondasi yang diperlukan untuk
menciptakan dan mendapatkan keuntungan-keuntungan dari penghematan skala atau economies of scale
dan sebagainya. Oleh karena itu akuisisi menjadi pilihan yang lebih memiliki prospek, dibanding dengan pola yang lain.
B. Tahapan Pelaksanaan Akuisisi Perusahaan